Selasa 08 Feb 2022 06:32 WIB

Salah Satu Tanda Cinta Hamba kepada Allah SWT

Kerelaan dan ridha merupakan tanda cinta kepada Allah SWT

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi cinta kepada Allah SWT. Kerelaan dan ridha merupakan tanda cinta kepada Allah SWT
Foto: republika
Ilustrasi cinta kepada Allah SWT. Kerelaan dan ridha merupakan tanda cinta kepada Allah SWT

REPUBLIKA.CO.ID, — Mahabbah adalah prinsip yang mungkiin paling berat untuk ditempuh oleh para pencari Tuhan.

Menurut Aisyah al-Ba’uniyah,  dalam buku Al-Muntakhab fi Ushul ar-Rutab fi ‘Ilm at-Tashawwuf yang dialihbahasakan menjadi “Menjalin Ikatan Cinta Allah SWT”, cinta ilahi tersebut mensyaratkan peniadaan selain-Nya dari dalam hati secara total, agar yang mencintai menyatu dengan Allah SWT yang dicintai.

Baca Juga

Untuk menjadi orang yang dicintai Allah SWT, menurut Aisyah, seseorang harus mengikuti kekasih Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW. Hal ini telah ditegaskan dalam sebuah firman Allah SWT yang dikutip Aisyah al-Ba’uniyah. Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW: 

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“ Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Ali Imran [3]: 31).

Selain itu, Aisyah al-Ba’uniyah juga menyebut sekian banyak tanda seseorang yang cinta kepada Allah SWT. Salah satunya adalah kerelaan atau ridha. “Derajat cinta terendah adalah jika dia dilemparkan Kekasihnya ke neraka, komitmennya untuk tetap mencintai Dia tidak pernah tergoyahkan,” tulis Aisyah menukil seorang ahli makrifat.

Dia pun menggambarkan cinta ilahi dalam bentuk puisi, “Kuhapus namaku dan jejak tubuhku. Aku menghilang dariku selagi ada-Mu. Dalam fanaku telah fana kefanaanku. Dalam fanaku aku menemukan kamu.”

Untuk menjelaskan konsep Mahabbah, dalam buku ini Aisyah juga banyak mengutip hadits dan pendapat ahli mahabbah dan ulama sufi terdahulu, seperti Imam al-Qusyairi, ar-Rudzbari, Abu Abdullah al-Qurasyi, Rabi’ah al-Adawiyah, Abu Ya’qub as-Susi, dan Syekh Abu Hasan asy-Syadzili.

 

Siapa Aisyah?

Salah satu ulama sufi perempuan yang mengajarkan mahabbah adalah Aisyah al-Ba’uniyah. Ia adalah sufi perempuan terbesar setelah Rabiah Adawiyah.

Nama lengkapnya adalah Aisyah binti Yusuf bin Ahmad bin Nashir al-Ba’uni. Nama al-Ba’uniyah dinisbatkan kepada sebuah daerah bernama Ba’un yang berada di kawasan Ajloun, Utara Yordania. Aisyah al-Ba’uniyah lahir di Damaskus pada 865 Hijriah atau 1460 Masehi.

Sejarawan Ibnu al-Imad al-Hanbali menyebut Aisyah al-Ba’uniyah sebagai seorang syaikhah salehah, sastrawan, cendekiawan, dan wanita tercerdas abad ke-10 Hijriyah.

Ulama sufi perempuan ini wafat di Damaskus pada 922 Hijriah atau 1517 Masehi. UNESCO mengumumkan tahun 2006-2007 sebagai tahun peringatan internasional untuk memperingati 500 tahun kelahiran Aisyah al-Ba’uniyah.

Setidaknya ada 16 kitab yang pernah ditulis Aisyah al-Ba’uniyah selama hidupnya.  Salah satu karyanya yang terkenal adalah Al-Muntakhab fi Ushul ar-Rutab fi ‘Ilm at-Tashawwuf.

Kitab itulah yang kemudian diwujudkan menjadi buku berjudul “Menjalin Ikatan Cinta Allah SWT” ini. Buku terbitan TuROS ini berisi ajaran Mahabbah dari Aisyah Ba’uniyah.             

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement