Kamis 27 Jan 2022 21:29 WIB

KSP Sebut Warga Jakarta Mulai Sulit Cari RS, Dinkes DKI Beberkan Data BOR

"Keterisiannya (RS) 45 persen, jadi spare-nya masih lebar," ujar Widyastuti.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti.
Foto: Dok BNPB
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyatakan mengecek informasi bahwa masyarakat sudah mendapatkan rumah sakit (RS) di Jakarta. Karena, jumlah RS di Jakarta mencapai 194 unit.

"Tentu ini akan menjadi catatan bersama-sama, saya akan cek sebenarnya, apakah penyebarannya (RS) atau apa? Karena pada dasarnya ada 140 dari 194 RS yang siap memberikan layanan," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti di Balai Kota Jakarta, Kamis (27/1/2022).

Baca Juga

Hal tersebut diungkapkan Widyastuti mengomentari pernyataan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Abraham Wirotomo yang menyatakan warga Jakarta mulai sulit mencari rumah sakit. Bahkan, Widyastuti juga mengakui keterisian tempat tidur RS di Jakarta adalah sekitar 45 persen dari 3.900 unit tempat tidur isolasi yang tersedia.

"Saat ini ada 3.900 tempat tidur untuk isolasi dan 611 untuk ICU. Keterisiannya dari 3.900 terisi 45 persen, jadi spare-nya masih lebar," ujar Widyastuti.

Bahkan, Widyastuti menyebutkan hal itu belum mencapai kapasitas maksimal yang sesungguhnya bisa sampai 11 ribu lebih seperti tahun lalu. "Sementara untuk unit perawatan intensif (intensive care unit/ICU) terisi sebanyak 86 unit atau 15 persen dari 611 unit tempat tidur yang tersedia," ucapnya.

Widyastuti menambahkan, pihaknya terus memantau perkembangan tingkat keterisiantempat tidur (BOR) di sejumlah rumah sakit. Menurutnya, dari 91 rumah yang ada, sudah menginput data di sistem.

"Dari sekitar 1.700 kasus Covid-19 tersebut, sekitar 39 persen gejalanya ringan kemudian ada yang asimtomatis (tanpa gejala) sekitar sembilan persen," ucapnya.

Karena dari 45 persen keterisian RS itu, ada kebocoran sekitar 48 persen yang ternyata bergejala ringan dan tanpa gejala dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, Widyastuti mengimbau masyarakat agar pasien yang bergejala sedang sampai berat saja yang dirawat di rumah sakit.

Hal ini, mengingat ada regulasi dari Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa pasien tanpa gejala maupun yang bergejala ringan sebaiknya tidak dirawat di rumah sakit. "Memang dulunya ada regulasi Kemenkes yang probable dan confirm itu dirawat, tetapi sudah ada edaran terbaru bahwa yang dirawat adalah yang sedang hingga kritis," katanya.

Oleh karena itu, Widyastuti meminta warga untuk tidak panik apabila terpapar virus corona dan langsung ke rumah sakit, karena pemerintah pusat juga tengah menyiapkan fasilitas telemedicine untuk membantu isolasi mandiri. "Ini yang tentunya perlu diinformasikan kepada warga bahwa jangan panik, sedang disediakan platform telemedicine untuk yang tidak bergejala atau bergejala ringan, bisa isoman atau nanti disortir yang sedang disiapkan," ucap Widyastuti.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement