Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Menyikapi Hasbunallah Wa Ni'mal Wakil Zikir Perang dan Haramnya Wayang

Agama | Tuesday, 15 Feb 2022, 09:52 WIB

“Ya Allah, aku berharap Kau tambahkan keimanan kepadaku disertai keyakinan dan kepahaman (terhadap ilmu dan keimanan)” ( H. R. al Baihaqi, Kitab Syu’ab al Iman, Juz I : 159, Riyadh- Saudi Arabia, Maktabah :Ar-Rusyd).

Socrates (Filosof dari Yunani 469 SM - 399 SM) mengatakan , “Cobalah dulu, baru bercerita. Pahamilah dulu, baru menjawab. Pikirlah dulu, baru berkata. Dengarlah dulu, baru beri penilaian. Bekerjalah dulu, baru berharap.”

Tulisan ini sengaja diawali dengan dua kutipan. Satu kutipan hadits dan satu lagi kata-kata bijak dari seorang filosof. Inti dari kedua kutipan tersebut mengajak dan mengajarkan kepada kita agar memahami terlebih dahulu terhadap segala hal yang kita temukan, kita dengar, atau yang kita hadapi.

Bukanlah hal yang bijak jika kita membicarakan suatu permasalahan tanpa pemahaman yang mendalam. Jika kita bertindak dan berbicara tanpa pemamahan mendalam terhadap suatu masalah yang kita hadapi, sudah dapat dipastikan kekacauan, keributan, dan penyesalan yang akan kita peroleh. Akhirnya setelah ribut dan permasalahannya menjadi ribet terpaksa kita disibukkan dengan pernyataan klarifikasi dan permohonan maaf.

Kondisi kehidupan sosial-politik kita pada saat ini sedang berada pada kondisi seperti yang dikatakan dalam peribahasa “air beriak tanda tak dalam”. Orang-orang cepat bereaksi, berbicara, dan bertindak tanpa mengetahui dan memahami secara mendalam terhadap persoalan yang sebenarnya.

Penyebabnya bisa jadi karena seseorang mendapatkan informasi yang salah; mendapatkan informasi yang tidak lengkap; dan ia tidak mau lagi mencari informasi yang lebih lengkap. Namun bisa juga informasinya lengkap, namun ia gagal memahami terhadap informasi yang telah ia dapatkan.

Berkenaan dengan gagal memahami suatu informasi, pada bulan Februari ini setidaknya ada dua masalah gagal paham yang viral di media. Pertama, “Heboh Eks Kapolres Purworejo Sebut Hasbunallah Wani'mal Wakil Zikir untuk Perang” (Republika. co. id, Senin 14 Feb 2022, 13:51 WIB) dan kehebohan kedua adalah pernyataan Ustadz Khalid Basalamah tentang pengharaman wayang yang kemudian diklarifikasi dengan permintaan maaf, “Ustadz Khalid Basalamah Klarifikasi Sekaligus Minta Maaf Soal Wayang” (Republika.co.id., Selasa 15 Feb 2022, 00:00 WIB)

Kehebohan yang dilakukan Eks Kapolres Purworejo dipastikan ia hanya mendapatkan informasi yang sepotong-sepotong tentang bacaan zikir Hasbunallah Wani'mal Wakil. Bacaan zikir ini bersumber dari al Qur’an, yakni surat Ali Imran : 173.

Memang ayat tersebut turun ketika para sahabat merasa takut dengan kaum munafik yang selalu menjadi provokator, menghasut sebagian kaum muslimin agar tidak ikut membantu Rasulullah saw ke kancah peperangan Uhud. Kemudian Rasulullah saw meyakinkan para sahabat untuk tidak merasa takut dengan mereka, dan menyerahkan diri atas kekuasaan dan pertolongan Allah.

Kalimat Hasbunallah Wani'mal Wakil selain dibaca dalam setiap menghadapi permasalahan yang dianggap berat dan besar juga pernah dibaca Nabi Ibrahim a.s. ketika ia dilemparkan anak buah Raja Numrud ke dalam kobaran api (Tafsir al Qurthubi, Juz V : 422; Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Juz I : 177; Tafsir Ath Thabari, Juz 6 : 245; Tafsir Ad Dur al Ma’tsur, Juz IV : 145).

Jika melihat sababunuzul (sebab turunnya ayat) tersebut memang berkenaan dengan ketakutan dalam menghadapi peperangan, namun demikian pemahaman terhadap suatu ayat al Qur’an jangan terhenti sampai riwayat sebab turunnya suatu ayat. Untuk memahami suatu ayat kita pun harus mempelajari kaidah-kaidah ilmu tafsir.

Salah satu kaidah tafsir menyebutkan, al ‘ibrah bi ‘umumi al lafdhi laa bil khushshi al sabab (mengambil ibrah, mengamalkan suatu ayat dengan memahami keumuman lafadz, bukan dengan kekhususan sebab turunnya ayat tersebut). Dengan demikian, kalimat Hasbunallah Wani'mal Wakil bisa dibaca kapan saja dan ketika menghadapi permasalahan besar.

Sangatlah tidak logis dan merupakan tuduhan yang mengada-ada jika bacaan zikir Hasbunallah Wani'mal Wakil dimaknai sebagai ayat atau bacaan persiapan perang. Terlebih-lebih hadits-hadits Nabi saw menganjurkan agar kita senantiasa membaca zikir tersebut selepas melaksanakan ibadah shalat.

Logikanya, jika ayat tersebut diapresiasikan sebagai bacaan dalam mempersiapkan peperangan, berarti orang yang membaca zikir Nabi Yunus a.s. laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu mina al dhalimiin (Q. S. Al Anbiya : 87) sedang mempersiapkan diri terjun ke kedalaman samudera dan mempersiapkan diri untuk menjadi santapan ikan terbesar dan terganas yang ada di laut.

Betapa tidak, sebab zikir ini dibaca Nabi Yunus a.s. ketika ia berada di dalam kegelapan ikan besar di dasar laut. Namun nyatanya, Rasulullah saw menjadi zikir Nabi Yunus a.s. tersebut selepas melaksanakan ibadah shalat dan ketika menghadapi kesulitan besar, dan tentu saja kita tidak perlu berada di dalam perut ikan besar.

Kehebohan selanjutnya adalah pemahaman sepotong-sepotong sebagian orang ketika mendengar ceramah seorang ustadz. Kini banyak orang yang sengaja memotong-motong kalimat atau video ceramah seorang ustadz untuk dijadikan heading atau judul berita yang sekiranya dapat menarik perhatian orang untuk membaca atau menontonnya.

Dalam hal ini, kaidah jurnalistik dalam membuat judul berita sering disalahgunakan. Kaidah tersebut adalah “jika anjing menggigit manusia, bukanlah berita. Namun jika manusia yang menggigit anjing, barulah berita.” Suatu hal yang aneh, nyeleneh, biasanya menjadi berita yang menarik.

Kaidah tersebut sebenarnya digunakan untuk mencari angle sudut pandang berita agar menarik dan tidak sama dengan angle yang ditulis media lainnya. Sayangnya orang yang awam terhadap kaidah jurnalistik menggunakannya sebagai sarana agar semua orang menjadi tertarik terhadap konten yang ditulisnya, kemudian menjadi heboh dan viral.

Dalam masalah pengharaman dan pemusnahan wayang yang menghebohkan, saya yakin sekali Ustadz Basalamah tidak bermaksud seperti yang disampaikan dalam media sosial. Selain itu, saya sangat salut dengan kepekaannya dalam melihat kegelisahan umat. Ia dengan cepat meminta maaf dan melakukan klarifikasi atas pernyataan yang sebenarnya.

Dari dua peristiwa yang viral tersebut, kita harus menarik pelajaran memahami terhadap suatu hal sangat diperlukan sebelum kita melakukan tindakan baik melalui pernyataan maupun perbuatan. Kita perlu berpikir ulang, memahami ilmu dan informasi yang sudah kita peroleh. Memiliki banyak ilmu dan informasi tanpa memiliki pemahaman yang mendalam terhadapnya hanya akan hanya menjadikan diri kita kebingungan.

Pada era orang-orang mendewakan hasrat untuk terkenal dan menjadi orang pertama yang mengetahui dan terkenal seperti sekarang ini, kita harus belajar arif dalam menyampaikan suatu hal. Selayaknya kita tak tergesa-gesa dalam menyebarkan suatu informasi atau mengeluarkan suatu pernyataan sebelum kita benar-benar memahaminya.

Selain tuntunan al Qur’an dan Sunnah Nabi saw sebagai pedoman untuk bertindak bijak, kita pun memiliki kearifan lokal yang bijak, salah satunya peribahasa yang diambil dari akar budaya bertutur dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Salah satunya, sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada gunanya. Hendaklah kita berpikir secara matang sebelum membuat suatu keputusan atau pernyataan agar kita tidak menyesal dan sibuk meminta maaf dan melakukan klarifikasi setelah melakukannya.

Hasbunallah wani'mal wakil (sumber gambar : wordss.cc)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image