Sabtu 19 Feb 2022 08:45 WIB

Kurikulum Merdeka Bantu Anak Temukan ''Ruang''

Kurikulum Merdeka menciptakan ruang bagi setiap individu berkembang sesuai fitrah

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebut esensi dari Kurikulum Merdeka adalah menciptakan ruang bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan keunikannya masing-masing. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebut esensi dari Kurikulum Merdeka adalah menciptakan ruang bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan keunikannya masing-masing. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebut esensi dari Kurikulum Merdeka adalah menciptakan ruang bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan keunikannya masing-masing. Kurikulum itu akan membantu anak dalam menemukan "ruang"-nya.

"Karena setiap manusia tidak ada produk gagal dari Tuhan, dan setiap manusia punya keistimewaan dan punya ‘ruang’ masing-masing yang disediakan secara fitrah. Dan tugas kita adalah membantu anak menemukan ‘ruang’ yang sudah disediakan dalam kehidupan. Sehingga tidak ada anak yang tidak punya tempat dalam kehidupan,” ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri Anas, dalam siaran pers, Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga

Dia mengatakan, sebelumnya, ketika mendengar kata "kurikulum, yang terlintas di benah para guru adalah administrasi rumit, bertele-tele, belenggu, dan seolah-olah tidak ada alternatif. Di mana semua anak dapat materi sama dengan cara sama, pengalaman belajar, dan sumber belajar yang sama, penilaian yang sama, yang seakan hanya mengakomodasi sebagian kecil anak yang cocok dengan cara seperti itu.

“Kurikulum adalah sebuah proses, iklim, suasana, budaya belajar yang memanusiakan manusia. Kita harus lihat kurikulum dari situ. Sehingga, tidak hanya kemampuan atau pengetahuan siswa saja yang dikedepankan oleh guru. Mari para guru kita bergerak bersama menyentuh hati peserta didik kita,” kata dia.

Zulfikri mengatakan, karena itulah dalam Kurikulum Merdeka guru diberi kebebasan untuk memilih format, pengalaman, dan materi esensial yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan dari sisi siswa, mereka punya ruang seluas mungkin untuk mengeksplorasi keunikan dirinya masing-masing.

“Jadi kalau dulu orang bilang biasanya ganti menteri ganti kurikulum, tapi ini sekarang ganti anak ganti kurikulum. Jadi semua anak punya ‘kurikulum’ sendiri-sendiri sebetulnya,” tambah dia.

Beberapa waktu lalu, Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, menyebut Kurikulum Merdeka dapat mengatasi krisis pembelajarang selama ini terjadi. Di mana, kurikulum itu dia sebut lebih relevan dan interaktif.

“Efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif,” ujar Nadiem beberapa waktu lalu.

Dia mengungkapkan, merujuk berbagai studi nasional maupun internasional, krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun. Krisis pembelajaran semakin bertambah karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan hilangnya pembelajaran dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran.

“Untuk literasi, learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar. Untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar,” kata Nadiem.

Namun, penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum dalam kondisi khusus alias kurikulum darurat dia sebut berjalan efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pademi Covid-19. Atas dasar itulah Kurikulum Merdeka disusun sebagai kurikulum yang lebih komprehensif.

Nadiem menyebutkan beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka. Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Kemudian, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta didik, tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.

Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Lalu sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

Keunggulan lain dari penerapan Kurikulum Merdeka  adalah lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan projek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

Dia menekankan, satuan pendidikan dapat memilih tiga opsi dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada Tahun Ajaran 2022/2023. Pertama, menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan. Kedua, menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan.

Ketiga, menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar. “Dengan Merdeka Belajar, tidak akan ada pemaksaan penerapan (Kurikulum Merdeka) ini selama dua tahun ke depan,” kata Nadiem.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement