Jumat 11 Feb 2022 14:57 WIB

NATO Ajukan Proposal Positif untuk Dibahas dengan Rusia

NATO sudah mengajukan proposal-proposal tersebut guna meningkatkan transparansi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Dalam foto yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, kanan, dan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss menghadiri konferensi pers bersama setelah pembicaraan mereka di Moskow, Rusia, Kamis, 10 Februari 2022. Diplomat top Inggris telah tiba di Moskow untuk mencoba meredakan ketegangan yang ditimbulkan oleh penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina.
Foto: Russian Foreign Ministry Press Service via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, kanan, dan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss menghadiri konferensi pers bersama setelah pembicaraan mereka di Moskow, Rusia, Kamis, 10 Februari 2022. Diplomat top Inggris telah tiba di Moskow untuk mencoba meredakan ketegangan yang ditimbulkan oleh penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah memiliki sejumlah proposal positif untuk didiskusikan dengan Rusia. Hal itu masih berkaitan dengan ketegangan yang berlangsung di perbatasan Rusia-Ukraina.

“Rusia dapat bekerja melalui Dewan NATO-Rusia untuk meningkatkan kepercayaan dan transparansi pada isu-isu seperti postur kekuatan. NATO mengajukan proposal positif, yang ingin kami diskusikan dengan Rusia,” kata Truss dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow, Kamis (10/2), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Truss mengungkapkan, NATO sudah mengajukan proposal-proposal tersebut guna meningkatkan transparansi dan kepercayaan diri. “Saya ingin kita melanjutkan pembicaraan tersebut,” ucapnya.

Kendati demikian, dia menekankan, kemajuan tidak bisa dicapai dengan mengorbankan kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. Hal itu pun tak dapat diraih dengan mengorbankan kebijakan pintu terbuka NATO.

Dalam pertemuan dengan Lavrov, Truss sempat meminta Rusia untuk menarik pasukan, termasuk peralatan militernya, dari perbatasannya dengan Ukraina. “Kami perlu melihat pasukan dan peralatan yang ditempatkan di perbatasan Ukraina dipindahkan ke tempat lain karena saat ini dalam posisi yang sangat mengancam,” ujarnya.

Menurut dia, Lavrov telah meyakinkannya bahwa Rusia tidak memiliki rencana menyerang Ukraina. “Tapi kami perlu melihat kata-kata itu ditindaklanjuti dengan tindakan,” ucap Truss.

Sementara itu Lavrov mengungkapkan, dia “kecewa” dengan pembicaraan tersebut. Dia mengatakan, masalah keamanan yang menjadi perhatian negaranya dikesampingkan. “Saya merasa rekan-rekan kami tidak mengetahui penjelasan yang telah diberikan oleh presiden kami atau mereka sama sekali mengabaikannya,” ujarnya.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyampaikan bahwa NATO dan Amerika Serikat telah mengabaikan tuntutan negaranya tentang jaminan keamanan. Putin mengungkapkan, tidak ada tanggapan yang memadai atas tiga tuntutan utama Rusia. Tuntutan tersebut adalah tentang mencegah ekspansi NATO, non-penempatan senjata serang dekat perbatasan Rusia, dan mengembalikan infrastruktur militer NATO di Eropa ke posisi yang ada pada 1997. Pada tahun tersebut Russia-NATO Founding Act ditandatangani.

NATO dan AS diketahui telah menyatakan dukungan terhadap Ukraina untuk menghadapi potensi serangan Rusia. Kendati demikian, Moskow membantah memiliki intensi untuk melancarkan agresi ke negara tetangganya tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement