Kamis 03 Feb 2022 15:25 WIB

Mengenal Porang: Pengganti Beras Naikkan Taraf Hidup Petani

Banyak petani yang taraf hidupnya meningkat karena porang

Petani merawat tanaman porang di Dusun Babakan, Desa Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (4/1/2022). Kementerian Pertanian menargetkan luas tanam umbi porang pada tahun 2024 akan mencapai 100 ribu hektare dibandingkan saat ini yang baru 10 ribu hektare lahan.
Foto: Antara/Adeng Bustami
Petani merawat tanaman porang di Dusun Babakan, Desa Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (4/1/2022). Kementerian Pertanian menargetkan luas tanam umbi porang pada tahun 2024 akan mencapai 100 ribu hektare dibandingkan saat ini yang baru 10 ribu hektare lahan.

Oleh : Shinta Octavia, Pranata Humas PUSTAKA Kementerian Pertanian

REPUBLIKA.CO.ID, Porang menjadi tanaman yang mulai populer di tengah para petani. Beberapa waktu lalu, porang memang booming, sebagaimana diberitakan berbagai media.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, porang akan menjadi makanan pengganti beras pada masa depan. Oleh sebab itu, presiden berharap, para pelaku industri porang di Indonesia dapat mengekspor olahan porang agar nilai jual produk semakin tinggi sehingga diharapkan Indonesia tidak mengekspor porang dalam bentuk mentahan. 

Saat ini banyak petani yang taraf hidupnya meningkat karena porang.   Beberapa petani di Solo, Sragen, Madiun, Ngawi serta beberapa kabupaten dan kota di jawa tengah maupun di jawa timur, beralih menanam Porang.

Sebelum mengenal  porang lebih dekat, perlu diperhatikan, bahwa porang merupakan tanaman yang berbeda dengan suweg, walur dan iles-iles. Fenomena saat ini banyak orang yang masih menggangap porang sebagai tanaman yang sama dengan ketiga tanaman tersebut.

Lantas, apa bedanya porang dengan suweg walur dan iles-iles? Banyak petani terkecoh dengan kemiripan ketiga tanaman tersebut, sekilas porang memang sangat mirip dengan suweg, walur, dan iles-iles putih. Bentuknya  hampir sama, tetapi dalamnya berbeda warnanya.

Bagaimana cara membedakannya? Dalam sebuah virtual literacy yang di gelar PUSTAKA Kementerian beberapa waktu lalu, Sutrisno, Peneliti dari Balai Penelitian Kacang dan Umbi (Balitkabi), mengungkap bahwa cara membedakan porang dengan umbi lainnya adalah dengan cara dibelah. Porang memiliki warna daging umbi kuning tua cenderung jingga. Sedangkan suweg memiliki warna putih kemerahan, walur memiliki warna putih semu kuning, sedangkan iles-iles memiliki warna daging umbi putih bersih.

Jika dibandingkan dengan ketiga tanaman tersebut, porang adalah tanaman satu-satunya yang batangnya berwarna hijau, coraknya memanjang tidak bulat.

Dari nama latin, keempatnya juga berbeda. Porang memiliki nama latin Amorphophallus oncophyllus, suweg memiliki nama latin Amorphophallus campanulatus forma hortensis, walur memiliki nama latin Amorphophallus campanulatus forma sylvestris, serta iles-iles putih memiliki nama latin Amorphophallus variabilis.

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan komoditas pangan yang potensial dikembangkan di Indonesia karena nilai ekonomi yang dimiliki. Komoditas ini mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan sehingga prospektif dijadikan sebagai bahan baku industri pangan dan obat-obatan.

Seorang petani porang dari Cianjur Yadi Roshendri mengungkap bahwa harga umbi porang per kg dipatok dengan harga sekitar 6500-7000 rupiah per kg, sesuai kualitasnya. Lalu apa yang membuat porang dianggap menguntungkan? Ternyata kunci utamanya adalah porang merupakan tanaman hutan yang cara penaman dan perawatannya sangat mudah serta tidak membutuhkan biaya besar.

Peluang ekspor dan pasar produk porang masih terbuka lebar dikaitkan dengan semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan pangan fungsional. Bagian tanaman porang yang dimanfaatkan serta memiliki khasiat untuk Kesehatan adalah umbinya. Bagian ini mengandung Glicomannan dan kalsium yang tinggi. Melansir web Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi, tanaman  porang juga mengandung glukomannan, kristal kalsium oksalat, karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin.

Porang memiliki seludang memelintir dengan bagian dalam warna merah muda dengan bercak putih dan mengeluarkan bau busuk saat mekar, bunga tersebut menarik lalat untuk penyerbukan. Batang tanaman/petiol/tangkai daun berwarna  hijau muda-tua, kecoklatan, lunak dan halus,  terdapat motif prisma putih-hijau muda dengan variasi sangat tinggi. 

Tinggi tanaman/batang tanaman/petiol/tangkai daun berwarna  hijau muda-tua, kecoklatan, lunak dan halus,  terdapat motif prisma putih-hijau muda dengan variasi sangat tinggi. Tinggi tanaman tergantung periode tumbuh. Satu tanaman porang bisa menghasilkan 1-20 bulbil dengan bentuk dan ukuran yang beragam tergantung letak percabangan tulang daun. Bulbil inilah yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya lebih lanjut selain memakai bagian umbi.

Tahun ke 3 atau 4, Seludang kuncup bunga porang berwarna hijau kecoklatan, warna mahkota bunga bagian dalam merah keunguan. Bunga porang berbentuk seperti tombak (lancip, datar, ramping, gembung). Varietas porang unggulan yang telah dihasilkan oleh Kementerian Pertanian adalah Varietas Madiun 1. Varietas ini memiliki beberapa keunggulan menurut karakteristiknya varietas Madiun 1 daunnya halus-bergelombang, bentuk seludang seperti bunga terompet serta bentuk bunga tombak. Selain itu, untuk potensi hasilnya varietas Madiun 1 ini bisa mencapai 8-10 ton umbi per hektar dan katak yang dihasilkan 60 kg umur 1 tahun, 300 kg umur dua tahun dan 500 kg umur tiga tahun.

Panen biasanya dilakukan untuk umbi yakni saat tanaman umur dua atau tiga tahun. Panen dilakukan ketika tanaman telah memasuki masa dorman atau pertumbuhan tanaman telah berhenti, kondisi ini ditandai dengan batang tanaman sudah menguning dan lepas dari umbinya.

Bagaimana pemasaran porang? Umbi porang dapat dipasarkan dalam berbagai tahapan. Porang yang ditanam dari biji memerlukan waktu yang sangat lama. Sekitar 4 sampai 5 tahun baru bisa memanen umbi yang cukup usia untuk dipasarkan. 

jika menanam porang dari bibit mini, maka dalam jangka waktu 9 - 11 bulan sudah dapat memanennya. Tapi tentu saja modal untuk membeli bibit nya, juga tinggi. Untuk modal yang lebih murah bisa menanam porang dari katak. Katak adalah istilah bagi bibit porang yang tumbuh di atas daun porang.

Jika menanam dari bibit katak mini modal bisa berkisar 35 juta per hektar. Namun memerlukan waktu 3-4  tahun untuk bisa panen. Bibit yang banyak dibudidayakan petani adalah katak sedang hingga besar, modalnya sekitar 60 hingga 70 juta per hektar. Dalam waktu 1-3 tahun bisa memanennya. Berdasarkan modal yang dimiliki, kita bisa memilih bibit porang. Tapi jangan lupa dengan konsekuensi biaya dan lama pembesarannya.

Sebagai konsekuensi dari masalah bibit di atas, di pihak lain juga membuka peluang untuk pemasaran yang yang lebih simple. Menjual porang sebagai bibit dapat meringankan biaya produksi. Jadi menjual bibit porang yang berupa biji, katak kecil, katak sedang sampai besar, umbi kecil. Tentu saja harganya berbeda. Kondisi tempat dan jenis porang juga berpengaruh pada harga

Setelah tanaman siap panen, porang dapat dijual sebagai ubi basah, jika ingin harga lebih tinggi porang dalam bentuk chip (porang yang diiris dan dikeringkan). Porang menjadi komoditas ekspor ke luar negeri. Porang dibutuhkan untuk campuran bahan kosmetik serta diproduksi dalam bentuk tepung. Tepung ini nantinya dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Misalnya seperti nasi shirataki, mie basah, minuman diet, spaghetti, dan lain sebagainya.

Banyak pengekspor porang yang bersedia menampung hasil budidaya komoditas ini. Ada baiknya sebelum menjual hasil tanam, kita membanding-bandingkan terlebih dahulu. Selain dari kualitas produksi porang, jenis porang juga mempengaruhi harga. Dengan banyaknya petani yang sudah berhasil menanam porang semoga dapat meningkatkan taraf hidup petani Indonesia.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement