Kamis 28 Apr 2022 16:51 WIB

Erdogan ke Arab Saudi Demi Memperbaiki Ekonomi

Perekonomian Turki tengah terpuruk dan pemilihan umum segera digelar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Presiden Turki Tayyip Erdogan berencana berkunjung ke Arab Saudi untuk memperbaiki hubungan.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Presiden Turki Tayyip Erdogan berencana berkunjung ke Arab Saudi untuk memperbaiki hubungan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Tayyip Erdogan berencana berkunjung ke Arab Saudi untuk memperbaiki hubungan. Ini dilakukannya tiga setengah tahun setelah menuduh pemimpin negara Arab Teluk itu terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Pada 2018 lalu Khashoggi yang kritis pada pemerintah Arab Saudi dibunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Turki. Saat itu Erdogan menuduh pejabat "tingkat tertinggi" pemerintah Arab Saudi memberikan perintah pembunuhan dan mengkritik proses hukum Arab Saudi. Tapi ia menolak berbagi bukti.

Baca Juga

Kini perekonomian Turki sedang terpuruk dan pemilihan umum akan segera digelar. Erdgoan berusaha memperbaiki hubungan diplomatik dengan Arab Saudi.

Kunjungan ini merupakan puncak dari upaya Ankara memperkuat hubungan dengan Riyadh selama bulan-bulan. Setelah Arab Saudi memberlakukan boikot tak resmi pada impor Turki sebagai balasan atas sikap Ankara dalam pembunuhan Khashoggi.

Pada bulan ini Ankara menutuskan untuk mengirim kasus hukum pembunuhan Khashoggi ke Riyadh sesuai permintaan Arab Saudi. Kritikus mengecam langkah tersebut. Tapi pengamat dan diplomat mengatakan Ankara perlu mengubah pendekatannya mengingat mereka sedang menghadapi isolasi diplomasi.

"Turki tidak bisa melanjutkan permainan pengaruh seperti yang dilakukan sejak awal Arab Spring," kata peneliti Middle East Institute Birol Baskan, Kamis (28/4/2022).

Beberapa tahun terakhir Turki mendirikan pangkalan militer di Qatar dan Somalia meski ditentang aktor-aktor di kawasan. Posisi Ankara dalam konflik di Suriah, Libya, Nagorno-Karabakh dan lain-lain serta pembelian sistem pertahanan Rusia juga menyebabkan keretakan dengan negara tetangga dan sekutu-sekutu di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Kebijakan luar negeri agresif Turki, yang terlalu menganggap diri besar membuatnya dikucilkan," kata Baskan.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement