Jumat 04 Feb 2022 17:00 WIB

Memaafkan Kesalahan

Memberi maaf terkadang begitu sulit dilakukan.

Ilustrasi Hikmah
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Hikmah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Farida

Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi itu, terkadang ada kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan, baik disengaja maupun tidak. Dalam kondisi itu, Islam mengajarkan untuk tak hanya meminta maaf dengan tulus sepenuh hati, tapi juga memaafkan. Allah berfirman, "... Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS an-Nur [24]: 22).

Baca Juga

Memberi maaf terkadang begitu sulit dilakukan. Apalagi, jika kesalahan yang harus dimaafkan itu dirasakan sangat besar dan berat. Terkait dengan harga diri, reputasi, dan nama baik. Bukannya memaafkan, terkadang malah marah, sakit hati, benci, hingga dendam yang tertanam di dalam hati. Lalu, berpikir dan mencari-cari cara untuk membalas balik dengan keburukan yang sama, bahkan lebih.

Dalam ayat di atas, Allah menyuruh manusia untuk memaafkan dan berlapang dada atas keburukan yang ditimpakan oleh orang lain. Dengan kata lain, Allah melarang manusia untuk melakukan balas dendam, apalagi pembalasan yang lebih dari yang ia terima. Tidak ada baiknya balas dendam. Ibaratnya, api dibalas dengan api, maka akan makin berkobar; yang kalah menjadi abu, yang menang menjadi arang.

Dalam kitab Tafsir al-Qur'an al- 'Azhim karya Ibnu Katsir, ayat di atas turun terkait Abu Bakar yang begitu marah kepada Misthah, pelayannya, yang ikut menyebarkan fitnah terhadap Aisyah (hadis ifki) yang berasal dari Abdullah bin Ubay tokoh munafik. Dia memfitnah Aisyah berlaku tak terpuji dengan Shafwan, sahabat dekat Rasulullah. Padahal, Shafwan sangat memuliakan dan menghormati istri beliau itu.

Fitnah terhadap Aisyah menjadi ujian berat bagi rumah tangga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Ini menyangkut harga diri, reputasi, dan nama baik. Karena itu, Abu Bakar marah terhadap Misthah bin Utsatsah yang ikut-ikutan menyebarkan fitnah tersebut. Ia pun bersumpah takkan menyantuninya lagi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement