Rabu 16 Mar 2022 06:17 WIB

Studi Terbaru The Trade Desk: Popularitas OTT Meningkat di Tahun Ketiga Pandemi

Hasil studi terbaru dari The Trade Desk menunjukkan popularitas OTT mengalami peningkatan pesat di tahun ketiga pandemi.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
OTT
OTT

Berdasarkan hasil studi terbaru berjudul Future of TV dari The Trade Desk, popularitas OTT meningkat pesat di tahun ketiga pandemi. Studi ini menunjukan bahwa saat ini satu dari tiga orang Indonesia menonton konten over-the-top (OTT) dan mereka mengonsumsi 3.5 miliar jam konten setiap bulannya.

Melansir dari siaran resmi The Trade Desk, Selasa (15/03) dengan pertumbuhan konsumsi OTT sebesar 40 persen dari tahun-ke-tahun, kini Indonesia memimpin konsumsi OTT di Asia Tenggara. Disebutkan juga studi ini hadir di saat para pengiklan tengah merencanakan anggaran belanja iklan dan media tahunan terbesar mereka untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Baca Juga: Apple, Netflix, TikTok Menyerang Balik Konten Media Pemerintah Rusia, Begini Isinya

Jumlah penonton OTT berbasis iklan terus bertambah dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan konten on-demand. Menurut studi ini, terdapat lebih dari 50 juta penonton di Indonesia yang bergantung pada OTT berbasis iklan, dan ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 25 persen dari tahun sebelumnya.

Menurut Country Manager, The Trade Desk Indonesia, Florencia Eka, Indonesia kini menjadi pasar yang paling toleran terhadap iklan di Asia Tenggara. 42 persen orang Indonesia bersedia untuk menonton empat iklan atau lebih setiap jamnya demi mendapatkan konten gratis.

"Dengan jutaan orang bergantung pada konten yang didukung iklan, OTT terbukti telah menjadi kanal yang penting bagi brand untuk bersaing guna mendapatkan perhatian konsumen yang sangat terbatas," jelasnya.

Florencia juga menyebutkan konsumen secara agresif mulai beralih ke cara baru dalam mengonsumsi konten, dan ini berarti pengiklan modern harus mengembangkan strategi baru untuk menjangkau mereka.

"OTT memungkinkan brand untuk menjangkau audiens mereka dengan lebih tepat dan akurat karena kami dapat memanfaatkan data dalam penerapan kampanye OTT yang tidak mungkin dilakukan pada TV tradisional. Perluasan jangkauan ini menjadi elemen penting dalam kampanye iklan TV yang komprehensif,” kata Florencia.

Studi ini menekankan bahwa penonton lebih memilih OTT untuk menyaksikan acara favorit mereka dibandingkan TV tradisional. Dibandingkan tahun sebelumnya, kesenjangan antara preferensi penggunaan OTT dan TV tradisional untuk menonton acara favorit mereka tercatat hanya 13 persen, sedangkan saat ini kesenjangannya semakin signifikan menjadi 22 persen. Selain itu, Gen Z mendominasi perbedaan preferensi ini dengan kesenjangan sebesar 27 persen, menggambarkan bagaimana generasi muda mulai meninggalkan TV tradisional. 

Untuk generasi muda sendiri studi ini menemukan bahwa 51 persen penonton OTT adalah Gen Z dan Millennial dengan rentang usia 16-34 tahun. Sebagian besar audiens muda tersebut adalah pengguna loyal, terlihat dari konsumsi konten OTT yang mencapai 4 jam bahkan lebih setiap harinya.

Baca Juga: Nielsen Ukur Belanja Iklan di Media Sosial, Belanja Iklan Online Services Meningkat 67%

"Kelompok usia tersebut juga merupakan kelompok yang paling dilirik oleh pengiklan karena mereka tengah berada pada fase di mana mereka mulai membangun loyalitas jangka panjang dengan brand, dan mereka cenderung menjadi pencetus tren bagi seluruh kelompok usia," imbuh Florencia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement