Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Doa itu Laksana Jembatan di Atas Sungai Keruwetan yang Mampu Menenangkan Pikiran

Agama | Friday, 07 Jan 2022, 20:28 WIB

SELAMA diniatkan lillahi ta’ala dan aktivitas yang kita lakukan bukan perbuatan maksiat, semua yang kita lakukan akan bernilai ibadah. Lebih dari itu, semua aktivitas kita akan semakin bertambah nilainya manakala diawali dan diakhiri dengan menyebut asma Allah. Penyebutan asma Allah biasa kita lantunkan melalui pembacaan doa.

Apabila kita menelusuri sunnah Rasulullah saw, dalam setiap aktivitas selalu ada doa yang harus dibaca sebelum maupun sesudah melakukannya. Ada yang hukumnya wajib dibaca, adapula yang sunat.

Para ulama telah mengumpulkan berbagai doa yang harus dibaca mengiringi berbagai aktivitas yang bersumber dari sunah Rasulullah saw. Imam Nawawi menulis kitab al Adzkar Nawawiyah. Di dalamnya berisi doa-doa berbagai aktivitas yang dicontohkan Rasulullah saw. Sa’id bin Ali bin Wahfi al Qahthany menulis kitab Khisn al Muslim min Adzkar al Kitab wa Sunnah. Seperti halnya kitab al Adzkar, kitab ini merupakan kumpulan do’a yang harus dibaca mengiringi berbagai aktivitas keseharian.

Penitipan diri dan segala aktivitas kita kepada Allah merupakan bentuk pengakuan atas ketidakberdayaan diri. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Tak ada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah. Keberhasilan dan kegagalan dari aktivitas yang kita lakukan semuanya berada dalam genggaman kekuasaan-Nya.

Bukanlah perbuatan yang baik manakala kita meninggalkan berdoa sebelum dan sesudah melakukan suatu aktivitas. Sayangnya, kita tak pernah menyesal ketika sebelum atau sesudah melakukan aktivitas kita lupa membaca doa, lupa memohon perlindungan dan petunjuk-Nya.

Ketika kita meninggalkan berdoa, sebenarnya kita tengah bersikap sombong; merasa mampu; memiliki kekuatan; dan keyakinan akan keberhasilan atas apa yang akan kita lakukan. Di hati kita seolah-olah berkata, “tanpa menghadirkan Allah pun kita akan sanggup dan memperoleh keberhasilan dari segala aktivitas yang kita lakukan”.

Padahal, setiap kali melakukan suatu aktivitas dan mencoba menghadapinya dengan hanya mengendalikan kekuatan diri, melupakan menghadirkan Allah, kita hanya akan mendapatkan kesulitan dan penderitaan. Sementara kekuatan dan ketenangan, keberkahan, dan keberhasilan berpeluang besar akan kita peroleh manakala melibatkan Allah dalam segala aktivitasnya.

Menghadapi masalah dan melakukan segala aktivitas apapun, kita diharuskan berdoa. Mulai dari urusan kecil sampai urusan yang paling besar kita harus berdoa, berzikir kepada Allah, bahkan ketika tali sandal atau tali sepatu putus pun kita harus berzikir, minimal mengucapkan istirja’, innaa lillaahi wa inna ilaihi raajiuun.

Doa yang kita panjatkan bukan untuk kepentingan Allah. Dia tak membutuhkan apapun dari hamba-Nya. Apapun yang kita lakukan, manfaat dan mudaratnya akan kembali kepada diri kita.

Do’a yang kita panjatkan akan kembali manfaatnya kepada kita, dan tidak ada doa yang mudarat bagi kita selama dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Miranda Holden, seorang pakar psikoterapi asal Inggris dalam karyanya Boundless Love (2006 : 261) menyebutkan, “Doa laksana jembatan di atas sungai keruwetan yang mampu menenangkan pikiran Anda. Melalui doa, Anda mendapat jalan menuju berkah melebihi dunia ini yang dapat membebaskan Anda dari perbudakan rasa sakit dan menuju kedamaian yang dalam.”

Lebih lanjut ia mengatakan, “Doa adalah metode pengubah penghalang-penghalang yang sering diremehkan, paling jarang dicoba, tapi paling efektif. Sesuatu yang luar biasa selalu terjadi pada mereka yang berusaha sekuat tenaga dan tidak melupakan berdoa.”

Merupakan tindakan yang aneh dan nyeleneh jika pada saat ini masih ada orang yang tidak percaya akan kekuatan doa. Betapa tidak, suatu kenyataan yang tak bisa disanggah, semua agama memiliki ajaran untuk berdoa, terlebih-lebih ajaran Islam. Malahan jika ditelusri lebih dalam, inti dari ibadah-ibadah dalam ajaran Islam adalah berdoa. Ibadah shalat yang kita lakukan dari awal sampai akhir pelaksanaannya sarat dengan berdoa. Demikian pula ibadah-ibadah lainnya.

Patria Aburdance, seorang futurolog, dalam karyanya Megatrend 2010, Bangkitnya Kesadaran kapitalisme (2010 : 184) telah memasukkan kekuatan spiritual, termasuk di dalamnya kegiatan berdoa ke dalam tujuh trend baru yang akan mengubah strategi kerja, investasi, dan gaya hidup. Ia menyimpulkan, kehampaan hidup akan diperoleh mereka yang melupakan adanya “Kekuatan yang Maha Besar” di balik setiap aktivitas yang mereka lakukan.

Dari hasil riset yang ia lakukan, 90% warga USA mengatakan terbiasa berdoa; 80% percaya bahwa doa dapat menyembuhkan. Dari hasil riset yang dilakukannya, banyak orang yang sembuh dari suatu penyakit karena dorongan doa.

Taufik Pasiak, seorang dokter pakar neurosains, dalam bukunya Tuhan dalam Otak Manusia, Mewujudkan Kesehatan Spiritual Berdasarkan Neurosains (2012 : 11) mengutip pendapat Newberg dan Waldman tentang fungsi doa. Berdoa yang intens dan meditasi secara permanen dapat mengubah sejumlah struktur dan fungsi dalam otak manusia, gilirannya akan mengubah nilai-nilai hidup dan cara pandang terhadap realitas.

Selain itu, masih menurut Newberg dan Waldman, berdoa dapat menyusutkan bahkan menghilangkan stres; meningkatkan rasa aman, semangat, dan cinta. Berdoa dan menyerahkan diri atas kekuasaan-Nya dapat mengurangi perasaan marah yang secara permanen dapat mengubah struktur otak dan menimbulkan berbagai penyakit.

Kajian-kajian ilmiah terhadap doa sebagaimana yang telah dipaparkan merupakan hasil penelitian para pakar yang dilakukan di negaranya masing-masing yang notabene penduduknya mayoritas nonmuslim. Namun mereka sangat yakin akan kekuatan dan efek doa terhadap kehidupan.

Kajian-kajian ilmiah tersebut sudah seharusnya semakin meyakinkan kita sebagai muslim untuk terus mengiringi setiap aktivitas kita dengan doa. Al Quran dan sunnah Rasulullah saw telah menggariskan lebih dulu akan pentinya berdoa sebelum adanya penelitian yang dilakukan para pakar ilmu pengetahuan.

Selain sebagai wujud ketundukan kita beribadah kepada Allah, juga sebagai pengakuan atas segala ketidakberdayaan kita dan pengakuan kedekatan Allah dengan diri kita.Tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan berdoa kepada Allah.

Kita harus menjadikan doa bukan sekedar kewajiban, namun kebutuhan kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Kekuatan dan keberhasilan kita dalam melakukan aktivitas apapun tak bisa dilepaskan dari pertolongan dan petunjuk-Nya.

Allah hanya akan menolong hamba-hamba-Nya yang merasa lemah dan tak berdaya; dan hanya akan mengangkat derajat orang-orang yang merasa hina dan tak berdaya di hadapan-Nya. Sebaliknya Ia akan membiarkan hamba-hamba-Nya yang sombong; meninggalkan berdoa; dan merasa memiliki kemampuan dan kekuatan.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran” (Q. S. al Baqarah : 186).

Ilustrasi : Berdo'a (sumber gambar : republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image