Selasa 08 Mar 2022 07:00 WIB

Menciptakan Amaan untuk Perempuan Pengusaha Mikro

Ratih mendefinisikan Amaan sebagai Digital Mass Market Ecosystem Platform

Menjadi bankir segmen mikro merupakan panggilan hidup Ratih Rachmawaty.
Foto: Amaan
Menjadi bankir segmen mikro merupakan panggilan hidup Ratih Rachmawaty.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi bankir segmen mikro merupakan panggilan hidup Ratih Rachmawaty. Ia ikut mendirikan dan mengembangkan unit Danamon Simpan Pinjam, unit bisnis Bank Danamon yang melayani segmen pelaku usaha mikro. Puncak pencapaiannya ia raih di BTPN Syariah (BTPS) dengan menjadi CEO selama lebih dari 3 tahun, setelah merancangnya dari awal. 

Ratih mengawalinya dari sebuah unit usaha syariah (UUS) lalu spin off menjadi Bank Umum Syariah (BUS) dan mengantarkannya sebagai salah satu perusahaan terbuka berkinerja sangat baik. Sebelum melantai di bursa, ia menjalankan proses akuisisi Bank Sahabat Purba Danarta dan menggabungkannya dengan BTPS. 

Bisnis model BTPS sejatinya pengembangan dari pengalaman sebelumnya. Ratih merasuk ke lapisan terbawah strata sosial dengan melayani segmen nano mikro (prasejahtera produktif), atau satu level di bawah mikro. Terobosan baru ini ia lakukan dengan mengadopsi sekaligus improvisasi konsep Grameen Bank di Bangladesh yang digagas peraih Nobel Ekonomi Muhammad Yunus. Ia juga mempelajari bisnis model sejenis di India, Peru hingga Mexico.  

Di akhir periode jabatannya, BTPS membukukan aset senilai Rp 15,4 triliun per Desember 2019, atau meningkat 27,8%. Sedangkan laba tahunan mencapai Rp 1,4 triliun pada periode yang sama. Jumlah perempuan pengusaha mikro yang dilayani mencapai jutaan nasabah. Ratih bukan hanya menjadikan BTPS sebagai perusahaan yang sangat menguntungkan, pun berhasil menciptakan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.        

Setelah lebih dari 16 tahun melayani segmen mikro, Ratih kini memulai perjalanan baru. Segmen yang ia geluti memang masih sama, para perempuan pengusaha mikro. Tapi ia datang dengan spirit yang beda dengan pendekatan yang unik.

“Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman sebelumnya, kita tidak bisa melayani segmen mikro dan nano mikro hanya menggunakan pendekatan bank. Untuk meningkatkan taraf hidup para perempuan pengusaha mikro, kita harus mencoba cara lain, beyond banking,” katanya kepada Republika

Menurut Ratih, tantangan utama di segmen nano mikro berkutat pada tiga hal. Pertama, kurang modal. Kedua, kurangnya akses keuangan yang memadai. Ketiga, kurangnya akses untuk pengembangan kapasitas diri dan usaha.

“Kami selalu meyakini bahwa financial institution itu sudah pasti dibutuhkan. Tapi masyarakat kita membutuhkan lebih dari sekadar akses keuangan. Mereka memerlukan aspek lain yang memampukan mereka mencapai level ‘manusia utuh’, insan kamil,” kata Ratih.  

Digital Mass Market Ecosystem Platform

Jika bukan bank, lalu menggunakan kendaraan apa dan bagaimana melayaninya?

Menurut Ratih, cara melayani segmen nano mikro harus relevan dengan perkembangan dunia saat ini, yaitu melalui adopsi teknologi digital dan kolaborasi ekosistem. Dua hal ini menjadi faktor kunci yang memainkan peran sangat penting. “Tapi kolaborasi ekosistemnya kami perluas. Kolaborasi bukan hanya dengan institusi, juga para individu dan para ketua kelompok komunitas yang memiliki kesamaan visi dalam meningkatkan kapasitas para perempuan pengusaha mikro dan keluarganya,” katanya.

Segmen masyarakat yang dilayani adalah para perempuan pengusaha mikro dan keluarganya yang relatif masih rendah tingkat pemahaman terhadap teknologi. Mereka merupakan tulang punggung keluarga, tipe pekerja keras dan memiliki tekad kuat untuk menyekolahkah putra putrinya ke jenjang paling tinggi. Mereka juga bermimpi bisa mengunjungi baitullah, Mekkah.

“Mereka inilah sumber inspirasi utama kami. Kami tertantang untuk menciptakan sebuah aplikasi yang mampu menjawab kebutuhan mereka, yakni keuangan, belanja, belajar atau pengembangan kapasitas dan kesehatan,” kata Ratih.   

Fungsi aplikasi untuk belajar dan kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup para pengguna. Sedangkan fungsi belanja akan membantu pengguna dalam mendapatkan berbagai kebutuhan pokok dengan harga lebih terjangkau. Secara tidak langsung, fungsi belanja ini dapat meningkatkan kemampuan finansial karena menghemat pengeluaran.    

Bertolak dari pemikiran itu, Ratih bersama Taras Siregar, Mulia Salim dan Johny Ng, tiga kolega dekatnya, meluncurkan Amaan pada 8 Maret 2021. Hari kelahiran Amaan bertepatan dengan Women International Day, sebuah afirmasi terhadap gagasan mengenai peran perempuan sebagai agen perubahan. 

Ratih mendefinisikan Amaan sebagai Digital Mass Market Ecosystem Platform dengan lisensi sebagai agen pembiayaan (financing agent). Jadi, Amaan bukan platform pinjaman online (pinjol) ataupun fintech lending. “Kata Amaan sendiri mengandung arti Sangat Damai. Kami bercita-cita, seluruh karyawan, customers dan ekosistem yang menikmati layanan dan berkolaborasi dengan Amaan bukan hanya sejahtera, juga merasa damai,” kata Ratih.

Bisnis Model Amaan

Secara sederhana, platform digital Amaan ditopang tiga pihak yang saling terkait. Pertama, perempuan pengusaha mikro atau disebut Sahabat Amaan. Kedua, pemimpin komunitas atau ketua kelompok yang membantu dan melayani Sahabat Amaan. Sebutannya Ibu IdAMAAN.

Ketiga, Kakak IdAMAAN yang tugasnya melayani Sahabat Amaan secara digital, 100% paperless. Kakak IdAMAAN adalah anak anak muda yang direkrut Amaan sebagai community development partner. “Mereka ini warga lokal dan tempat tinggalnya berdekatan dengan Sahabat Amaan. Mereka sangat dekat dan mengerti betul cara berkomunikasi dengan Sahabat Amaan,” kata Ratih.       

Ada dua sasaran utama Amaan, yakni digital inclusion dan social inclusion. Digital inclusion memampukan perempuan pengusaha mikro untuk mengakses layanan keuangan dan non keuangan melalui AMAAN apps, lebih nyaman dan transparan. Digital inclusion juga memungkinkan pemimpin komunitas untuk mendapatkan penghasilan tambahan atas pelayanan yang diberikan kepada Sahabat AMAAN.

Sementara dari sisi social inclusion, Amaan menjadi platform bagi pelaku ekosistem yang memiliki hasrat yang sama untuk melayani segmen mass market, terutama perempuan pengusaha dan keluarganya. Produk dan layanan dari Pelaku Ekosistem (baik financial institution maupun non financial institution) bisa diakses dengan mudah melalui AMAAN Apps. 

Belum genap setahun beroperasi jumlah pengunduh aplikasi Amaan mencapai 1 juta users dengan rating rata rata di atas 4,2. “Kami sangat bersyukur atas pencapaian ini. Apa yang kami raih baru lah permulaan dari mimpi besar kami meningkatkan taraf hidup para pengusaha perempuan mikro,” kata Ratih.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement