Kamis 12 May 2022 08:28 WIB

Inovasi Model Jembatan Mahasiswa UMM Juara di Singapura

Dalam Bridge Design Competition mahasiswa UMM harus bersaing dengan 95 negara

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan inovasi model jembatan. Inovasi yang dirancang oleh dua mahasiswa teknik sipil UMM ini berhasil meraih juara tiga pada kompetisi internasional, Bridge Design Competition di Nanyang Technology University (NTU) Singapura.
Foto: Dok. Humas UMM
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan inovasi model jembatan. Inovasi yang dirancang oleh dua mahasiswa teknik sipil UMM ini berhasil meraih juara tiga pada kompetisi internasional, Bridge Design Competition di Nanyang Technology University (NTU) Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan inovasi model jembatan. Inovasi yang dirancang oleh dua mahasiswa teknik sipil UMM ini berhasil meraih juara tiga pada kompetisi internasional, Bridge Design Competition di Nanyang Technology University (NTU) Singapura, akhir April lalu. 

Pada kompetisi tersebut, mahasiswa Erwin Yoga Pratama dan Aliek Puji Wahyudi harus bersaing dengan 95 tim lainnya. Para peserta tersebut berasal dari Malaysia, Vietnam, Mesir, India, Indonesia dan Singapura.

Erwin mengatakan, proses pembuatan model jembatan berlangsung singkat. Dari proses pengumuman petunjuk teknis perlombaan sampai tahap pengumpulan model hanya berkisar dua hari saja. "Adapun perancangan model jembatan didasarkan pada studi kasus yang diberikan oleh panitia," jelasnya.

Saat merancang jembatan, tim merancang inovasi di beberapa aspek. Contohnya, pengurangan berat jembatan, pengurangan jumlah rangka dan pengurangan biaya pembangunan jembatan. Hal ini dilakukan agar jembatan yang dirancang lebih efisien dan efektif tanpa mengurangi faktor keamanan. 

Untuk pembuatan model, kata dia, dilakukan dua kali yaitu saat tahap awal setelah pendaftaran dan tahap pertengahan untuk menentukan 15 besar. Kedua model tersebut juga memiliki studi kasus yang berbeda-beda.

Pada model jembatan yang kedua, anak pertama dari dua bersaudara itu menjelaskan, timnya membuat jembatan campuran antara jembatan beton dan jembatan rangka. Jangka waktu pengerjaan model jembatan juga lebih lama dibanding model sebelumnya, yaitu tujuh hari. Penggabungan kedua jembatan ini berfungsi untuk mengatasi kasus yang ada di lapangan. 

Untuk model jembatan yang kedua, ada beberapa area yang tidak bisa dilewati kendaraan. "Oleh karenanya, kami membuat gabungan dua model jembatan agar bisa membuat jembatan baru yang berkelok,” ungkap Erwin dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (11/5/2022).

Mengenai raihan juara, Erwin mengaku tidak menyangka dapat mengalahkan peserta lainnya dan dapat meraih juara tiga besar. Pasalnya, peserta yang ikut serta tidak tebatas dari Indonesia saja, tetapi juga beberapa negara. Banyak pula universitas-universitas ternama yang turut bersaing. 

Pada tahun lalu, Erwin pernah mengikuti perlombaan yang sama tetapi gagal di tengah jalan. Dia bersyukur pada tahun ini bisa lebih baik daripada tahun sebelumnya.

"Secara pribadi, saya juga ingin ilmu-ilmu dari kompetisi ini dapat kami bawa dan realisasikan ke pembangunan infrastruktur jembatan di Indonesia,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement