Rabu 02 Mar 2022 08:47 WIB

Penerapan Kurikulum Merdeka bisa Dimaksimalkan, ini Syaratnya

FPBEI audiens dengan Plt  Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud Ristek.

Pengurus Pusat Forum Pengembang Buku Elektronik Indonesia (FPBEI) melakukan audiensi kepada Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendibud Ristek, Zulfikri Anas MEd, Selasa (1/3).
Foto: Dok FPBEI
Pengurus Pusat Forum Pengembang Buku Elektronik Indonesia (FPBEI) melakukan audiensi kepada Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendibud Ristek, Zulfikri Anas MEd, Selasa (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kurikulum Merdeka yang mulai diperkenalkan oleh Kemendikbud sejak 2021 mengusung semangat baru bagi dunia pendidikan dasar dan menengah di Indonesia dimana siswa- siswi bisa mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Jika selama ini guru sangat terpaku dengan kurikulum yang sudah diregulasikan oleh pemerintah,  maka Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada para guru untuk mengembangkan   konten-konten pembelajaran kepada anak didik.

Bertempat di Gedung E Kantor Kemendikbud Jakarta Pusat, Plt Kepala Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud Ristek Zulfikri Anas MEd menerima kunjungan Pengurus Pusat Forum Pengembang Buku Elektronik Indonesia (FPBEI), Selasa (1/3). Kunjungan ini bertujuan untuk menguatkan program Kurikulum Merdeka dengan dukungan pelatihan pembuatan dan pengoperasian buku digital bagi guru-guru di seluruh Indonesia.

Selama ini proses pengadaan bahan ajar di sekolah-sekolah masih bersifat terpusat dimana pengadaan buku ajar masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan penerbitan terutama sekali yang berada di pulau Jawa. Sehingga seringkali timbul kesulitan dalam pengadopsian local wisdom (kearifan lokal) yang tidak saja berbasis provinsi tapi juga berbasis kabupaten kota. 

"Penerapan Kurikulum Merdeka bisa dimaksimalkan ketika konten bahan ajar bersifat bottom up di mana guru-guru di seluruh Indonesia secara proaktif dan kreatif bisa melahirkan modul ajar secara mandiri", ujar Zulfikri Anas  MEd, Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendibud Ristek seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Forum Pengembang Buku Elektronik Indonesia (FPBEI) sebagai organisasi yg diamanahkan oleh Undang-Undang Sistem Perbukuan Nasional 2017 dan didukung oleh Puskurbuk Kemendikbud dalam pendiriannya melihat potensi yang besar pada guru-guru yang ada di seluruh Indonesia untuk memproduksi buku-buku ajar dan modul pembelajaran. 

"Tahun lalu (2021) bersama Forum Banten Menulis yang digerakkan oleh guru-guru se-Banten, FPBEI berhasil melahirkan 20 judul buku ajar untuk SMA dan SMK dalam bentuk digital lewat kerja sama dengan salah satu penerbit buku digital tertua di Indonesia, Pesona Edu. Di Sumatera Barat dan Yogyakarta juga sedang berlangsung pelatihan pembuatan buku ajar bagi para guru", tutur Dr Zalzulifa  MPd, ketua Umum Forum Pengembang Buku Elektronik Indonesia.

Ia menambahkan, masih minimnya guru-guru di daerah yang bisa menembus penerbit-penerbit pendidikan yang rata-rata berkantor di Jawa sebenarnya lebih kepada akses yang rendah dan minimnya pengetahuan tentang proses penerbitan buku ajar. 

“Dengan adanya pelatihan pembuatan dan pengoperasian buku digital untuk guru-guru se-Indonesia diharapkan muncul guru-guru yang kreatif dalam menghadirkan bahan ajar buat anak didiknya sehingga apa yang diajarkan oleh guru tersebut memang materi-materi yang sangat ia kuasai,” ujarnya.

Ia mengemukakan, teknologi buku digital/elektronik yang interaktif akan membuat peserta didik juga mendapatkan konten pembelajaran yang tidak saja berkualitas tetapi juga bisa merangsang semangat belajar mereka.

“Pelatihan yang direncanakan secara masif ini menggunakan teknologi termutakhir dalam pembuatan buku elektronik yakni ebook generasi ke-4. Tidak saja interaktif tetapi juga memungkinkan para siswa untuk bereksperimen sendiri dengan fitur-fitur yang tersedia,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement