Jumat 21 Jan 2022 20:55 WIB

Suku Bunga Acuan AS Diprediksi Naik Empat Kali, Bagaimana Dampaknya?

BI memperkirakan yield SBN akan naik hingga dua persen dan bahkan lebih tinggi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. BI berupaya mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksi akan menaikkan suku bunganya antara tiga hingga empat kali tahun ini.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. BI berupaya mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksi akan menaikkan suku bunganya antara tiga hingga empat kali tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia meramalkan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, akan menaikan suku bunga acuannya sebanyak empat kali pada 2022. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan BI terus melakukan asesmen secara saksama untuk kondisi moneter.

Melihat penilaian sisi fundamental, BI memperkirakan The Fed akan menaikan suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Namun, BI juga melihat penilaian dari sisi pasar, sehingga prediksi kenaikan Fed Funds Rate menjadi empat kali.

Baca Juga

"Kami lihat pandangan-pandangan dari pasar juga, ini juga kami pertimbangkan, oleh karena itu kami membuat simpulan baseline skenario kami FFR naik empat kali tahun ini mulai Maret," kata dia dalam konferensi pers, Kamis (20/1).

Ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dan antisipasi menempuh kebijakan. Penilaian dilakukan terhadap tingkat inflasi yang mengalami kenaikan lebih tinggi, pertumbuhan dan pemulihan ekonomi yang tetap berlangsung.

Selain itu juga adanya gangguan mata rantai pasokan, kenaikan harga energi, hingga sisi fundamental seperti tingkat pengangguran. Penilaian tersebut membuat probabilitas kenaikan FFR lebih cepat lebih tinggi.

"Tinggal perkiraan kenaikannya apakah itu 25 basis poin atau 50 basis poin, itu yang harus kita baca lebih lanjut," kata Perry.

BI juga terus mengamati dan menentukan arah respons dari normalisasi kebijakan moneter oleh The Fed serta dampaknya kepada ekonomi Indonesia. Perry mengatakan, dampak kenaikan FFR dan US Treasury akan berdampak ke sisi eksternal ekonomi Indonesia.

"Kami menakar dampaknya lebih pada sisi eksternal Indonesia," katanya.

Dengan tingkat yield US Treasury yang cenderung meningkat, BI memperkirakan yield SBN akan naik hingga dua persen dan bahkan lebih tinggi. BI dan Kementerian Keuangan akan berkoordinasi karena ini akan berdampak pada yield Surat Berharga Negara (SBN).

Perbedaan yield US Treasury dan SBN tersebut akan berpengaruh pada arus modal asing dan portofolio. Oleh karena itu, BI juga akan memantau seberapa jauh yield SBN akan naik karena dampaknya pada nilai tukar Rupiah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement