Puasa Ramadhan Muslim di Kutub Utara Bagaimana Caranya?

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah

Jumat 08 May 2020 12:56 WIB

Muslim di Kutub Utara terhalang mengetahui posisi matahari saat puasa. Kutub Utara Foto: . Muslim di Kutub Utara terhalang mengetahui posisi matahari saat puasa. Kutub Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam yang berpuasa di daerah kutub berbeda dengan daerah lainnya. Jika misalnya di Indonesia umat Islam berpuasa sekitar 13 jam dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, di daerah kutub sulit menentukan kapan waktu siang dan malam, terlebih untuk menentukan waktu salat dan puasa.

Lalu, bagaimana penentuan waktu sahur dan berbuka di daerah kutub? Dalam buku M Quraish Shihab Menjawab dijelasakan, ibadah puasa tetap dilakukan dengan mengukur waktu, bukan berdasar pada perjalanan matahari, yakni sejak menyingsingnya fajar sampai terbenamnya matahari.

Baca Juga

Pasalnya, jika hal itu menjadi dasar, puasa orang Kutub Utara akan sangat panjang dan akhirnya menjadikan puasa itu sangat berat bagi mereka. Padahal, dalam konteks puasa, Allah telah menegaskan dalam Alquran.

“Allah mengendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu.” (QS al-Baqarah [2]: 185).

Tidka hanya itu, dalam semua tuntunan agama juga ditegaskan oleh Allah. “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama sedikit kesempitan pun.” (QS al-Hajj [22]: 78).

Atas dasar itu semua, menurut M Quraish Shihab, ulama menetapkan bahwa penduduk kutub cukup mengukur puasaya dengan waktu yang ditempuh kaum Muslim yang berpuasa di daerah normal yang terdekat ke wilayah mereka.

Misalnya, jika puasa di daerah normal berlangsung dari pukul lima pagi sampai pukul enam sore atau sekitar 13 jam, umat Islam di daerah kutub bisa berpuasa sekitar 13 jam juga dan berbuka sekitar sebelas jam.