Kamis 06 Jan 2022 05:50 WIB

Survei: Faktor Agama Pengaruhi Hoax Covid-19 di Kalangan Siswa

Hoax Covid-19 rentan menyerang siswa dengan tingkat pemahaman agama minim

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Hoax Covid-19 rentan menyerang siswa dengan tingkat pemahaman agama minim. Vaksinasi Covid-19 (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Hoax Covid-19 rentan menyerang siswa dengan tingkat pemahaman agama minim. Vaksinasi Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (PPIM UIN) Jakarta meluncurkan survei tentang pandangan siswa sekolah/madrasah tentang agama, pandemi, dan bencana. Survei yang didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia ini dilakukan secara nasional dan serentak di 34 provinsi. 

Target populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa aktif sekolah menengah dari berbagai latar belakang, baik di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) ataupun Kementerian Agama (Kemenag). 

Baca Juga

Penelitian ini berhasil menjaring 86,35 persen dari total target sampel, 3031 dari 3510 siswa, meski 673 diantaranya tidak lolos uji perhatian dalam kuesioner. 

“Analisis akhirnya hanya dilakukan pada 2358 siswa, yang lolos uji perhatian, dengan margin error sebesar 2,02 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen,” ujar 

Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Prof Ismatu Ropi, dalam acara peluncuran hasil survei nasional berjudul Anak Muda dan Covid-19: Berbineka Kita Teguh, Ber-Hoax Kita Runtuh yang digelar secara daring pada Rabu (5/1). 

Hasil survei ini menunjukkan adanya pengaruh faktor keagamaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kepatuhan siswa dalam menjalankan protokol kesehatan dan vaksinasi. 

Secara umum, ada sekitar 21,1 persen responden yang belum konsisten mengenakan masker. Angka yang lebih mengkhawatirkan juga ditemukan dalam penerapan prokes lain seperti mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan melakukan vaksinasi. 

“Proporsi responden yang masih abai untuk mencuci tangan dan menghindari kerumunan mencapai 41,2 dan 64,8 persen. 41,4 persen responden juga mengaku masih kesulitan menerapkan jarak sosial. Sedangkan untuk vaksinasi untuk kalangan siswa menengah baru mencapai 47,4 persen,” tutur Yunita Fela Nisa, salah satu penyaji hasil survei sekaligus peneliti PPIM UIN Jakarta.  

Terkait agama, 12,9 persen responden meyakini bahwa vaksinasi bertentangan dengan ajaran agama, dan sebanyak 39 persen siswa percaya bahwa pandemi Covid-19 adalah hukuman dari Tuhan. 

Selain itu, sekitar 48 persen responden disinyalir memiliki sikap fatalis, kepercayaan bahwa upaya manusia tidak membawa banyak perubahan karena segala sesuatu tergantung pada kehendak Tuhan, termasuk kesehatan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement