Kamis 03 Feb 2022 14:40 WIB

Membangun Minat Literasi Anak pada Era Digital

Siswa sering tidak konsentrasi saat pembelajaran online berlangsung

Siswa mengikuti pelajaran secara daring dari rumahnya di Bandung, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Pemerintah kembali menyalurkan paket data internet gratis bagi pelajar, siswa, mahasiswa, dan dosen untuk mengikuti proses belajar secara online. Penyaluran paket data gratis ini menghabiskan anggaran Rp2,3 triliun.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Siswa mengikuti pelajaran secara daring dari rumahnya di Bandung, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Pemerintah kembali menyalurkan paket data internet gratis bagi pelajar, siswa, mahasiswa, dan dosen untuk mengikuti proses belajar secara online. Penyaluran paket data gratis ini menghabiskan anggaran Rp2,3 triliun.

Oleh : Endang Purnamasari S.Ag (Guru)

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi belum berakhir sepenuhnya, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) masih dibayang-bayangi beredarnya virus Covid-19 varian Omicron. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) telah memfasilitasi keakbaban anak dengan gadget sebagai media penghubung antara guru dengan siswa. 

Alih-alih mengerjakan tugas dari sekolah mencari bahan belajar menyebabkan orang tua harus terus memastikan gadget anak full kuota agar tidak ketinggalan informasi. Kenyataan yang ditemukan saat pembelajaran online berlangsung, siswa sering tidak konsentrasi belajar. Kerapkali ditemukan saat G-meet kamera siswa off. Imbasnya hanya sebagian kecil yang mengerti dengan tugasnya dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan. 

Awal September 2021, PTM mulai dilaksanakan meskipun baru terbatas dengan kondisi separuh dari jumlah siswa masuk dan separuh lagi PJJ. Meski PTM sudah dimulai, penulis memberlakukan semua tugas dikirimkan melalui online. Tapi hasil belajar antara siswa yang mengikuti PTM dengan PJJ terjadi perbedaan. 

Untuk anak-anak yang memang kurang suka membaca dan tanggung jawab belajarnya masih rendah, maka penulis mengalami kesulitan menerima tugas mereka. Bagi siswa yang PTM, alhamdulillah hampir semua mengirimkan tugasnya kecuali siswa yang memang melalaikan tugasnya. Tapi untuk siswa  yang PJJ, penulis mendapatkan fakta  bahwa sebagian besar nilai siswa rendah. Ketika penulis panggil dan tanyakan, mereka rata-rata kesulitan karena tidak mengerti. Padahal materi ada pada buku paket. Siswa diminta meringkas juga, terkadang diberikan e-modul, namun dengan tersenyum mereka menjawab belum baca materinya. 

Mulai awal November 2021 penulis bersyukur karena PTM mulai diberlakukan  dengan cara 2 shift. Maka penulis mulai berniat untuk berbenah diri dalam menyusun rencana pembelajaran. Penulis mulai merencanakan untuk membangun kembali minat literasi siswa yang mengalami penurunan akibat lost control saat PJJ.

 

Perlu disadari bahwa generasi sekarang sering disebut generasi era digital. Sebagian besar kehidupan mereka dilalui bersama gadget yang kecil dan mudah dibawa kemana-mana. Gadget dengan fasilitasnya yang serba menarik dan memudahkan gaya hidup, membuat generasi sekarang tidak bisa jauh dari gadget-nya. Fenomena  ini yang akhirnya membuat penulis mencari cara bagaimana merencanakan pembelajaran yang selalu memanfaatkan gadget sebagai media pembelajaran siswa di kelas dan di rumah, termasuk membangun minat literasi siswa yang sempat menurun akibat dampak PJJ. 

 

Ada tiga tips yang penulis akan share kepada teman-teman guru dalam upaya membangun minat literasi siswa pasca pandemi yaitu : 

1. Guru sebagai penggerak literasi

Upaya yang penulis lakukan adalah tahap awal, penulis menggaungkan bahwa generasi era sekarang adalah generasi yang menyukai literasi. Jika kalian ingin disebut generasi literasi, berarti kalian harus belajar menyukai literasi. Namun jika kalian tidak mau literasi berarti kalian bukan termasuk generasi jaman sekarang. Alhamdulillah ekspresi yang penulis lihat sebagian mereka bisa menerima motivasi yang penulis sampaikan.

Tahap kedua penulis meminta mereka membuka buku paketnya lalu penulis menyampaikan judul materi yang akan dibahas saat itu. Setelah siswa melihat judul yang ditulis di papan, maka penulis membimbing siswa menemukan kata kunci pada kalimat judul. Nah penulis meminta siswa mencari definisi dari kata-kata kunci itu pada buku paketnya. Sebagian dari siswa terlihat mencari melalui gadget mereka. 

Tahap ketiga penulis ajak mereka untuk menyampaikan temuan mereka. Setelah itu penulis bimbing mereka menyampaikan dengan kalimat yang dipahami diri sendiri. Dan mereka dimotivasi dengan kalimat, “Mungkin kalimat yang kamu buat bisa membantu temanmu lebih memahami maksud yang ada pada buku. 

Cara ini selalu penulis gunakan pada setiap pembelajaran. Dan penulis selalu memotivasi siswa akan pentingnya literasi sebagai jendela kamu mengetahui segala sesuatu. Bangun kepercayaan agar anak menyukai membaca dengan memberikan topik pembahasan materi yang menarik. Kemas dalam judul yang membuat anak didik tertarik untuk terlibat membahas di dalamnya. Biarkan mereka bebas mencari sumber belajar melalui gadget yang menjadi teman dekat mereka. 

2. Guru sebagai teladan membaca

Guru adalah orang yang memberikan pengaruh besar dalam perkembangan anak didiknya. Bahkan sudah popular kata ‘Guru’ dikenal berasal dari singkatan ‘digugu’ dan ‘ditiru’. Artinya bahwa guru sebaiknya menjadi orang yang digugu (diikuti) dan ditiru perilakunya. Allah pun menyematkan Rasulullah sebagai utusannya dan guru bagi manusia sebagai teladan yang patut dicontoh (Alquran surat Al Ahzab : 21). 

Guru sebaiknya menjadi teladan dalam menumbuhkan minat membaca siswa. Guru harus menyukai membaca. Guru sebaiknya sering terlihat membaca. Bangun image anak bahwa guruku suka membaca. 

Salah satu cara penulis memberikan kepercayaan kepada siswa bahwa penulis suka membaca adalah setiap kali penulis menjelaskan lebih sering penulis menjelaskan tanpa memegang buku, berjalan ke tengah-tengah siswa dan berpindah-pindah. Penulis menyebutkan buku-buku sumber materi yang bisa dipelajari siswa. Sering menyebutkan buku-buku yang sudah dibaca yang berkaitan dengan materi. Ini penulis lakukan untuk meyakinkan siswa bahwa gurunya juga senang membaca buku.

Cara lain ajarkan anak untuk menumbuhkan minat membaca siswa dengan cara menuntun anak membaca efektif yaitu mengetahui alasan dan tujuan membaca. Ajarkan siswa memprediksikan buku apa yang sebaiknya dibaca. Judul dan jenis seperti apa yang dibutuhkan siswa . Bimbing mereka untuk memilih buku yang bermanfaat bagi bekal hidupnya. 

3. Guru sebagai teladan menulis dan menerbitkan karya

Salah satu upaya menumbuhkan minat membaca siswa adalah guru berlatih menjadi penulis. Pandemi telah membuat penulis memanfaatkan waktu mengikuti pelatihan menulis. Alhamdulillah telah menerbitkan lebih dari 30 judul buku Antologi yang penulis ikuti. Ini sebagai upaya bekal mengajarkan siswa mau menulis. 

Penulis mencoba mengajak siswa terlibat menjadi penulis. Caranya penulis memberikan tugas kepada siswa untuk menulis dari satu sub judul yang penulis berikan. Salah satu contoh pada judul ‘Iman kepada Qadha dan Qadar Allah’ penulis telah membuat 15 sub judul yang akan ditulis oleh 40 siswa. Setiap satu judul ditulis antara 2- 3 siswa. 

Penulis memotivasi siswa bahwa setiap orang mampu menulis. Penulis katakana kepada siswa “Ayo kita buat kenang-kenangan, karena kalian siswa kelas 9 semester 2 minimal selama di SMP ini kalian menulis satu buku”

Penulis membimbing siswa dengan tahapan kamu literasi dulu ya. Kumpulkan minimal dua sumber bacaan, lalu kamu tulis kalimat mana yang sudah kamu baca sebanyak satu kalimat. Setelah itu kamu tuliskan dengan kalimat yang kamu pahami agar pembaca memahami Bahasa yang kamu sampaikan. Setelah itu kamu ceritakan pengalamanmu seputar kalimat yang sudah kamu tulis. 

 Penulis meminta mereka mengetik pada word minimal 50 kata dan mengirimkannya ke GC. Hanya 30 menit penulis menjelaskan cara menulis. Selanjutnya penulis meminta mereka langsung mengetiknya pada gadget. Penulis berkeliling membantu siswa yang kesulitan. Luar biasa ternyata siswa sangat cekatan menggunakan gadget sebagai sarana literasi dan mengetik.. Tidak sampai satu jam di antara mereka ada yang sudah berhasil menuliskan 100 kata. Lalu penulis tanyakan, “Apakah kamu mengutip tulisan orang lain seluruhnya?”  “Tidak.ini kata-kata saya sendiri.”

Dari fenomena ini semua disimpulkan bahwa ternyata kita bisa membangun minat literasi siswa melalui media digital yang disukai mereka. Kita jadikan era digital ini sebagai sarana pembelajaran yang menarik. Meskipun kita adalah generasi old, jika kita melek digital, insya Allah kita bisa memaksimalkan belajar mereka. 

Demikianlah pengalaman saya. Semoga bisa menginspirasi teman-teman guru yang kesulitan membangun minat literasi siswa pasca pandemi ini. Selamat mencoba !!!

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement