Rabu 26 Jan 2022 09:27 WIB

Tiga Guru Besar UII Yogyakarta Dikukuhkan

Pengukuhan Guru Besar UII ini menerapkan prokes ketat dengan undangan terbatas.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Tiga Guru Besar UII menyampaikan pidato pengukuhan.
Foto: Dokumen
Tiga Guru Besar UII menyampaikan pidato pengukuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tiga Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menyampaikan pidato pengukuhan di Auditorium KH Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII. Ketiga Guru Besar yakni Prof Yandi Syukri, Prof Noor Cholis Idham, dan Prof Jaka Nugraha.

Prof Yandi sampaikan Kajian Terhadap Sejarah Pengobatan Islam Menuju Pengobatan Modern. Prof Noor Menuju Tradisi Baru untuk Keselamatan Bangunan Hunian di Bumi Indonesia dan Prof Jaka Perkembangan Analisis Data Kategori dan Tantangan di Era Big Data.

Pengukuhan Guru Besar UII ini menerapkan prokes ketat dengan undangan terbatas. Guru Besar Bidang Ilmu Farmasetika, Prof Yandi Syukri, mengemukakan integrasi sains-Islam dapat dimanfaatkan menghilangkan dikotomi antara agama dengan sains.

Menjadikan Alquran sebagai sumber inspirasi dalam pembelajaran dapat dijadikan sebagai payung pengetahuan atau sumber inspirasi ilmu pengetahuan. Allah SWT dengan kebesaran dan kekuasaan-Nya telah menciptakan alam semesta dan isinya.

Termasuk, berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanaman obat perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki kualitas bahan bakunya.

Salah satunya tingkatkan kelarutan bahan baku obat herbal ke air optimalkan efek terapi. Nanofarmasetika (nanomedicine) metode terkini, terbukti efektif perbaiki kelarutan dan efek terapi obat-obat dari bahan alam terutama ekstrak dan isolat.

"Solid-SNEDDS berperan mengubah ekstrak kental yang sukar larut dalam air jadi suatu serbuk. Bentuk serbuk ini lebih stabil dalam jangka waktu yang lama dan lebih mudah untuk dikembangkan jadi sediaan farmasi seperti kapsul dan tablet," kata Yandi, Selasa (25/1).

Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Arsitektur, Prof Noor Cholis Idham menuturkan, bumi Indonesia yang kaya sumber daya alam juga mengandung potensi kebencanaan yang sangat tinggi. Akibat gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.

Secara tradisi, manusia Indonesia sejak dulu berhasil hidup damai dengan alam memanfaatkan sumber daya yang ada. Rumah tradisional lama sudah dibangun ribuan tahun secara trial and error agar menghindari manusia menjadi korban bencana.

Rakyat tidak dapat lagi dibiarkan membangun dengan cara sendiri. Pemerintah dan ahli harus terlibat setiap tahap setelah ataupun jauh sebelum kejadian alam terjadi. Lalu, pemahaman teknis hunian harus difahamkan kepada masyarakat sedini mungkin.

"Kepada pedoman sosial ataupun pendidikan formal. Dengan demikian, tradisi baru dapat dijalankan untuk lebih menyelamatkan jiwa dan harta manusia," ujar Noor.

Guru Besar Bidang Ilmu Statistika, Prof Jaka Nugraha mengemukakan, manusia sudah ditakdirkan kemampuan merekam data ke otak dan mengolah jadi informasi. Manusia mampu mengenali, mengidentifikasi, mengelompokan, mencari pola, dan memprediksi.

Dengan statistika kemampuan dasar manusia dioptimalkan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Dikembangkan sebagai metodologi mengumpulkan data, menganalisis dan mengekstraksi data mendapat informasi dalam situasi dengan ketidakpastian.

Metode analisis statistik sangat tergantung sifat data, apakah data bersifat numerik (kuantitatif) ataukah bersifat kategori (kualitatif). Jaka menambahkan, analisis data kategorik berkontribusi yang sangat besar dalam penelitian ilmiah.

"Di berbagai bidang seperti biostatistik, ekonomi, psikologi, sosiologi, dan kesehatan maupun transportasi," kata Jaka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement