Selasa 08 Feb 2022 14:37 WIB

Perundingan Nuklir Iran Kembali Dimulai Pekan Ini

Tujuh negara berunding di Wina, Selasa (8/2), melanjutkan negosiasi nuklir Iran.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Florian Schroetter/AP/dpa/picture alliance
Florian Schroetter/AP/dpa/picture alliance

Terakhir, perundingan nuklir di Wina ditunda pada akhir bulan lalu untuk jeda konsultasi. Kini, "putaran kedelapan perundingan dihadiri oleh Cina, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Iran dan Amerika Serikat akan dilanjutkan besok di Wina,” tulis juru bicara Uni Eropa, Alain Matton, via Twitter.

Menyusul bulan-bulan penuh ketidakpastian, proses negosiasi untuk menghidupkan kembali Perjanjian Nuklir 2015 mengalami kemajuan dalam beberapa pekan terakhir.

Belum lama ini, AS melonggarkan embargo yang memungkinkan lembaga nuklir internasional menjalin kerjasama untuk bidang nonmiliter. Hal ini dianggal sebagai "langkah baik, meski tidak cukup, kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdolaahian, Minggu (6/2).

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri di Teheran, pencabutan sanksi yang "menguntungkan Iran adalah garis merah perundingan,” kata Saeed Khatibzadeh. "Langkah Washngton tidak berdampak pada situasi ekonomi Iran,” imbuhnya.

Teheran secara konsisten melanggar butir perjanjian dengan memperkaya uranium, sejak bekas Presiden AS, Donald Trump, mencabut dukungannya 2018 silam. Namun demikian Iran menolak tuduhan ingin membangun senjata nuklir.

"Momen menentukan”

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan hasil perundingan akan sepenuhnya "bergantung kepada Iran,” katanya dalam wawancara dengan harian AS, Washington Post, Senin (7/2).

"Kita harus memberikan pesan yang jelas bahwa saat ini adalah saatnya membuat keputusan dan kemajuan, bukan menunda prosesnya,” tutur Scholz. "Saat ini adalah momen yang paling menentukan dan kami yakin kita bisa memanfaatkan peluang ini.”

Tapi "waktu yang kita miliki tidak banyak,” imbuhnya.

Dalam keterangan persnya, Kemenlu Iran sebaliknya membebankan tanggungjawab kepada Washington. "Apa yang akan dibawa oleh Amerika Serikat ke perundingan di Wina besok akan menentukan apakah kita bisa mencapai kesepakatan,” kata Khatibzadeh.

"Kami sudah membuat kemajuan signifikan dalam berbagai area di perundingan Wina,” termasuk jaminan dari Amerika Serikat untuk tidak lagi melanggar perjanjian seperti yang dilakukan Trump,” tuturnya.

"Kami berharap, apa yang diasumsikan sebagai pernyataan positif bisa berubah menjadi tindakan dan kita bisa menyepakati perjanjian yang adil di Wina.”

Minggu (6/2), pejabat tinggi keamanan Iran, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional, Ali Shamkhani, mengatakan Washington dan Teheran sejauh ini berhasil membuat komitmen yang "seimbang” dalam perundingan di Wina.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan keputusannya memberikan penundaan sanksi bagi program nuklir sipil Iran bukan isyarat kendur, melainkan langkah teknis yang diperlukan untuk kembali ke Perjanjian Nuklir 2015.

Penundaan embargo membebaskan perusahaan internasional terlibat dalam program nuklir Iran, selama untuk keperluan sipil, tanpa harus mengkhawatirkan sanksi dari AS.

rzn/hp (afp,dpa)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement