Kamis 03 Feb 2022 17:30 WIB

Putus Sekolah Gara-Gara Harga Timah

Banyak siswa yang mencari uang dengan menambang timah

Tambang timah di Bangka Belitung
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Tambang timah di Bangka Belitung

Oleh : Nurwati S.Pd-Guru di SMPN 2 Namang Kabupaten Bangka Tengah

 

“Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia.”

                                                                                              – Nelson Mandela

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap anak bangsa harus memaknai ungkapan ini agar mereka tetap semangat menuntut ilmu dalam situasi dan kondisi apapun. Tujuannya, demi melaksanakan kewajibannya sebagai penerus bangsa serta menjaga wibawa bangsa di mata dunia.

Dampak dari pandemi mempengaruhi semua aspek diantaranya  harga timah dunia tembus rekor harga tertinggi sepanjang sejarah perdagangan sejak Juli 2021 dengan harga US$ 38.790/ton. Hal ini sangat berdampak besar pada penambang timah inkonvensional yang  ada  di provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai penghasil timah terbesar di dunia, khususnya di kabupaten  Bangka Tengah. Disana, sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai penambang timah. 

Naiknya harga timah dunia  berpengaruh pada  harga bijih timah di daerah khususnya pada penambang timah inkonvensional yaitu berkisar dari Rp.90.000/kg sampai Rp. 240.000/kg. Hal ini menggiurkan semua kalangan dimana ekonomi masyarakat meningkat dan harga jual barang juga meningkat. Sebab masyarakat yang dulunya petani,nelayan,buruh harian beralih profesi menjadi penambang. Hal ini juga berpengaruh pada anak usia pendidikan utamanya siswa di tingkat  Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah  Menengah Pertama (SMP).

Sepanjang tahun 2021, sebanyak 390 siswa/siswi yang terdiri dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Salah satu pemicu mereka putus sekolah selain pernikahan dini,  menjadi penambang timah untuk menambah ekonomi keluarga. Tak pelak lagi, dilansir dari Bangkapos.com, selama pandemi ini ada peningkatan angka putus sekolah SD/MI tahun 2020 ada 61 orang dan tahun 2021 sebanyak 193 orang. Sementara untuk SMP/MTs sebanyak 37 orang tahun 2020 dan 197 orang pada tahun 2021. 

Saya selaku pengajar di SMPN 2 Namang Kabupaten Bangka Tengah dan lokasi sekolah itu jaraknya  sekitar 1 km dari pantai. Dimana sebagian besar mata pencaharian orang tua siswa adalah sebagai penambang timah. Pada tahun pelajaran 2020/2021 siswa yang keluar dari sekolah kami sekitar 10 orang dari semua jenjang kelas dengan   total siswa 277 orang.

Pihak sekolah sudah melakukan berbagai pendekatan dengan siswa-siswa yang bermasalah  dengan melibatkan wali kelas, guru bimbingan konseling (BK),kesiswaan, kepala sekolah dan perangkat desa,agar mereka mau melanjutkan pendidikan. Sayangnya, upaya kami  tidak membuahkan hasil. Para orang tua bukan hanya tidak mendukung penuh pihak sekolah untuk membimbing anak anak mereka. Terkadang, guru yang melakukan kunjungan ke rumah siswa  mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari walimurid. 

Tantangan terbesar dari semua rekan guru dengan  proses  pembelajaran   daring dan luring, kami harus mengejar-ngejar siswa untuk menyetor tugas yang sudah diberikan sebab tidak mengerjakan tugas  sesuai aturan. Para peserta didik utamanya siswa laki-laki di pagi hari  menambang timah dan pulang di sore hari. Akibatnya banyak siswa yang nilainya turun drastis dan jauh dari  meraih prestasi lagi. 

Menurunnya prestasi anak di masa pandemi selain kurang kontrolnya orang tua terhadap pendidikan anak dan lingkungan sangat mendominasi terjadinya perubahan kearah negatif. Siswa dengan mudahnya mencari uang dengan menambang timah. Mereka bisa membeli apa saja yang disukai tanpa sepengetahuan orang tua,bebas bergaul dengan anak yang putus sekolah dan  menikmati kebebasan yang tak terkendali.

Pada tahun pelajaran 2020/2021, siswa yang melanjutkan sekolah tingkat SMA/SMK. Banyak yang tidak lulus  di jurusan maupun sekolah favorit yang mereka sukai akibat nilai  rendah tidak mencapai standar/great dari sekolah tersebut. Ada beberapa siswa  yang tidak melanjutkan lagi. Sehingga meningkatnya angka anak putus sekolah khususnya di Desa Baskara Bakti kecamatan Namang kabupaten Bangka Tengah,yang merupakan salah satu wilayah zonasi SMPN 2 Namang.

Apakah ada kebijakan pemerintah daerah dalam mengatasi meningkatnya angka  anak putus sekolah ?

Pemerintah daerah bersama dinas pendidikan melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka putus sekolah ,yaitu dengan memberikan beasiswa  khusus anak kurang mampu, baik dari dana APBD, pusat, Baznas, dan lainnya serta  mendukung program  Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (  PKBM ).

Selain itu, program  Desa Asuh  yang bekerja sama dengan beberapa dinas terkait lainnya untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia  (IPM) di bidang pendidikan yang difokuskan pada tiga daerah yaitu Desa Baskara Bakti,Desa Keretak dan Desa Lubuk Besar. 

Program Desa Asuh ini sudah berjalan sekitar 6 bulan sejak Juli 2021 dan  tujuannya mengajak masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi melalui wadah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),dimana tingginya  angka putus sekolah  dan  angka buta huruf di Desa Baskara Bakti. Dukungan dari SMPN 2 Namang dengan meminjamkan gedung untuk tempat belajar dengan nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM )“PESISIR” dan beberapa guru juga membantu mengajar di PKBM tersebut.

Pemerintah daerah juga memberikan tambahan penghasilan pegawai (TPP) pada guru-guru yang mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKMB )  dan Desa Asuh  di tiga daerah yaitu Desa Baskara Bakti, Desa Keretak dan Desa Lubuk Besar. 

Program Desa Asuh berhasil menurunkan angka putus sekolah walaupun baru berjalan sekitar enam (6) bulan maka dari itu pemerintah daerah bersama dinas pendidikan Bangka Tengah sudah  merancang program untuk tahun 2022 dengan mengajak semua ketua organisasi keprofesian seperti PGRI,IGI  dan ketua komunitas guru se-Bangka Tengah untuk terlibat langsung membantu mengajar di desa-desa  yang angka putus sekolahnya tinggi. 

Dengan hadirnya berbagai program pemerintah daerah  serta dukungan dari berbagai  lapisan masyarakat dalam menurunkan angka putus sekolah dan buta huruf  diharapkan Sumber Daya Manusia (SDM) lebih meningkat lagi sehingga Bangka Tengah menjadi unggul dari segala aspek sesuai dengan slogan “Bangka Tengah Unggul”.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement