Rayakan Momen Kemenangan Sesuai Petunjuk Nabi Muhammad

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil

Selasa 11 May 2021 18:34 WIB

Rayakan Momen Kemenangan Sesuai Petunjuk Nabi Muhammad. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi) Foto: smileyandwest.ning.com Rayakan Momen Kemenangan Sesuai Petunjuk Nabi Muhammad. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Ketua PP Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad mengatakan, idul fitri adalah momen untuk merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa dan menahan hawa nafsu. Saat hari kemenangan datang, umat Muslim sudah sepatutnya berbahagia, dan menyambut hari yang fitri ini dengan suka cita, kata dia.  

“Kaum muslimin berhak bergembira setelah melewati cobaan yang berat selama puasa, tetapi karena mesih dalam suasana pandemi Covid-19 yang masih mengkhawatirkan, hendaknya kegembiraan itu terukur dan tetap waspada agar tidak menjadi penyebab terjadinya lonjakan wabah,” ujarnya kepada Republika, Selasa (11/5).

Baca Juga

Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung ini juga menghimbau masyarakat untuk menaati segala kebijakan pemerintah untuk menekan resiko penularan Covid-19.

“Mari saling menahan diri untuk kemaslahatan bersama, dengan tidak mudik, tidak berkerumun, mengikuti protokol kesehatan dan rayakan hari kemenangan bersama keluarga anggota keluarga di rumah saja,” ujarnya.

Sekretaris Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia itu menjelaskan, pada hakikatnya, menurut petunjuk Rasulullah SAW, idul fitri adalah melaksanakan sholat ied, mendengar khutbah, membayar zakat fitrah dan silahturahmi.

“Maka silahkan memaksimalkan petunjuk rosul tersebut dengan berhati-hati, dengan cara rayakan dengan anggota keluarga di rumah saja. Hubungi kerabat bersilaturahmi dengan memakai alat komunikasi, baik audio  ataupun visual. Saling memberi hadiah diantara anggota keluarga dan saling maaf-memaafkan,” sarannya.

Prof Dadang Kahmad juga mengajak masyarakat untuk menggelorakan semangat berbagi kepada sesama dan tidak berlebihan saat berbelanja menjelang lebaran.

“Berbelanja untuk keperluan lebaran memang merupakan tradisi masyarakat Islam di tanah air, tetapi karena lebaran kali ini kita masih dilanda wabah, maka belanja lebaran sebaiknya tetap menjaga protokol kesehatan dan belilah sesuatu sesuai dengan kebutuhan, jangan berlebihan,” ujarnya kepada Republika, Ahad (9/5).

Kondisi yang masih serba terbatas, kata dia, juga membuat perayaan hari raya kali ini tidak seleluasa tahun-tahun sebelum Covid-19. Maka jika memiliki rizki yang lebih, dibanding berbelanja, akan lebih baik juga digunakan untuk memperbanyak sedekah atau menolong orang yang kesulitan atay terdampak pandemi, ujar Prof Dadang menyarankan.

“Lebaran sekarang kaum muslimin masih terbatas beraktivitas dan tidak bisa ke mana mana, untuk itu kenapa kita harus membeli baju baru dan barang barang baru, padahal banyak tetangga dekat maupun jauh, saudara, kerabat, yang kekurangan. Alangkah bijak dan baiknya jika kita mengutamakan pemberian pertolongan kepada mereka sebagai realisasi dari ibadah puasa sebulan kita,” ujarnya.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan Ramadhan sebagai momen berbagi kebaikan adalah dengan menunaikan zakat mal sebagai kewajiban, jika sudah mencapai nisab atau batas wajib membayar zakat. Selain itu tunaikan zakat fitrah yang dianjurkan pada akhir Ramadhan.

“Perbanyak pula shodaqoh yang merupakan keutamaan di bulan Ramadhon. Terakhir, santuni anak panti asuhan dan panti jompo terdekat dengan rumah kita,” sarannya.