Selasa 08 Feb 2022 09:37 WIB

Tingkatkan Minat Baca Anak Lewat Cerita

Bercerita dapat dilakukan oleh seorang guru sebelum memulai pembelajaran

Praktisi Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI), Kak Slam memberikan motivasi kepada para peserta didik SDN Wringinputih 01, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang dengan dongeng fable, Rabu (12/1). Kegiatan ini digelar sekolah setempat untuk memotivasi para peserta didik dalam menghadapi PTM penuh di sekolah.
Foto: Republika/bowo pribadi
Praktisi Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI), Kak Slam memberikan motivasi kepada para peserta didik SDN Wringinputih 01, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang dengan dongeng fable, Rabu (12/1). Kegiatan ini digelar sekolah setempat untuk memotivasi para peserta didik dalam menghadapi PTM penuh di sekolah.

Oleh : Hikmawati Wahidah S.P (Guru MI Muhammadiyah 02 Pekanbaru)

REPUBLIKA.CO.ID, Kemampuan membaca anak Indonesia masih terbilang rendah. Berdasarkan hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia dalam hal membaca masih terbilang minim, dengan skor rata-rata 371, dengan rata-rata skor OECD 487.

Hasil AKMI peserta didik beberapa waktu lalu juga menunjukkan tingkat literasi peserta didik yang masih rendah. Berdasarkan hasil AKMI tahun 2021 di salah satu sekolah, masih ada 35 dari 54 peserta didik yang mengikuti AKMI yang tingkat literasinya masih dasar dan perlu intervensi.

Pengalaman saya sebagai guru di dalam kelas juga menunjukkan bahwa kemampuan membaca apalagi memahami bacaan peserta didik terbilang rendah. Untuk menjawab soal yang berkaitan dengan bacaan yang disajikan, tingkat kemampuan peserta didik masih kurang. Ini semakin memperkuat kesimpulan bahwa tingkat literasi peserta didik Indonesia perlu ditingkatkan. Namun dengan kondisi pandemi yang masih berlanjut, proses pembelajaran di sekolah belum bisa maksimal. Lantas, bagaimanakah nasib literasi anak-anak kita ke depan?

Untuk memahami sebuah persoalan dengan baik, seseorang harus mempunyai kemampuan membaca yang baik. Membaca situasi, pola pikir, gerak dan mimik tubuh, serta yang tak kalah penting adalah membaca sebuah teks/berita. Tak jarang mispersepsi dan perdebatan akhirnya terjadi karena seseorang kurang memahami isi sebuah berita/pesan yang disampaikan.

Kemampuan membaca yang baik diawali dari adanya minat baca. Jika minat baca kurang, otomatis kemampuan membaca akan berkurang. Tulisan yang berisi informasi akan dibaca sekilas, sehingga pemahaman terhadap isi juga berkurang. Inilah yang menyebabkan isi/pesan tidak utuh tersampaikan. Apalagi jika sebuah tulisan tersebut mempunyai makna tersirat.

Dunia anak adalah dunia imajinasi, khayalan, namun dekat dengan kehidupan sehari-hari. Anak-anak akan mudah didekati dengan apa yang mereka sukai. Menyuguhkan cerita yang sesuai dengan kesukaan, minat, dan  hobi mereka akan memudahkan mengenalkan bacaan sejak dini kepada anak-anak. Meningkatkan minat baca, terutama pada anak-anak perlu dimulai dengan pendekatan bercerita terlebih dahulu. Jika mereka sudah terbiasa dan tertarik untuk mendengarkan cerita, baru diperkenalkan dengan bacaan-bacaan yang berisi cerita sehingga akhirnya mereka akan terbiasa membaca cerita secara mandiri.

Cerita yang dipilih tentu harus cerita yang sesuai dengan usia perkembangan anak. Selain itu, cerita juga sebaiknya berisi pesan-pesan moral. Hal ini penting dilakukan untuk menanamkan karakter pada diri anak. Misalnya, cerita “Si Kancil Mencuri Mentimun”, “Si Kelinci dan Kura-kura”, dan lain-lain. Memilih cerita yang berkarakter secara tidak langsung akan membentuk karakter anak dan memudahkan pendidik maupun orangtua untuk mengarahkan perilaku anak.

Bercerita dapat dilakukan oleh seorang guru sebelum memulai pembelajaran, sebagai sarana pembuka pembelajaran/apersepsi. Dengan bercerita di awal, diharapkan anak lebih berminat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Bercerita atau membaca cerita juga dapat menghilangkan kejenuhan anak dalam belajar. Cerita singkat yang dibaca anak dan kemampuan guru mengolah cerita dapat merangsang minat membaca lebih lanjut pada anak. 

Ada beberapa cara yang saya lakukan di kelas untuk meningkatkan minat membaca pada anak. Salah satunya, anak diminta secara bergiliran membaca sebuah teks yang terdapat pada buku, dilanjutkan tanya jawab dan diskusi yang menjelaskan isi teks tersebut. Hal ini terbukti meningkatkan minat anak untuk berlomba-lomba mengajukan diri agar mereka yang ditunjuk untuk membaca selanjutnya dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Saya juga meletakkan beberapa buku cerita anak di dalam kelas dengan harapan mereka tertarik dan mau membaca buku cerita tersebut. Anak-anak diajak membaca sebuah cerita dan menceritakannya kembali dengan bahasa mereka sendiri. Untuk lebih memotivasi anak, setelah itu anak diberikan reward sederhana berupa snack. 

Bercerita juga dapat dilakukan oleh orangtua sebagai pengantar tidur anak. Selain menambah pengetahuan dan menanamkan karakter pada anak, bercerita sebelum tidur bisa membangun kedekatan orangtua dengan anak. Cerita yang dibacakan sebelum tidur secara tidak langsung akan masuk ke dalam alam bawah sadar anak. Inilah yang akan membantu membentuk karakter anak. Di rumah, semenjak anak-anak masih kecil, saya beserta suami kerap membacakan cerita atau bercerita kepada anak-anak menjelang tidur. Anak-anak boleh memilih judul cerita. 

Mereka terkadang dibacakan sebuah cerita dari buku, tapi lebih sering cerita yang merupakan request dari mereka. Misal tentang perkembangan suatu teknologi, bagaimana dulu masa kanak-kanak saya dan suami, serta pengalaman hidup nge-kost selama di bangku kuliah dan bersama teman-teman. Di sinilah kami menanamkan nilai-nilai kebaikan dan prinsip hidup yang akan menjadi bekal perjalanan hidup mereka. Dari sinilah timbul minat dan hobi anak-anak kami dalam literasi. Kami rutin membeli buku bacaan untuk anak-anak sesuai minat mereka. Pada akhirnya, anak ke-dua kami, Shofiyah, tidak hanya hobi membaca tapi juga hobi menulis. Sudah beberapa kali ia mengikuti lomba dan berhasil masuk kategori hingga tulisan dan bukunya diterbitkan.

Iklim bercerita yang ditumbuhkan oleh lingkungan di rumah dan di sekolah akan bersinergi untuk meningkatkan minat membaca pada anak. Oleh karena itu butuh kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan orangtua untuk menjalankan program literasi bersama. Ketika anak sudah terbiasa dan tertarik mendengarkan cerita, akan lebih mudah menarik anak untuk aktif membaca sendiri. Pada akhirnya lambat laun anak akan belajar untuk memahami bacaan.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement