Senin 07 Mar 2022 17:33 WIB

Pakar Ungkap Efek Negatif Bila Harga Daging Sapi Ditekan Murah

Upaya pemerintah tekan harga daging sapi bisa ganggu keseimbangan antar komoditas

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang daging melayani pembeli di PD Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta. Pakar Pertanian dari Universitas Padjajaran, Ronnie Natawidjaja, berpendapat, pergerakan harga daging merah, terutama sapi tidak bisa dipaksakan menjadi sumber protein murah. Upaya pemerintah untuk menekan harga daging menjadi murah justru dapat menganggu keseimbangan antar komoditas daging-dagingan lain.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pedagang daging melayani pembeli di PD Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta. Pakar Pertanian dari Universitas Padjajaran, Ronnie Natawidjaja, berpendapat, pergerakan harga daging merah, terutama sapi tidak bisa dipaksakan menjadi sumber protein murah. Upaya pemerintah untuk menekan harga daging menjadi murah justru dapat menganggu keseimbangan antar komoditas daging-dagingan lain.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Pertanian dari Universitas Padjajaran, Ronnie Natawidjaja, berpendapat, pergerakan harga daging merah, terutama sapi tidak bisa dipaksakan menjadi sumber protein murah. Upaya pemerintah untuk menekan harga daging menjadi murah justru dapat menganggu keseimbangan antar komoditas daging-dagingan lain.

Ronnie menjelaskan, pemerintah dan masyarakat harus menyadari, dengan meningkatnya harga daging sapi, nyatanya banyak konsumen yang beralih ke daging putih seperti ayam dan ikan karena harga yang lebih terjangkau.

Baca Juga

Dengan kata lain, pergerakan harga daging sapi yang menjadi sumber protein terbaik memang semestinya dihargai lebih tinggi. Pemaksaan komoditas untuk masuk ke suatu level harga tertentu tidak dipungkiri menganggu keseimbangan harga antar sumber protein yang nantinya pun berpengaruh pada keputusan konsumen.

"Jangan memakasakan untuk menekan harga daging sapi jadi murah karena ada dampak domino terhadap daging-dagingan yang lain. Jadi yang terbaik memang harusnya mahal, jangan dimurah-murahkan," kata Ronnie kepada Republika.co.id, Senin (7/3/2022).

Terlepas dari persoalan harga daging, Ronnie menilai agar Indonesia tidak terperangkap dengan harga daging sapi. Sebab, kondisi geografis Indonesia sejatinya tidak cocok untuk ternak ruminansia besar, terutama di pulau Jawa karena kontur perbukitan. Hanya wilayah NTB yang ideal karena punya wilayah sedikit mendatar untuk pembesaran sapi.

Sebaliknya, Indonesia sebetulnya sangat cocok untuk ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba yang itu juga merupakan sumber pangan kearifan lokal dan berkelanjutan.

"Jadi seharusnya jangan berkelit mencari berbagai cara, karena memang daging merah yang berkelanjutan adalah kambing dan domba. Jangan menentang alam, karena kalau kita memaksakan sapi, itu menantang alam," kata dia.

Namun memang, diakui, hal itu merupakan isu besar jangka panjang karena berhadap langsung dengan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang sudah terbentuk.

"Memang ini sangat menantang, tapi dengan teknologi digital saat ini, saya rasa alternatif-alternatif itu bisa menjadi pilihan sadar konsumen," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement