Kamis 24 Mar 2022 18:46 WIB

New York Tetap Unggul Atas London sebagai Pusat Keuangan Top Dunia

London kini menjadi satu-satunya pusat Eropa yang masuk 10 besar.

Penanda Wall Street, New York, Amerika Serikat.
Foto: blog.doostang.com
Penanda Wall Street, New York, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kota New York telah memperpanjang keunggulannya di antara pusat keuangan top dunia, dengan runner up London kalah dari saingan yang semakin kompetitif di Amerika Serikat dan Asia, Indeks Pusat Keuangan Global (GFCI) menunjukkan pada Kamis (24/3/2022). Indeks dari lembaga pemikir Z/Yen Group dalam kemitraan dengan China Development Institute menunjukkan ibu kota keuangan AS memegang posisi teratas dengan 759 poin, turun 3 poin dari posisi enam bulan lalu.

Pemeringkatan didasarkan pada survei dan 150 faktor, dengan ukuran kuantitatif dari Bank Dunia, The Economist Intelligence Unit, OECD, dan PBB. London bertahan di tempat kedua meskipun kehilangan 14 poin menjadi 726.

Baca Juga

Penurunan serupa di waktu berikutnya akan menempatkannya di belakang Hong Kong, Shanghai dan Los Angeles, dan setara dengan Singapura, berdasarkan penampilan mereka saat ini. London kini menjadi satu-satunya pusat Eropa yang masuk 10 besar setelah Shenzhen menggantikan Paris di peringkat 10.

GFCI mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan mempengaruhi peringkat masa depan untuk Moskow dan St Petersburg, yang kemungkinan akan turun setelah masing-masing berada di peringkat 50 dan 110, kali ini.

Peringkat London telah diawasi ketat sejak kepergian Inggris dari Uni Eropa, yang sebagian besar memutuskan sektor keuangan Inggris dari blok tersebut. Dalam indeks peringkat fintech GFCI, sektor yang diprioritaskan Inggris dalam upayanya untuk menjaga London tetap menarik, New York dan Shanghai masing-masing mempertahankan posisi pertama dan kedua, sementara Beijing dan San Francisco mengambil alih London untuk mengambil tempat ketiga dan keempat.

Brexit menyebabkan seruan dari bank-bank untuk Inggris meningkatkan daya saing ibu kota, dengan aturan pencatatan sudah dilonggarkan. Kementerian keuangan Inggris berencana untuk memberi regulator kewenangan daya saing formal, meskipun menjaga keamanan bank, perlindungan konsumen, dan ketertiban pasar akan tetap menjadi prioritas utama mereka.

"Tujuan utama untuk mempromosikan daya saing adalah benar-benar ide yang buruk," kata Deputi Gubernur bank Sentral Inggris (BoE) Sam Woods minggu ini.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement