Sabtu 22 Jan 2022 08:37 WIB

Entong Gendut Condet Tahun 1916: Ketika Kolonial Rampas Tanah Rakyat Untuk Kaum Pemodal

Belajar dari tragedi berdarah saat pemerintah rampas tanah rakyat untuk pemodal

Suasana kampung Betawi zaman dahulu. Terlihat warganya tengah membatik.
Foto: Ridwan Saidi
Suasana kampung Betawi zaman dahulu. Terlihat warganya tengah membatik.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Budayawan Betawi, dan Sejarawan.

Condet sampai akhir abad XIX M daerah yang makmur. Mereka bersawah, berkebun, dan membatik sutra. Condet adalah nama jenis ulat yang dapat dibuat sutra. 

Namun, kedamaian dan kemakmuran Condet dirusak kolonial Belanda. Para pejabatmya menjual tanah di Condet kepada pemodal, antara lain Lady Rollinson. Petani Condet harus bayar sewa di atas tanahnya sendiri.

Ini membuat gusar putra asli Condet Tong Gendut. Entong sering berkunjung ke Cing Sairin di Cawang. Cing Sairin dianggap berpengetahuan politik.

Beberapa tahun sebelumnya seperti dilaporkan Kartodirdjo di Ciampea, Bogor, pada malam 14 Januari 1913 ratusan petani kepung rumah wedana yang rakyat anggap blo'on tapi zalim. Tak ada korban tewas, tapi mobil wedana dirusak, dan kuda-kuda piaraan wedana dilukai (majalah Tani, Desember 2008). Peristiwa Ciampea melibatkan Cing Sairin. 

Sairin selalu luput dari penangkapan hingga wafatnya. Ia dimakam di Kampung Kerendang seberang Roxy. Waktu saya kecil Mak pernah bawa saya ziarah ke makam Cing Sairin. Tak jelas keberadaan makam itu sekarang.

Etong Gendut mengawali pemberontakannya pada tahun 1916  secara unik. Ia gelar pertunjukan topéng Betawi depan rumah Lady Rollinson. Tuan Tanah dan penjajah diperolok topemg.

Esok hari Enong Gendut dan warga Condet menyerang pos-pos jaga. Korban tewas di pihak Belanda empat orang.

Hari esoknya Belanda membalas kepung rumah Enong Gendut. Menurut sebuah tulisan di Prisma, Tong Gendut keluar rumah sambil teriak, "Sabilullah gue kaga takut". Berbarengan dengan teriakan tersebut senapan menyalak. Puluhan peluru menghujani tubuh Tong Gendut. Ia sahid.

Setelah itu Belanda obrak abrik kampung Condet. Infrastruktur industri batik dihancurkan. Banyak pribumi Betawi yang kemudian tinggalkan Condet, mereka kembali beberapa tahun kemudian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement