Kamis 13 Jan 2022 15:17 WIB

RSHS Siapkan Skenario Hadapi Lonjakan Omicron

RSHS akan mengetatkan kembali skrining

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Petugas kesehatan membawa pasien di area ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung, Ahad (13/6). Berdasarkan data dari Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Provinsi Jawa Barat (Pikobar) pada (12/6), tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit yang melayani Covid-19 dan tidak melayani Covid-19 telah mencapai 67,31 persen dengan rincian sebanyak 9.120 dari total 13.550 tempat tidur telah terisi. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas kesehatan membawa pasien di area ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung, Ahad (13/6). Berdasarkan data dari Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Provinsi Jawa Barat (Pikobar) pada (12/6), tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit yang melayani Covid-19 dan tidak melayani Covid-19 telah mencapai 67,31 persen dengan rincian sebanyak 9.120 dari total 13.550 tempat tidur telah terisi. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Varian baru Covid 19,  Omicron, mulai muncul pada Juli hingga Agustus 2021. Menurut Direktur Perencanaan, Organisasi dan Umum Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) drg. Muhammad Kamaruzzaman, M.Sc, saat dulu terjadi lonjakan kasus Covid 19 di semua rumah sakit di Jabar, RSHS menyediakan 40 persen tempat tidur atau sebanya 376 tempat tidur sesuai instruksi Menkes.

Saat terjadi penurunan kasus sejak Oktober, RSHS mengurangi kembali ketersediaan tempat tidur menjadi 14,8 persen atau sekitar 130 tempat tidur."Tapi, saat ini begitu ada pernyataan WHO soal Omicron ini, kami melihat trennya meningkat tajam tentu saja kami akan melakukan berbagai hal (skenario,red) yang diperlukan untuk mencegah atau mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus di RS kami," ujar Kamaruzzaman kepada wartawan, Kamis (13/1).

Skenario  pertama, kata dia, RSHS akan mengetatkan kembali skrining. Ia pun berharap, penanggung jawab wilayah untuk menskrining di pintu masuk. "Kepada mereka terutama punya riwayat bepergian ke luar negeri daerah yang terduga omicron berasal, kamimemohon Pemda petugas untuk melakukan pengetatan, supaya Jabar tidak kemasukan Omicron ini," kata dia.

Kedua, kata dia, internal rumah sakit menyiapkan kamar terpisah untuk pasien suspek diduga Omicron. Jadi, tidak disatukan dengan pasien suspect Covid-19 lain."Jadi terpisah supaya kita bisa melacak mentracing pasien ini dengan mempertimbangkan berbagai hal apabila ada kecurigaan yang sangat tinggi pada varian ini. Walaupun setelah di deteksi nanti PCR nya negatif tapi tetap pada suspect ini dilakukan pemisahan," kata dia.

 

Dia menjelaskan, RSHS pun sudah menyiapkan regulasi sesuai instruksi pusat untuk melarang melakukan cuti 24 Desember hingga 2 Januari pada semua pegawai. "Dan itu alhamdulillah seluruh civitas hospitalia melakukannya dari bagian SDM di petugas kita, nakes, staff dan lainnya tidak ada yang bepergian," kata dia.

Skenario ketiga, RSHS merekomendasikan penggunaan masker yang tepat pada tenaga kesehatan (Nakes). Menurut WHO, untuk menghadapi Covid-19 varian ini harus menggunakan masker yang benar dan prokes yang ketat. 

"Untuk persiapan IGD kita tau biasanya palang pintu RS pada pasien ini datang nya lewat IGD. Kami sudah pasang layout ruangan dan alur pelayanan khusus untuk menangani pasien yang datang dengan suspect Omicron," kata dia.

Hal ini, kata dia, pernah dilakukan juga ke pasien Covid-19 varian delta pada Juli Agustus 2021. RSHS memperketat alur skrining dengan formula yang disesuaikan dengan skrining Covid-19. Selain itu, pelayanan pun menggunakan APD level 2."Jadi menggunakan level 2 sceraa ketat dengan memisahkan alur masuk pasien dengan gejala respirasi dan non gejala,"jelas dia.

Untuk kapasitas ruang isolasi, kata dia, hingga saat ini belum berubah, masih tetap pada lonjakan Juli dan Agustus disiapkan seperti itu. Yakni, dengan menyiapkan alat bantu ventilator dan diperluas dengan penempatan selasar isolasi. Kalau nanti terjadi lonjakan, maka ruang lama akan digunakan, ruang IGD dan isolasi juga digunakan."Jadi total ruangan kapasitas yang disiapkan bisa mencapai 100 pasien nantinya," katanya.

 
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement