Jumat 06 May 2022 08:27 WIB

Lebih dari 80 Perusahaan China Hadapi Risiko Delisting di Bursa AS

Saham Alibaba, Baidu, JD.com Inc dan Didi Global yang terdaftar di AS turun.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Aktivitas di Bursa saham New York (New York Stock Exchange)
Foto: NYSE Photo by Colin Ziemer via AP
Aktivitas di Bursa saham New York (New York Stock Exchange)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menambahkan lebih dari 80 perusahaan, termasuk JD.com China, ke dalam daftar entitas yang menghadapi kemungkinan pengusiran dari bursa Amerika di tengah kebuntuan audit jangka panjang antara Amerika Serikat dan China.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Jumat (6/5/2022) SEC memperluas daftar sementara di bawah undang-undang 2020 yang dikenal sebagai The Holding Foreign Companies Accountable Act (HFCAA), yang bertujuan untuk menghapus perusahaan yurisdiksi asing dari bursa AS jika mereka gagal mematuhi standar audit Amerika untuk tiga  tahun berturut-turut.

Baca Juga

Saham Alibaba, Baidu, JD.com Inc dan Didi Global yang terdaftar di AS turun antara 2,3 persen dan 2,8 persen dalam perdagangan premarket. Dalam perselisihan yang berlarut-larut, regulator AS telah menuntut akses penuh untuk mengaudit kertas kerja perusahaan-perusahaan China yang terdaftar di New York, yang disimpan di China.

Permintaan tersebut sejauh ini telah ditolak oleh China dengan alasan keamanan nasional, tetapi regulator di kedua negara sedang mendiskusikan rincian operasional dari kesepakatan audit yang diharapkan Beijing untuk ditandatangani tahun ini.

 

JD.com mengatakan pihaknya mengetahui bahwa perusahaan telah diidentifikasi oleh SEC di bawah Undang-Undang, dan telah secara aktif menjajaki kemungkinan solusi.

"Perusahaan akan terus mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku di China dan Amerika Serikat, dan berusaha untuk mempertahankan status pencatatannya di Nasdaq dan Bursa Efek Hong Kong," kata JD.com dalam sebuah pernyataan.

Perusahaan besar China lainnya yang ditambahkan ke daftar SEC adalah JinkoSolar Holding Co Ltd, China Petroleum & Chemical Corp, Bilibili Inc, dan NetEase Inc,  diantara yang lain.

Sumber mengatakan kepada Reuters pada bulan Maret, regulator China telah meminta beberapa perusahaan yang terdaftar di AS, termasuk Alibaba , Baidu, dan JD.com, untuk menyiapkan lebih banyak pengungkapan audit. Pelaporan oleh Kontraktor Sabahatjahan, Akriti Sharma, Shivam Patel dan Medha Singh di Bengaluru;  diedit oleh Uttaresh.V dan Rashmi Aich.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement