Rabu 02 Feb 2022 17:05 WIB

Penasihat Keamanan AS dan Turki Bahas Krisis Ukraina

Penasihat keamanan nasional Amerika dan Turki bahas krisis ukraina

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Brigade mekanis terpisah ke-92 dari tank Angkatan Bersenjata Ukraina bersiap untuk ambil bagian dalam latihan di dekat desa Klugino-Bashkirivka tidak jauh dari kota Kharkiv, Ukraina Timur, 31 Januari 2022 di tengah eskalasi di perbatasan Ukraina-Rusia (diterbitkan 01 Februari 2022).
Foto: EPA-EFE/SERGEY KOZLOV
Brigade mekanis terpisah ke-92 dari tank Angkatan Bersenjata Ukraina bersiap untuk ambil bagian dalam latihan di dekat desa Klugino-Bashkirivka tidak jauh dari kota Kharkiv, Ukraina Timur, 31 Januari 2022 di tengah eskalasi di perbatasan Ukraina-Rusia (diterbitkan 01 Februari 2022).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih mengatakan penasihat nasional Amerika Serikat (AS) Jek Sullivan menggelar pembicaraan dengan penasihat keamanan nasional Turki Ibrahim Kalin. Dalam pembicaraan Rabu (2/2/2022) mereka membahas komitmen "mencegah agresi Rusia lebih jauh lagi terhadap Ukraina."

Pada bulan lalu seorang sumber diplomatik Turki mengatakan baik Rusia maupun Ukraina terbuka pada gagasan Turki memainkan peran sebagai pereda ketegangan antara kedua negara. Gagasan itu disampaikan Ankara pada bulan November lalu.

Sebelumnya Presiden Vladimir Putin menuduh Barat sengaja menciptakan skenario yang dirancang memancing Rusia  berperang dan mengabaikan keprihatinan keamanan Moskow di Ukraina. Ini pernyataan pertama Putin mengenai krisis Ukraina selama hampir enam pekan.

Putin tidak menunjukan tanda-tanda akan mundur dari tuntutan keamanannya yang diajukan ke Barat. Sementara Barat mengatakan permintaan tersebut tidak masuk akal dan hanya alasan untuk menggelar invasi. Moskow membantah tuduhan tersebut.

"Sekarang sudah jelas, kekhawatiran fundamental Rusia diabaikan," kata Putin dalam konferensi pers dengan perdana menteri Hungaria, salah satu kepala negara anggota NATO yang mencoba menengahi krisis krisis Ukraina.

Putin menggambarkan potensi skenario masa depan di mana Ukraina bergabung dengan NATO. Kemudian mencoba merebut kembali Semenanjung Krimea yang Rusia duduki sejak 2014 lalu.

"Mari bayangkan Ukraina adalah anggota NATO dan memulai operasi militer itu, apakah kami harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada orang yang memikirkannya? Tampaknya tidak," katanya.  

Rusia menumpuk lebih dari 100 ribu pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina. Negara-negara Barat khawatir Putin berencana melakukan invasi.

Rusia membantah tuduhan itu tapi menegaskan akan mengambil tindakan militer kecuali tuntutan keamanan mereka dipenuhi. Negara-negara Barat memperingatkan akan ada sanksi berat bila Moskow memutuskan menginvasi Ukraina.

sumber : Reuters

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement