Kamis 27 Jan 2022 20:05 WIB

Bentrok dengan ISIS Meningkat, PM Irak: Jangan Uji Kami

PM Irak memperingatkan ISIS agar tak “bermain api” dengan pasukan negaranya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi
Foto: AP/Khalid Mohammed
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD – Perdana Menteri Irak Mustafa Al Kadhimi meyakinkan publik bahwa pemerintahannya telah memperketat pengamanan di sepanjang perbatasan negara tersebut dengan Suriah. Hal itu sehubungan dengan meningkatnya bentrokan antara ISIS dan pejuang Kurdi.

Pada Rabu (26/1/2022) malam, Al Kadhimi melakukan kunjungan langka ke perbatasan Irak-Suriah, tepatnya di Provinsi Nineveh. Dia bertemu dengan pasukan Irak yang bertugas di sana. Al Kadhimi pun memberikan motivasi bahwa mereka mampu melawan ISIS. “Kalian harus mengintensifkan upaya kalian dan bekerja sepanjang waktu,” ujarnya, dikutip laman the National.

Baca Juga

Dia pun memperingatkan ISIS agar tak “bermain api” dengan pasukan negaranya. “Saya katakan kepada teroris ISIS; Jangan uji kami. Kalian telah banyak mencoba dan gagal. Kalian akan banyak berupaya dan gagal,” ujarnya.

Awal bulan ini, Pemerintah Irak dilaporkan memulangkan 111 keluarga dari warganya yang terkait ISIS dari kamp yang dikelola kelompok Kurdi di Suriah utara. Mereka kemudian dibawa ke kamp Al-Jadaa. Sejak Mei 2021, setidaknya 339 keluarga yang terkait dengan kelompok ekstremis ISIS telah dipindahkan dari kamp Al-Hol di timur laut Suriah ke Al-Jadaa. Kamp tersebut turut menampung sekitar 7.500 pengungsi internal.

Langkah Pemerintah Irak memulangkan keluarga dari para terduga atau anggota ISIS telah menimbulkan kekhawatiran di antara penduduk. Mereka cemas ISIS dapat bangkit lagi dan kembali melancarkan aksi-aksi teror. Irak diketahui telah mendeklarasikan kemenangan atas ISIS pada akhir 2017. Pasukan mereka, dibantu koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS), berhasil membunuh, menangkap, dan mengusir para anggota ISIS dari semua daerah perkotaan.

Pada Desember tahun lalu, Pemerintah Irak mengumumkan rencana mereka untuk menutup Al-Jadaa, kamp terakhir yang menampung pengungsi di Irak, di luar wilayah otonomi Kurdistan. Namun rencana itu ditolak dan ditentang masyarakat, khususnya penduduk lokal. Mereka tidak menghendaki ada keluarga dari anggota atau terduga ISIS di lingkungannya.

Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi, sekitar 6 juta warga Irak mengungsi selama ISIS menguasai negara tersebut. Sekitar 1,2 juta di antaranya masih belum bisa pulang, termasuk lebih dari 100 ribu yang tinggal di luar kamp di “tempat informal”.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement