Jumat 11 Mar 2022 06:27 WIB

China Sensor Protes Invasi Rusia ke Ukraina di Medsos

Platform medsos di China secara luas mendukung Rusia dan Presiden Vladimir Putin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Weibo, Jejaring Sosial Cina. Sensor China membungkam pandangan warga yang memprotes invasi Rusia ke Ukraina melalui platform media sosial.
Weibo, Jejaring Sosial Cina. Sensor China membungkam pandangan warga yang memprotes invasi Rusia ke Ukraina melalui platform media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sensor China membungkam pandangan warga yang memprotes invasi Rusia ke Ukraina. Beberapa hari setelah serangan Rusia 24 Februari, komentar di platform media sosial China seperti Weibo, WeChat dan Douyin secara luas mendukung Rusia dan Presiden Vladimir Putin.

Banyak postingan yang menantang serangan yang dilakukan Moskow atau bahkan menganjurkan perdamaian dengan cepat menghilang dari pandangan. Mantan pembawa acara bincang-bincang populer Jin Xing mengatakan akunnya di Weibo ditangguhkan pekan lalu.

Baca Juga

Penangguhan ini terjadi setelah Jin menerbitkan dua postingan, termasuk satu yang menyebut Putin sebagai 'orang Rusia gila' dan mendesak para pengikutnya untuk berdoa bagi perdamaian. "Yang saya katakan adalah saya mendukung kehidupan dan menentang perang, itu saja. Saya tidak mengatakan saya mendukung AS atau Rusia atau Ukraina," kata sosok yang akunnya diikuti oleh 13,6 juta pengguna.

Jin tidak sendirian. Aktor China pemenang penghargaan Ke Lan telah dilarang memposting di Weibo karena menurut perusahan itu dia telah melanggar aturan dan peraturan yang relevan. Masalahnya Dia menyukai dan berbagi gambar serta komentar yang menentang perang, termasuk gambar protes anti-perang di St Petersburg.

Beberapa posting oleh sejarawan terkemuka yang mencoba mengatur petisi menentang perang telah dihapus dari layanan pesan WeChat. Asisten profesor hubungan internasional di Peking University Lu Xiaoyu menulis sebuah artikel minggu lalu yang mendesak akal sehat.

"Dilihat sebagai sekutu Rusia akan menjadi langkah menuju kehilangan dukungan rakyat global," tulis Lu dalam artikel yang diunggah ulang secara luas di WeChat. Namun kini artikel asli tidak dapat ditemukan lagi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan tidak mengetahui postingan yang dihapus atau akun yang ditangguhkan. "Apa yang dapat saya katakan kepada Anda dalam hal prinsip adalah, sikap China tentang masalah Ukraina terbuka, transparan, dan konsisten," kata juru bicara itu.

China dan Rusia telah menjalin kemitraan yang semakin erat dalam beberapa tahun terakhir. Beijing tidak mengutuk serangan Moskow terhadap Kiev dan tidak menyebutnya sebagai invasi, tetapi mendesak solusi untuk penyelesaian masalah untuk dirundingkan.

Sensor telah melampaui media sosial. Menurut tiga orang sumber terdekat mengatakan, staf dari setidaknya dua media pemerintah China telah diberitahu oleh editor untuk mengurangi artikel yang menyimpang dari posisi resmi pemerintah di Rusia dan Ukraina.

Pada 22 Februari, dua hari sebelum invasi Rusia, akun Weibo milik Horizon News, afiliasi dari surat kabar Beijing News yang dikelola pemerintah ini memposting pedoman internal untuk konten terkait Ukraina. Dalam rekomendasi ini mengatakan posting yang tidak menguntungkan Rusia dan pro-Barat tidak boleh dipublikasikan. Postingan itu pun segera dihapus.

Baca juga : Facebook Izinkan Konten Serukan Kekerasan terhadap Rusia

Televisi di Cina juga terpengaruh. Presiden Komite Paralimpik Internasional (IPC) Andrew Parsons menyerukan perdamaian selama pidatonya yang disiarkan televisi pada pembukaan Paralimpiade Musim Dingin di Beijing pekan lalu.

Bagian dari pidato Parsons itu tidak diterjemahkan untuk penonton domestik oleh stasiun televisi milik pemerintah CCTV. IPC mengatakan mereka telah bertanya kepada CCTV tentang masalah ini tetapi belum menerima tanggapan.

Di sisi lain perdebatan, beberapa pandangan pro-perang atau anti-Ukraina yang agresif juga telah disensor di Cina. Pada hari-hari setelah serangan Rusia di Ukraina, beberapa posting beredar yang menjelaskan situasi, misalnya dengan menawarkan untuk menerima pengungsi perempuan muda Ukraina.

Selama dua minggu terakhir Weibo, WeChat dan Douyin atau TikTok versi China telah memperingatkan pengguna terhadap lelucon semacam itu atau menyebarkan informasi yang salah. WeChat mengajukan banding pada 25 Februari di platformnya sendiri untuk diskusi rasional tentang perang, mencatat bahwa lelucon 'vulgar' telah menyebabkan pengaruh negatif besar secara daring.

Douyin telah membuat beberapa pernyataan di akun WeChat resminya selama dua minggu terakhir memperingatkan terhadap lelucon, informasi yang salah, dan konten lain yang meremehkan penderitaan orang lain. Dalam pernyataan itu menyatakan perusahaan telah menghapus 6.400 video yang melanggar aturannya, memotong lebih dari 1.600 live feeds, dan menghapus lebih dari 12.000 komentar.

Baca juga : Ini Fakta Sebenarnya Dari Hoaks Sarung Atlas Bergambar Anjing

Weibo mengatakan telah menangguhkan akun yang mendukung perang di halaman perusahan dari beberapa kedutaan asing di China. Perusahan ini pun serta mewajibkan geolokasi pengguna yang mengomentari perang untuk mencegah orang secara salah mengklaim bahwa mereka berada di Ukraina  Pada 5 Maret, Weibo mengatakan telah menangguhkan lebih dari 1.000 akun yang menerbitkan 'lelucon vulgar' dan 'konten yang terlalu menghina dan menghasut.'

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement