Awal Ramadhan Diprediksi Berbeda, Bagaimana Menyikapinya?

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah

Senin 28 Mar 2022 15:15 WIB

Bulan Ramadhan (ilustrasi). Awal Ramadhan tahun ini diperkirakan berbeda 2 dan 3 April Foto: Dok Republika Bulan Ramadhan (ilustrasi). Awal Ramadhan tahun ini diperkirakan berbeda 2 dan 3 April

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Awal Ramadhan ini diperkirakan terjadi perbedaan karena perbedaan hasil penetapan awal bulan. Ada yang memulai tanggal 1 Ramadhan pada (2/4/2022) dan juga ada yang (3/4/2022). Bisa jadi perbedaan tersebut terjadi dalam satu keluarga, misalnya. Bagaimana menyikapinya?    

Menyikapi masalah tersebut, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Iindoneia, KH Ahmad Zubaidi, menjelaskan setiap orang memiliki keyakinan dan dapat mengamalkan keyakinan tersebut. 

Baca Juga

"Jika Istri yakin dengan keputusan pemerintah terkait penetapan satu Ramadhan, silakan mengikuti puasa sesuai tanggal yang ditetapkan pemerintah. Dan jika suami misalnya meyakini penetapan waktu puasa dari ormas tertentu tidak ada masalah,"ujar dia kepada Republika.co.id, Senin (28/3/2022). 

Perbedaan terkait masalah ini di dalam keluarga merupakan hal yang wajar. Hanya saja perbedaan tersebut jangan sampai menjadi sebuah konflik bahkan hingga mengakibatkan perpisahan.  

Dengan adanya perbedaan ini, alangkah baiknya suami menghormati pilihan istri dan istri pun demikian, menghormati piluhan suami.  

"Terkait pengamalan agama konteksnya punya hak masing-masing, tidak boleh suami memaksa istri ikut pendapat yang diikutinya. Atau sebaliknya istri paksa suami mengikuti pendapat istrinya," ujar dia. 

Tetapi untuk menyampaikan argumentasi terkait pilihannya, hal itu diperbolehkan dengan tetap menjaga keharmonisan. Keduanya juga tetap memberikan pemahaman kepada anak-anaknya, jika memang terdapat perbedaan mulai puasa yang diyakini ayah dan ibunya.  

Karena perbedaan di antara umat Islam adalah rahmat dan orang tua hendaknya mengajari anak mengenai hal tersebut bahwa perbedaan adalah hal yang wajar, seperti ayahnya mengikuti anjuran ormas Islam sedangkan ibunya mengikuti itsbat pemerintah. Karena perbedaan bukan hal yang perlu ditakuti atau dianggap salah.