Jumat 06 May 2022 06:03 WIB

WHO: Angka Kematian Akibat Covid-19 Tiga Kali Lipat dari yang Dilaporkan

kematian Covid-19 yang sebenarnya hingga akhir Januari 2021 mencapai 14,9 juta orang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Covid 19 (ilustrasi)
Foto: Max Pixel
Covid 19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) jumlah korban meninggal akibat Covid-19 tiga kali lebih banyak dari data resmi pemerintah. WHO memberikan data pandemi Covid-19 yang paling komprehensif hingga saat ini.

Pada laporannya yang dirilis Kamis (5/5/2022) WHO mengatakan angka kematian Covid-19 yang sebenarnya hingga akhir Januari 2021 mencapai 14,9 juta orang. Angka resmi kematian yang tercatat terkait Covid-19 dari Januari 2020 hingga Januari 2021 dan yang WHO laporan saat itu hanya sekitar lebih dari 5,4 juta.

Artinya jumlah kematian yang sebenarnya hampir tiga kali lipat yang dilaporkan pada saat itu. Angka kematian WHO mencatat orang yang meninggal karena Covid-19 dan yang meninggal karena dampak pandemi seperti orang yang tidak mendapatkan akses kesehatan karena sistem kewalahan menghadapi gelombang pasien Covid-19.

Angka itu juga menghitung angka kematian yang dapat dihindari selama pandemi. Contohnya angka kecelakaan yang lebih rendah selama karantina total atau lockdown.  

Namun angka itu jauh lebih tinggi dari angka pemerintah karena banyak negara yang datanya tidak memadai. WHO mengatakan sebelum pandemi 6 dari 10 kematian di dunia tidak tercatat.

Dalam laporannya WHO mengatakan hingga saat hampir setengah total kematian Covid-19 di India belum tercatat. Laporan itu menduga sekitar 4,7 juta orang di negara itu meninggal karena Covid-19 sebagian besar kematian terjadi selama gelombang bulan Mei dan Juni 2021.

Data kematian Covid-19 pemerintah India jauh lebih rendah dari WHO yakni sekitar 480 ribu. WHO mengatakan belum memeriksa semua data baru yang disajikan India pekan ini. New Delhi menolak angka yang disuguhkan WHO dan  mengungkapkan angka kematian semua sebab pada 2020.

Data WHO disusun para pakar-pakar internasional. Mereka mengumpulkan data selama berbulan-bulan, menggunakan informasi nasional dan lokal serta pemodelan statistik untuk memperkirakan total data yang tidak lengkap. India mengkritik metodologinya.

Namun penghitungan independen lain juga memperkirakan angka kematian India jauh lebih tinggi dari data pemerintah. Termasuk laporan yang dipublikasikan di jurnal Science yang memperkirakan total kematian Covid-19 di India lebih dari tiga juta.

Laporan lain mengenai total kematian Covid-19 di seluruh dunia juga menyimpulkan angka sebenarnya jauh lebih tinggi dibanding yang dilaporkan. Contohnya sekitar 50 juta orang meninggal dunia selama pandemi flu Spanyol 1918 dan 36 juta orang meninggal akibat HIV sejak epidemi yang bermula pada 1980-an.

Asisten direktur jenderal data, analisa, dan pelaksanaan dampak WHO yang memimpin penghitungan data Samira Asma  mengatakan data merupakan "jantung kesehatan publik" yang dibutuhkan mengasesmen dan mempelajari apa yang terjadi selama pandemi. Ia meminta pemerintah di seluruh dunia memperbaiki datanya.

"Terlalu banyak yang tidak diketahui," katanya. : Angka Kematian Akibat Covid-19 Tiga Kali Lipat Dari yang Dilaporkan

 

NEW YORK -- Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) jumlah korban meninggal akibat Covid-19 tiga kali lebih banyak dari data resmi pemerintah. WHO memberikan data pandemi Covid-19 yang paling komprehensif hingga saat ini.

Pada laporannya yang dirilis Kamis (5/5/2022) WHO mengatakan angka kematian Covid-19 yang sebenarnya hingga akhir Januari 2021 mencapai 14,9 juta orang. Angka resmi kematian yang tercatat terkait Covid-19 dari Januari 2020 hingga Januari 2021 dan yang WHO laporan saat itu hanya sekitar lebih dari 5,4 juta.

Artinya jumlah kematian yang sebenarnya hampir tiga kali lipat yang dilaporkan pada saat itu. Angka kematian WHO mencatat orang yang meninggal karena Covid-19 dan yang meninggal karena dampak pandemi seperti orang yang tidak mendapatkan akses kesehatan karena sistem kewalahan menghadapi gelombang pasien Covid-19.

Angka itu juga menghitung angka kematian yang dapat dihindari selama pandemi. Contohnya angka kecelakaan yang lebih rendah selama karantina total atau lockdown.  

Namun angka itu jauh lebih tinggi dari angka pemerintah karena banyak negara yang datanya tidak memadai. WHO mengatakan sebelum pandemi 6 dari 10 kematian di dunia tidak tercatat.

Dalam laporannya WHO mengatakan hingga saat hampir setengah total kematian Covid-19 di India belum tercatat. Laporan itu menduga sekitar 4,7 juta orang di negara itu meninggal karena Covid-19 sebagian besar kematian terjadi selama gelombang bulan Mei dan Juni 2021.

Data kematian Covid-19 pemerintah India jauh lebih rendah dari WHO yakni sekitar 480 ribu. WHO mengatakan belum memeriksa semua data baru yang disajikan India pekan ini. New Delhi menolak angka yang disuguhkan WHO dan  mengungkapkan angka kematian semua sebab pada 2020.

Data WHO disusun para pakar-pakar internasional. Mereka mengumpulkan data selama berbulan-bulan, menggunakan informasi nasional dan lokal serta pemodelan statistik untuk memperkirakan total data yang tidak lengkap. India mengkritik metodologinya.

Namun penghitungan independen lain juga memperkirakan angka kematian India jauh lebih tinggi dari data pemerintah. Termasuk laporan yang dipublikasikan di jurnal Science yang memperkirakan total kematian Covid-19 di India lebih dari tiga juta.

Laporan lain mengenai total kematian Covid-19 di seluruh dunia juga menyimpulkan angka sebenarnya jauh lebih tinggi dibanding yang dilaporkan. Contohnya sekitar 50 juta orang meninggal dunia selama pandemi flu Spanyol 1918 dan 36 juta orang meninggal akibat HIV sejak epidemi yang bermula pada 1980-an.

Asisten direktur jenderal data, analisa, dan pelaksanaan dampak WHO yang memimpin penghitungan data Samira Asma  mengatakan data merupakan "jantung kesehatan publik" yang dibutuhkan mengasesmen dan mempelajari apa yang terjadi selama pandemi. Ia meminta pemerintah di seluruh dunia memperbaiki datanya.

"Terlalu banyak yang tidak diketahui," katanya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement