Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riki yusuf al amin

Kisah Rahasia Nabi Khidir Berumur Panjang

Agama | Wednesday, 05 Jan 2022, 12:30 WIB

Pada saat Raja Iskandar Zulkarnaen berjalan mengelilingi bumi di tahun 322 S.M. Allah mewakilkan seorang malaikat bernama Rofa’il untuk mendampinginya.

Di tengah perjalanan mereka berbincang bincang.

“ Wahai Malaikat Rofa’il ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para Malaikat di langit ! “ pinta Raja Zulkarnaen.

Malaikat Rofa’il berkata, “ Ibadah para Malaikat di langit, di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepala selama lamanya, ada yang sujud tidak mengangkat kepala selama lamanya, ada pula yang ruku’ tidak mengangkat kepala selama lamanya. “

Raja brkata : “ Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun tahun dalam beribadah kepada Allah. “

Lalu Malaikat Rofa’il berkata, “ sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air di bumi. Namanya Ainul Hayat. Artinya sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminum airnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau jika ia memohon kepada Allah supaya di matikan. “

Raja berkata : “ Apakah engkau tahu tempat Ainul Hayat itu. “

Malaikat Rofa’il menjawab, “ Ainul Hayat itu berda di bumi yang gelap. “

Setelah Raja mendengar keterangan Malaikat Rofa’il tentang Ainul Hayat. Maka Raja segera mengumpulkan Alim Ulama’ pada jaman itu. Dan Raja bertanya tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab. “ kita tidak tahu kabarnya. “

Namun seorang Alim di antara mereka menjawab. “sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam As. Beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap. “

“ Di manakah bumi yang gelap itu ? “ tanya Raja.

“ Yaitu di tempat terbitnya matahari. “ Jawab orang Alim ulama’.

Kemudian Raja bersiap siap untuk mendatangi tempat itu. Lalu Raja bertanya kepada sahabatnya, “ Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ? “

Para sahabat menjawab, “ kuda betina yang masih perawan. “

Raja mengumpulkan seribu kuda betina yang masih perawan. Lalu ia memilih di antara enam ribu tentaranya itu orang orang yang pandai dan ahli mencambuk.

Di antara mereka adalah Nabi Khidir As, bahkan beliau menjabat sebagai perdana menteri.

Kemudian berjlanlah mereka dan Nabi Khidir berjalan di depan pasukannya. Akhirnya mereka ketahui bahwa tempat terbitnya matahari itu adalah tepat pada arah kiblat.

Mereka pun menuju arah tersebut. Perjalanan ke tempat tujuan tersebut memakan waktu dua belas tahun lamanya. Mereka sampai di bumi gelap itu. Gelapnya bukan seperti di waktu malam melainkan gelap karena ada pancaran seperti asap.

Raja sudah tak sabar lagi, ia hendak masuk ke tempat gelap itu. Seorang cendekiawan mencegahnya. Para tentara berkata pada Raja, “ Wahai baginda, sesunghguhnya raja raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini, karena tempat yang gelap ini berbahaya. “

Tapi raja berkata, “ Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak ! “

Raja bersikeras hendak masuk, maka tak ada seorang pun yang berani melarangnya. Raja kemudian berkata, “ Diamlah, tunggulah kalian di tempat ini selama dua belas tahun. Jika aku bisa datang pada kalian dalam masa dua belas tahun, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik. Dan jika aku tidak datang sampai dua belas tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian. “

Sesudah itu raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “ Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan kawan kita ? “

“ Tidak bisa kelihatan, “ jawab Malaikat Rofa’il. “ Akan tetapi memberimu sebuah marjan atau mutiara. Jika marjan itu ke arah bumi, maka mutiara itu akan menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian kawan kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian. “

Demikianlah, raja Iskandar Zulkarnaen masuk ke tempat yang gelap itu. Selama delapan belas hari tidak pernah melihat matahari dan bulan. Tidak pernah melihat malam dan siang. Tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan di dampingi Nabi Khidir As.

Di saat mereka berjalan maka Allah memberi wahyu kepada Nabi Khidir. “ Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini aku khususkan untuk kamu. “

Setelah Nabi Khidir menerima wahyu tersebut, beliau berkata kepada sahabat sahabatnya. “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing masing, dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sebelum aku datang kepada kalian. “

Kemudian Nabi Khidir berjalan menuju kanan jurang, maka akhirnya beliau temukan Ainul Hayat itu. Beliau turun dari kudanya. Beliau melepas pakaiannya dan turun ke Ainul Hayat tersebut. Beliau mandi dan minum sember air tersebut. Beliau rasakan airnya lebih manis dari pada madu.

Sesudah mandi dan minum air hidup itu beliau keluar dari tempat itu terus menemui raja Iskandar Zulkarnaen. Sedangkan raja tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas diri Nabi Khidir.

Menurut riwayat yang lainnya, Raj Iskandar Zulkarnaen keliling di tempat yang gelap itu selama empat puluh hari. Tiba tiba nampak oleh raja seberkas sinar seperti kilat. Sesaat oleh raja terlihat bahwa yang di pijak berpasir merah dan terdengar gemericik di bawah kaki kuda.

Raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “ Suara apakah yang gemericik di bawah kaki kuda ini ? “

Malaikat Rofa’Il menjawab, “ Gemericik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya pasti ia akan menyesal dan apabila seseorang mengambinya pasti ia akan menyesal dan apabila ia tidak mengambilnya niscaya ia akan menyesal juga. “

Kemudian di antara pasukan ada yang mengambil dan membawanya namun hanya sedikit. Setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, mereka kaget setengah mati, ternyata benda itu adalah permata yakut yang berwarna merah dan jamrut yang berwarna hijau. Maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena hanya sedikit. Lebih lebih mereka yang tidak mengambil, pasti lebih menyesal lagi.

Selengkapnya anda bisa klik disini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image