Sabtu 12 Mar 2022 13:29 WIB

Kelangkaan Minyak Goreng, Keserakahan dan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sejak usia dini diperlukan untuk mengantisipasi sifat serakah

Direktorat Kriminal Khusus Polda Kalimantan Selatan mengungkap dugaan penimbunan minyak goreng kemasan di salah satu gudang di Jalan Gubernur Subarjo, Kabupaten Banjar.
Foto: Antara
Direktorat Kriminal Khusus Polda Kalimantan Selatan mengungkap dugaan penimbunan minyak goreng kemasan di salah satu gudang di Jalan Gubernur Subarjo, Kabupaten Banjar.

Oleh : Thathit Manon Andini/Dosen Pendidikan Bahasa Inggris-FKIP-Universitas Muhammadiyah Malang

                   Greedy is the root of evil

                                                    — William Shakespare

REPUBLIKA.CO.ID, Kutipan dari salah satu karya William Shakespare ‘Greedy is the root of evil’ betul-betul menggugah pikiran saya jika apa yang disampaikan pujangga asal Inggris itu  memang betul adanya. Semua kejahatan itu pada awalnya karena keserakahan. Mencuri itu terjadi karena orang itu serakah. Orang korupsi itu juga karena serakah. Orang iri dengki  juga karena serakah. Termasuk juga kasus melangkanya minyak goreng karena penimbunan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab  akhir-akhir ini. Semua itu berawal dari keserakahan seseorang. Pada dasarnya keserakahan menjadi penyebab utama kejahatan.

Serakah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ‘selalu hendak memiliki lebih dari yang dimiliki’. Bagi orang serakah, ia akan selalu merasa kurang dan ingin menambah dan memiliki apa yang sudah dia miliki. Bisa dikatakan dia tidak akan ada puasnya, yang akhirnya berkembang menjadi kejahatan yang untuk  mendapatkannya dengan berbagai cara, bahkan dengan cara yang tidak baik atau jahat.

Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada suatu kenyataan pahit yaitu langkanya keberadaan minyak goreng di masyarakat. Ini menjadi ironis sekali karena Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit nomor 1 di dunia. Dalam hitungan perjuta metrik ton, Indonesia:42,50, Malaysia: 19, Thailand: 2,8, Kamboja: 1,53, Nigeria: 1,02, Guatemala: 0,85, Honduras: 0,8, Papua New Guenia: 0,55 (Sumber: https://www.statista.com/chart/23097/amount-of-palm-oil-produced-in-selected-countries/). 

Dari data ini dapat dikatakan bahwa sangatlah tidak mungkin sampai adanya kelangkaan minyak goreng di Indonesia. Usut punya usut, ditemukan beberapa oknum melakukan penimbunan minyak goreng dengan berbagai alasan. Penimbunan terjadi di mana-mana dengan jumlah yang sangat besar. Di berbagai daerah (Sulawesi, Klaimatan, Jawa dan lain-lain) terjadi antrean panjang. Ibu-Ibu untuk membeli minyak goreng dengan ketentuan maksimal dua liter dengan harapan semua kebagian. Mengapa sampai terjadi seperti itu?Apakah ini murni karena ingin memperoleh harta yang melimpah dengan cara menimbun itu?Atau ada unsur lain yang melatar belakanginya? Apapun alasannya ini murni karena bobroknya karakter si penimbun, salah satunya adalah serakah.

Untuk mengantisipasi sifat serakah, pendidikan karakter sejak usia dini sangat diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 20 Tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal. Namun pada kenyataannya, penguatan karakter tidak hanya  dilakukan di pendidikan formal saja tetapi untuk pendidikan non formal, diantaranya dalam keluarga. Keluarga bisa dibilang sekolah pertama bagi anak sementara orang tua merupakan guru pertama bagi anak. Peran pendidikan keluarga sangat memegang peran sangat penting dala pengembangan karakter anak. 

Sebetulnya semua anak dilahirkan dengan fitrah baiknya. Seorang ulama almarhum Ust Hari Santosa mengatakan bahwa anak terlahir dengan firah bakat, fitrah perkembangan, fitrah seksualitas, fitrah belajar dan bernalar, fitrah individualitas dan sosialitas dan fitrah bahasa dan estetika. Kalau pun adanya perubahan karakter yang menyalahi fitrah, itu karena lingkungan anak yang kurang mendukung. Anak berkembang sangat dipengaruhi olah situasi dan kondisi di sekitarnya.

Lantas siapa si penimbun itu? bisa dikatakan orang yang mempunyai karakter tidak terpuji. Kenapa demikian?bisa juga karena pembentukan karakternya waktu kecil kurang kuat. Karena itu, pembentukan karakter sejak dini sangat diperlukan. Menurut Gardner (1998) sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2012) bahwa anak pada usia dini memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak anak mengalami lompatan dan berkembang sangat pesat, yaitu mencapai 80%. Ketika dilahirkan ke dunia anak manusia telah mencapai perkembangan otak 25%, sampai usia 4 tahun perkembangannya mencapai 50 %, dan sampai 8 tahun mencapai 80%, selebihnya berkembang sampai usia 18 tahun. Dengan pesatnya perkembangan otak anak, maka di masa-masa inilah penanaman nilai-nilai luhur sangat diperlukan.

Siapa dan dari mana awal pembentukan karakter? Orang tua menjadi kunci utama pembentukan karaker anak. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh pendidikan karakter pada anak dalam rangka penanaman nilai yang mulia pada anak. Apa yang diajarkan pada anak akan terekam dengan baik oleh anak dan akan dibawa sampai menjadi dewasa nanti. Nilai-nilai karakter sesuai amanah perpres no.87 tahun 2017, disarikan menjadi 5: religius, nasionalis, gotong royong, mandiri dan integritas.

Dengan adanya sifat serakah yang dimiliki beberapa orang oknum penimbun itu dikarenakan tidak adanya nilai-nilai karakter mulia pada dirinya. Maka dari itu, yang utama perlu diajarkan pada anak sejak dini adalah penanaman nilai-nilai:

  1. Kejujuran.

Penanaman perilaku jujur pada anak sangatlah penting. Kebiasan waktu kecil akan terbawa sampai dewasa. Perlu ditanamkan pada anak bahwa sikap jujur akan membentuk sikap terpuji dan akan sangat berguna di kelak kemudian hari.

  1. Sikap saling menyayangi.

Perlu ditanamkan pada anak bahwa sikap menyayangi sesama dan akan menciptakan rasa persaudaraan yang tinggi serta tidak akan menyakiti satu sama lainnya dan akan tercipta lingkungan yang bahagia.

  1. Sikap tanggung jawab.

Sikap tanggung jawab sangat penting diajarkan pada anak sejak dini karena dengan sikap tanggung jawab, akan menjadi anak yang sportif. Anak tidak akan segan mita maaf bila melakukan keasalahan. Dan tentu saja dia akan bisa menghargai milik orang lain.

  1. Sikap mandiri.

Dengan membiasakan anak dengan sikap mandiri, anak akan berkembang menjadi anak yang optimis. Anak akan terbiasa mengatasi masalahnya sendiri, terbiasa dengan melayani diri sendiri dan tidak selalu tergantung kepada orang lain.Dan otomatis kepercayaan diri anak akan semakin kuat.

  1. Sikap disiplin.

Penanaman sikap disiplin pada anak, anak akan bisa mengatur waktu dengan baik. Anak akan terbiasa dengan menjadi pribadi yang percaya diri.

  1. Sikap pekerja keras.

Sikap pekerja keras kalau ditanamkan sejak dini, akan terbawa sampai anak mejadi dewasa. Anak akan menjadi anak yang tangguh, ulet dan pantang menyerah.

  1. Sikap adil.

Penanaman sikap adil pada anak akan sangat penting karena anak akan berlaku adil kepada teman-temannya, tidak membedakan satu sama lainnya. Anak akan menjadi pribagi yang baik dan akan mempunyai banyak teman dan menyenangkan. 

Dengan menanamkan nilai-nilai luhur pada anak, niscaya akan dibawa bahkan akan berkembang sampai dewasa nanti. Tanpa bekal yang baik, niscaya ketika dewasa akan melakukan hal-hal yang kurang baik juga.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement