Rabu 26 Jan 2022 05:05 WIB

Jokowi Lepas Ekspor Perdana Smelter Grade Alumina di Bintan

Jokowi mengapresiasi perusahaan yang telah membangun hilirisasi mineral dan tambang.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Fuji Pratiwi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melepas ekspor perdana tahun 2022 smelter grade alumina produksi PT Bintan Alumina Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Selasa (25/1/2022).
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melepas ekspor perdana tahun 2022 smelter grade alumina produksi PT Bintan Alumina Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Selasa (25/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) melepas ekspor perdana tahun 2022 smelter grade alumina produksi PT Bintan Alumina Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Selasa (25/1/2022). Dalam sambutannya, Jokowi memberikan apresiasi terhadap perusahaan yang telah berani membangun hilirisasi industri bahan mineral dan tambang.

"Saya terima kasih ada perusahaan-perusahaan seberani ini membangun dengan investasi tentu saja dengan risiko-risiko yang ada. Kita harapkan semua bahan mentah kita olah sendiri di Tanah Air," ujar Jokowi dalam sambutannya yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Baca Juga

Jokowi kembali menekankan pentingnya hilirisasi industri dengan mulai menghentikan ekspor bahan mentah. Karena itu, ia mendorong perusahaan-perusahaan agar dapat melakukan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga bisa meningkatkan nilai tambah dari produk tersebut.

"Ini harganya harga bahan mentah. Seperti tadi disampaikan oleh Pak Airlangga Hartarto, harusnya bisa 15 kali lipat hanya dijual 30 tadi. Padahal kalau menjadi barang jadi bisa 700. Ini enggak bisa diteruskan," lanjutnya.

Ia pun kemudian menceritakan kunjungannya ke Kabupaten Muara Enim saat peletakan batu pertama proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME). Menurut Jokowi, Indonesia memiliki potensi besar untuk melakukan hilirisasi industri tersebut.

"Tadi kembali ke DME, dimetil eter, kita punya bahan baku banyak sekali, gede sekali, kita malah impor elpiji Rp 80-an triliun setiap tahun. Terlalu nyaman kita ini, terlalu enak kita ini," kata dia.

Ia mengatakan, melalui hilirisasi industri akan memberikan nilai tambah bagi negara seperti pajak baik pribadi maupun perusahaan hingga pembukaan lapangan kerja bagi masyarakat.

"Yang paling penting membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya, bisa 7 ribu, kemarin di Konawe 27 ribu, di Morowali 45 ribu, ini yang dibutuhkan rakyat," tambah Jokowi.

Karena itu, ia menegaskan pemerintah akan melanjutkan kebijakannya untuk menghentikan ekspor minerba dalam bentuk bahan mentah meskipun mendapatkan protes dari berbagai negara melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Jokowi juga mengajak agar semua kalangan mau mengubah pola pikir untuk melakukan hilirisasi industri.

"Ini harus menjadi negara industri kalau kita mau maju karena nilai tambahnya di situ. Dengan risiko apapun satu per satu akan saya stop. Nikel ore stop ini kita digugat oleh WTO, silakan gugat. Nanti stop bauksit, stop, mesti ada yang gugat lagi silakan gugat enggak apa-apa kita hadapi," kata Jokowi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement