Senin 14 Feb 2022 18:15 WIB

Roket China Diprediksi Tabrak Bulan, Ini Dampak yang akan Terjadi

Tabrakan roket dan bulan bisa menghasilkan partikel oksida logam.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Bulan (Ilustrasi)
Foto: The Independent
Bulan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Belum lama ini, astronom memprediksi akan ada tabrakan roket dengan bulan yang terjadi pada 4 Maret nanti. Tadinya roket tersebu diprediksi berasal dari Space X Falcon 9. Namun, kabar terbaru mengatakan roket itu berasal dari bagian roket China.

Yang jelas, objek akan menabrak bulan dengan kecepatan sekitar 2,6 kilometer per detik dan menciptakan kawah berdiameter sekitar 19 meter. Dampak tabrakan bulan memicu kemarahan warganet di media sosial karena kelalaian manusia yang akan merusak bulan.

Baca Juga

Kekhawatiran yang salah

Namun, perlu diketahui, kedatangan roket di bulan ini lebih ramah lingkungan dibandingkan roket mati yang tersebar melalui atmosfer. Sebab, tabrakan itu bisa menghasilkan partikel oksida logam yang terjadi selama pembakaran. Selain itu, bulan juga tidak memiliki atmosfer untuk melindungi diri dari puing-puing luar angkasa sehingga ia mengumpulkan kawah tumbukan yang terjadi secara alami sepanjang waktu.

Lunar Reconnaissance Orbiter telah mencitrakan kawah 19 meter yang terbentuk ketika setengah ton batu asteroid bergerak sekitar sepuluh kali lebih cepat daripada roket Falcon 9 yang menghantam permukaan pada Maret 2013.

Selama dekade terakhir, ratusan tumbukan lebih kecil tercipta oleh bongkahan batu seberat setengah kilogram telah ditemukan oleh proyek pemantauan dampak bulan NASA. Tabrakan yang akan datang akan berada di sisi jauh bulan sehingga masyarakat tidak bisa melihat prosesnya.

Kontaminasi biologis

Yang perlu dikhawatirkan adalah mencemari bulan dengan mikroba hidup atau molekul di masa depan. Sebagian besar negara telah menandatangani protokol perlindungan planet yang berupaya meminimalkan risiko kontaminasi biologis dari bumi ke benda lain dan juga dari benda lain kembali ke bumi.

Protokol ada untuk alasan etis dan ilmiah. Argumen etisnya adalah tidak tepat untuk mempertaruhkan ekosistem apa pun yang mungkin ada di benda lain dengan memasukkan organisme dari bumi yang mungkin berkembang di sana.

Sementara argumen ilmiahnya adalah masyarakat ingin mempelajari dan memahami kondisi alam satu sama lain sehingga tidak boleh mengambil risiko membahayakan atau menghancurkannya dengan kontaminasi yang tidak disengaja.

Pelanggaran protokol COSPAR baru-baru ini terbesar terjadi pada tahun 2019 ketika pendarat bulan Israel Beresheet yang didanai swasta jatuh di bulan dan membawa sampel DNA serta ribuan tardigrades.

Tardigrades adalah organisme dengan panjang setengah milimeter yang dapat hidup meskipun tidak aktif di ruang hampa udara. Tardigrades dan mungkin juga mikroba yang hidup di usus mereka sekarang tersebar di seluruh lokasi kecelakaan Beresheet.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement