Ahad 13 Feb 2022 16:18 WIB

Potensi Ekonomi Hijau Besar, Banyumas Dorong Pengembangan Wisata Alam

Wisata yang dikaitkan dengan hutan dan alam termasuk ekonomi hijau.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Lokawisata Baturraden di Banyumas, Jawa Tengah.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Lokawisata Baturraden di Banyumas, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Potensi ekonomi hijau (green economy) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dinilai sangat besar, seiring dengan terus tumbuhnya wisata alam di wilayah tersebut. Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan akan mendorong pelestarian tumbuhan dan satwa langka demi mendorong perkembangan wisata alam di Banyumas.

Salah satu upaya pelestarian yakni dengan melakukan konservasi tumbuhan endemik Gunung Slamet, kantong semar (Nephentes adrianii) di Taman Botani Baturraden yang saat ini tengah dibangun. "Karena ini kan ciri khas Banyumas, jadi harus diselamatkan," ujar bupati usai acara penanaman tumbuhan endemik kantong semar di Baturraden, Banyumas.

Menurut dia, nantinya pemkab akan membentuk peraturan daerah untuk melestarikan tumbuhan dan satwa langka. Bila perlu, pelanggar aturan tersebut akan terkena sanksi pidana. Hal ini dinilai sangat perlu dilakukan mengingat pariwisata di Banyumas sangat dekat dengan alam. "Banyumas ini kan dekat dengan alam, jadi sangat besar potensi ekonomi hijaunya," kata bupati.

Camat Baturraden, Budi Nugroho menambahkan tahun ini banyak desa di Baturraden yang tengah mengembangkan potensi wisata alam mereka. Meskipun pandemi belum berakhir, warga Baturraden semangat untuk mengikuti kesuksesan Desa Wisata Karangsalam Baturraden yang telah mendapatkan peringkat 10 besar desa wisata nasional pada 2019 lalu.

 

"Memang di awal-awal dulu ekonomi cukup memprihatinkan, karena kan ekonomi masyarakat Baturraden bergantung pada wisata alam," ujarnya. Untuk meningkatkan kembali perputaran ekonomi di Baturraden, masyarakat setempat berupaya menaikkan potensi alam di wilayah mereka.

Beberapa di antaranya seperti Curug Pinang dan Curug Telu di Desa Karangsalam, Curug Jenggala di Desa Ketenger, Curug Carang di Kemutu Kidul, serta Curug Belot di Rempoah. Tidak hanya dari wisata curug, Desa Rempoah juga mengembangkan wisata edukasi pengelolaan sampah melalui Bumdes yang melakukan pengelolaan sampah. "Di situ ada edukasi bagaimana pengelolaan sampah, organik maupun anorganik," jelasnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rony Hartawan mengatakan, saat ini ekonomi hijau menjadi suatu keniscayaan, sehingga harus dikembangkan. Apalagi untuk wilayah yang banyak memiliki wisata alam seperti Banyumas.

"Wisata yang dikaitkan dengan hutan dan alam termasuk ekonomi hijau, sehingga ekonomi hijau di Banyumas sangat potensial untuk dikembangkan," ujar Rony Hartawan.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman BI, untuk mengembangkan ekonomi hijau bukan berasal dari konteks bantuan finansial, tetapi bagaimana meningkatkan mindset masyarakat mengenai pentingnya ekonomi hijau. Misalnya, semakin banyak konsumen yang menyadari bahwa produk organik baik bagi kesehatan, maka akan semakin banyak produsen-produsen yang mengembangkan produk organik.

Mindset seperti itu, lanjut Rony, yang perlu dikembangkan. "Jadi rencananya seperti itu, paralel dengan bagaimana mengembangkan pertanian digital, sehingga nanti perkembangan pertanian bisa tidak hanya untuk kebutuhan lokal tapi juga dengan ekspor," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement