Senin 31 Jan 2022 23:30 WIB

Taliban Diyakini Bunuh Mantan Pejabat dan Pasukan Keamanan Afghanistan

Taliban dan sekutunya diyakini telah membunuh sejumlah mantan pejabat Afganistan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pejuang Taliban, ilustrasi
Pejuang Taliban, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Taliban dan sekutunya diyakini telah membunuh sejumlah mantan pejabat dan anggota pasukan keamanan Afghanistan serta orang-orang yang bekerja untuk kontingen militer internasional di sana. Hal itu diungkap dalam laporan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada Dewan Keamanan PBB.

“Misi PBB terus menerima tuduhan yang kredibel tentang pembunuhan, penghilangan paksa dan pelanggaran lainnya terhadap mantan pejabat, anggota pasukan keamanan serta orang-orang yang bekerja untuk kontingen militer internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS) meskipun amnesti umum diumumkan oleh Taliban,” demikian bunyi laporan Guterres yang sempat dilihat Reuters, Ahad (30/1).

Baca Juga

Guterres mengungkapkan, berdasarkan laporan-laporan yang kredibel, misi PBB menetapkan bahwa lebih dari 100 orang telah dibunuh Taliban. Ada pula laporan ke misi PBB yang menyebut bahwa Taliban telah membunuh sedikitnya 50 orang yang diduga anggota cabang ISIS lokal.

Dalam laporannya, Guterres pun memaparkan tentang aksi represif Taliban terhadap pekerja media dan pegiat hak asasi manusia (HAM). “Pembela HAM dan pekerja media terus diserang, diintimidasi, dilecehkan, ditangkap secara sewenang-sewenang, perlakuan buruk, dan pembunuhan,” kata laporan tersebut.

Guterres merekomendasikan Dewan Keamanan PBB menyetujui restrukturisasi misi PBB untuk menangani situasi itu, termasuk pembentukan unit pemantauan HAM baru. Dalam laporannya, Guterres turut menyinggung tentang kehidupan 39 juta warga Afghanistan yang terus memburuk. “Seluruh sistem sosial dan ekonomi yang kompleks sedang dimatikan,” ujar Guterres.

Pekan lalu Guterres kembali menyerukan negara-negara meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan. Dia pun meminta agar aset milik Afghanistan yang dibekukan sejak Taliban berkuasa dicairkan. “Waktu sangat penting. Tanpa tindakan, nyawa akan hilang, dan keputusasaan serta ekstremisme bakal tumbuh,” kata Guterres saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, Rabu (26/1), dikutip laman Gulf Today.

Guterres mengungkapkan, AS yang mengumumkan akan mengucurkan dana sebesar 308 juta dolar AS tetap menjadi penyumbang terbesar bagi Afghanistan. “Lebih banyak dukungan dari komunitas internasional diperlukan untuk memenuhi tingkat kebutuhan luar biasa yang dialami rakyat Afghanistan,” ucapnya.

Guterres mengatakan, bulan lalu dana perwalian rekonstruksi Bank Dunia untuk Afghanistan mentransfer 280 juta dolar AS ke UNICEF dan Program Pangan Dunia (WFP). Menurut dia, sisa 1,2 juta dolar AS harus segera dikeluarkan untuk membantu warga Afghanistan bertahan hidup di musim dingin.

Menurut Guterres, saat ini lebih dari separuh populasi di Afghanistan menghadapi tingkat kelaparan ekstrem. “Lebih dari 80 persen pendudukan bergantung pada air minum yang terkontaminasi, dan beberapa keluarga menjual bayi mereka untuk membeli makanan,” katanya.

Bulan lalu, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang menyatakan bahwa penyaluran bantuan kemanusiaan ke Afghanistan tidak melanggar sanksi terhadap Taliban. Afghanistan kembali diperintah oleh Taliban sejak Agustus tahun lalu. Sejak itu pula krisis kemanusiaan di negara tersebut kian memburuk.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement