Senin 09 May 2022 20:45 WIB

Kisah SEA Games 2019, Klaim Kesuksesan Filipina

Filipina kembali lagi menjadi juara umum sejak 2005.

Para penyanyi dan penari tampil dalam upacara pembukaan SEA Games 2019 di Philippine Arena, Bulacan, Filipina, Sabtu (30/11/2019).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Para penyanyi dan penari tampil dalam upacara pembukaan SEA Games 2019 di Philippine Arena, Bulacan, Filipina, Sabtu (30/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tuan rumah Filipina telah menggelar 530 ajang pertandingan dari 56 cabang olahraga yang dipertandingkan di SEA Games 2019. Partai digelar di empat klaster yang terletak di Pulau Luzon yaitu Metro Manila, Clark, Subic/Olongapom dan klaster keempat yang terdiri dari beberapa venue terpisah.

Ini merupakan kali keempat bagi Filipina menjadi tuan rumah SEA Games. Tiga edisi sebelumnya digelar pada 1981, 1991, dan 2005.

Filipina kembali lagi menjadi juara umum sejak 2005. Kali ini dengan perolehan 149 medali emas, 117 perak, dan 121 perunggu. Filipina tak tersentuh di pucuk tabel perolehan medali meninggalkan Vietnam di peringkat dua dengan selisih 51 medali emas.

Selama sejarah penyelenggaraan SEA Games hingga 2017, kecuali pada 2005, perolehan medali Filipina menduduki peringkat empat. Kontingen negara ini, tercatat telah meraih 3.351 medali selama 30 kali penyelenggaraan SEA Games. Ribuan medali itu terdiri atas 918 emas, 1.076 perak dan 1.357 perunggu.

Pada SEA Games 2017, Filipina hanya mampu finish di urutan keenam dalam klasemen perolehan medali dengan hanya memperoleh 24 emas, 33 perak, dan 64 perunggu, atau total 121 medali. Sementara pada SEA Games 2019, Filipina mendadak menjadi negara paling jago di Asia Tenggara dalam urusan olahraga.

"Kami merayakan hari ini sebagai juara umum SEA Games ke-30 bersama semua atlet. Terima kasih telah datang ke Filipina dan terima kasih atas sportivitas kalian. Ketika kami mengincar medali emas, kami melakukannya sepenuh hati tapi tidak membiarkan kilau emas membutakan kami," kata Ketua penyelenggara SEA Games 2019 Filipina (PHISGOC) Alan Peter Cayetano yang juga seorang senator di Stadion Atletik, New Clark City, Filipina, Rabu (11/12/2019).

Cayetano ketika upacara penutupan pesta olahraga se-Asia Tenggara itu mengeklaim negaranya telah berhasil melaksanakan SEA Games terbesar sepanjang sejarah. "Filipina memiliki libur Natal terpanjang di dunia. Natal tahun ini datang lebih awal. Kami warga Asia Tenggara, kami rakyat Filipina telah menunjukkan kepada dunia jika kami bisa melakukannya, dengan kualitas dunia, memecahkan banyak rekor SEA Games, dan menggelar SEA Games terbesar sepanjang sejarah," klaim dia.

Cayetano pun menyebut Roger Casugay, peselancar asal Filipina, sebagai salah satu pahlawan dan teladan. Roger menjadi sorotan ketika dirinya menyelamatkan peselancar Indonesia Arip Nuhidayat ketika sang lawan tersapu ombak di babak semifinal. "Jelas bagi Roger bahwa ada yang lebih penting dari emas," kata Cayetano.

Roger pun diganjar penghargaan karena sportivitasnya tersebut di panggung upacara penutupan yang tak semegah di upacara pembukaan.

Sementara atlet renang putra Singapura Zheng Wen Quan keluar sebagai atlet terbaik SEA Games 2019 setelah mengemas medali emas terbanyak, yaitu enam emas serta dua perak.

Gelar atlet putri terbaik diraih Nguyen Thi Anh Vien dari Vietnam yang juga bersinar di renang dengan raihan enam medali emas dan dua medali perak. "Banyak cerita perjuangan, pengorbanan.... tapi hari ini kita merayakan dengan kemenangan," lanjut Cayetano.

Cayetano pun menyebut negaranya telah berhasil menggelar SEA Games terbesar dan yang pertama mengadopsi standar tinggi untuk membuat ajang multievent berkelas dunia, meski pernyataan itu disampaikan di kompleks stadion yang belum sepenuhnya selesai, dengan sesekali tercium tak sedap dari perternakan ayam yang terletak tak jauh dari sana.

"Bagi mereka yang tak yakin, mereka yang tak percaya ini bisa dilakukan, bagi mereka yang tidak percaya venue bisa diselesaikan tepat waktu, semoga kedamaian bersama kalian," kata Cayetano yang setengah menyindir.

Penyelenggaraan ajang dua tahunan itu mampu selesai tepat waktu di tengah segala kekurangan mulai dari keluhan soal akomodasi media, atlet, dan kontingen.

Kemudian juga terbatasnya akses transportasi ke sejumlah venue yang tersebar ke seluruh penjuru Pulau Luzon. Filipina juga sempat dilanda Topan Kamurri sehingga sejumlah pertandingan cabang olahraga ditunda karena alasan keamanan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement