Jumat 13 May 2022 05:45 WIB

Obesitas Bisa Pengaruhi Kesehatan Jantung pada Anak Usia 6 Tahun

Anak-anak obesitas juga berpotensi alami diabetes di masa depan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Anak-anak obesitas juga berpotensi alami diabetes di masa depan.
Foto: www.piqsels.com
Anak-anak obesitas juga berpotensi alami diabetes di masa depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak usia 6 tahun, anak-anak yang obesitas berpotensi mengalami diabetes atau penyakit jantung di masa depan. Hal ini merujuk studi terbaru Copenhagen University di Denmark.

Penelitian yang melibatkan hampir 1.000 anak ini menemukan, anak yang kelebihan berat badan sering mengalami peningkatan gula darah dan insulin pada usia sekolah. Mereka juga memiliki trigliserida (sejenis lemak darah) yang lebih tinggi dan kadar kolesterol baik dalam darah lebih rendah dibandingkan rekan-rekan mereka. Setahun kemudian, persentase anak usia sekolah yang kelebihan berat badan meningkat menjadi 17 persen.

Baca Juga

Para peneliti mengatakan, temuan ini menggarisbawahi pentingnya diet sehat dan aktivitas fisik di tahun-tahun prasekolah. Meski begitu, peneliti tidak ada yang menyalahkan pola asuh orang tua. Sebab menurut mereka, obesitas pada masa kanak-kanak sangat kompleks dan sering terkait faktor sosial yang tidak dapat dikendalikan keluarga seperti kurangnya makanan sehat yang terjangkau atau tempat yang aman bagi anak-anak untuk aktif secara fisik.

"Orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Mereka ingin anak-anaknya mengonsumsi makanan bergizi. Tapi menginginkan yang terbaik dan mampu memberikannya adalah dua hal yang berbeda,” kata Amy Yaroch, direktur eksekutif Pusat Gizi Gretchen Swanson, seperti dilansir dari US News, Kamis (12/5/2022).

 

Secara umum, orang Amerika hidup dalam lingkungan yang membuat makanan sehat dan olahraga menjadi tantangan karena mereka dikelilingi oleh makanan cepat saji yang dipasarkan secara memikat. Faktanya, gerai makanan cepat saji jauh lebih banyak daripada toko bahan makanan.

“Jadi untuk keluarga berpenghasilan rendah, bisa menjadi pilihan dilematis. Jadi obesitas juga terkait dengan pendapatan, sumber daya, waktu, dan stres," kata peneliti obesitas pediatrik Amanda Staiano.

Staiano juga mencatat, bahkan di antara anak-anak sekolah yang kelebihan berat badan, gula darah, insulin, dan penanda lainnya masih dalam kisaran normal. Namun, yang sangat memprihatinkan melihat perbedaan di usia yang begitu muda.

Sementara itu, Pemerintah AS telah memiliki program nasional yang terbukti dapat meningkatkan kualitas pola makan di kalangan anak-anak prasekolah dan anak usia sekolah. Misalnya Program Nutrisi Tambahan Khusus untuk Wanita, Bayi dan Anak (WIC) yang memberikan bantuan gizi kepada masyarakat berpenghasilan rendah, wanita dengan anak kecil, dan program makan siang sekolah secara nasional.

“Tapi salah satu tujuan besar kita bukan hanya memiliki program formal yang ditujukan untuk gizi dan kesehatan anak, tetapi juga alat praktis yang bisa digunakan keluarga di rumah. Dan terkadang, saran sederhana dari penyedia layanan kesehatan bisa sangat membantu,” jelas Staiano.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement