Jumat 21 Jan 2022 09:51 WIB

Bantuan Internasional Mulai Berdatangan ke Tonga

Lebih banyak bantuan akan tiba di Tonga dalam beberapa hari ke depan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Esthi Maharani
Letusan gunung berapi bawah laut yang kuat di Tonga pada hari Jumat 14 Januari 2022. Letusan terakhir gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Haapai terjadi hanya beberapa jam setelah peringatan tsunami pada hari Jumat dicabut.
Foto: Tonga Geological Services/EYEPRESS
Letusan gunung berapi bawah laut yang kuat di Tonga pada hari Jumat 14 Januari 2022. Letusan terakhir gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Haapai terjadi hanya beberapa jam setelah peringatan tsunami pada hari Jumat dicabut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bantuan internasional mulai berdatangan di Tonga ketika negara kepulauan itu dilanda krisis air bersih pasca erupsi gunung api bawah laut dan tsunami. Lebih banyak kapal dan pesawat yang membawa bantuan akan tiba di Tonga dalam beberapa hari mendatang.

Penerbangan pertama dari Australia dan Selandia Baru mendarat di Tonga pada Kamis (20/1/2022) waktu setempat membawa pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk sanitasi dan kebersihan. Bantuan juga berupa tempat berlindung sementara, peralatan komunikasi, dan generator listrik.

Baca Juga

"Penerbangan bantuan Australia kedua harus kembali pada Kamis karena masalah dalam penerbangan dan sekarang diharapkan hari ini," tulis Komisi Tinggi Australia di Tonga di Facebook.

"Lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan dengan HMAS Adelaide dalam perjalanan dari Brisbane dan akan tiba di Tonga minggu depan," katanya.

Kapal penopang maritim Selandia Baru HMNZS Aotearoa yang membawa 250 ribu liter air dan mampu menghasilkan 70 ribu liter per hari melalui pabrik desalinasi, diperkirakan akan tiba di Tonga pada hari Jumat.

Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus dengan ledakan yang memekakkan telinga pada Sabtu pekan lalu. Letusan tersebut memicu tsunami yang menghancurkan desa-desa, resor dan banyak bangunan hingga memutus komunikasi bagi negara berpenduduk sekitar 105.000 orang.

Pihak berwenang mencatat tiga orang dilaporkan tewas. Abu telah menyelimuti negara tersebut dan merusak sebagian besar air minumnya. Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa Tonga telah meminta bantuan mendesak dan badan tersebut berhubungan dekat dengan pihak berwenang.

"Tim penilai telah mencapai sebagian besar negara, termasuk pulau-pulau terpencil dan terisolasi," kata Dujarric.

"Kami tetap sangat prihatin dengan akses ke air bersih untuk 50 ribu orang di seluruh negeri. Pengujian kualitas air terus berlanjut, dan kebanyakan orang mengandalkan air kemasan," imbuhnya.

Sekitar 60 ribu orang telah terkena dampak kerusakan tanaman, ternak, dan perikanan akibat hujan abu, intrusi air asin dan potensi hujan asam. Terdapat laporan kelangkaan bahan bakar.

Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan, bahwa sumbangan uang tunai ke Tonga untuk bantuan kemanusiaan akan segera disalurkan.  Australia telah menyumbangkan satu juta dolar AS yang perlu diikuti dengan dukungan yang lebih substansial untuk pembangunan kembali.

"Dampak letusan gunung berapi ini dan tsunami berikutnya serta kerusakan akibat genangan akan menjadi tantangan berkelanjutan bagi Tonga, khususnya terkait infrastruktur," katanya kepada radio Australia, seraya menambahkan bahwa Selandia Baru dan Fiji juga bekerja sama dengan Tonga. .

Hubungan telepon antara Tonga dan dunia luar tersambung kembali pada Rabu malam, meskipun pemulihan layanan internet penuh kemungkinan akan memakan waktu satu bulan atau lebih. Tonga telah beralih ke media sosial untuk mengunggah foto kehancuran akibat tsunami dan memberikan laporan tentang keterkejutan mereka setelah ledakan besar.

Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA mengatakan kekuatan letusan itu diperkirakan setara dengan lima hingga 10 megaton TNT, atau lebih dari 500 kali bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat di kota Hiroshima, Jepang, pada akhir Perang Dunia Dua.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement