Rabu 05 Jan 2022 14:51 WIB

UBreath Analysis, Inovasi UB untuk Deteksi Covid dan Penyakit Pernapasan

Alat ini memerlukan waktu antara dua sampai tiga menit untuk mendapatkan hasil.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah dosen Universitas Brawijaya (UB) berhasil mengembangkan alat deteksi hasil metabolisme dari sistem pernapasan dan pencernaan yang dinamakan UBreath Analysis.
Foto: Humas UB
Sejumlah dosen Universitas Brawijaya (UB) berhasil mengembangkan alat deteksi hasil metabolisme dari sistem pernapasan dan pencernaan yang dinamakan UBreath Analysis.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ada satu inovasi yang berhasil diciptakan oleh Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Prof Arinto Yudi Ponco Wardoyo bersama tim. Mereka mampu mengembangkan alat deteksi hasil metabolisme dari sistem pernapasan dan pencernaan yang dinamakan UBreath Analysis.

UBreath yang dikembangkan ini merupakan hasil kerja sama dengan tim Fakultas Kedokteran UB. Antara lain Susanthy Djajalaksan dan Prof Teguh Wahju Sardjono. Alat tersebut diuji klinik untuk screening penyakit pernapasan, seperti kanker paru-paru, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bersama tim dari Fakultas Kedokteran.

Arinto menjelaskan, UBreath Analysis memiliki fungsi untuk mampu mengidentifikasi dan mengukur konsentrasi zat dari hasil metabolisme sistem pernapasan dan pencernaan melalui embusan napas. Embusan ini dalam bentuk gas, partikulat, dan parameter lain yang berjumlah 25.

Hasil pengukuran dari parameter itu selanjutnya dianalisis menggunakan kecerdasan buatan. "Langkah itu bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan," kata Arinto di Kota Malang.

UBreath bekerja dengan mengembuskan napas pada kantong khusus. Kemudian alat ini akan mengukur unsur-unsur yang terkandung dalam udara pernapasan. Alat ini memerlukan waktu antara dua sampai tiga menit untuk mendapatkan hasil.

Diungkapkan, UBreath telah diuji klinis pada orang sehat dan penyintas Covid-19 di RSUD dr Saiful Anwar Malang dan RS Lapangan Malang dengan total 400 sampel. Hasilnya, alat ini dapat mendeteksi berupa positif atau negatif Covid-19. Bahkan, alat ini bisa mengklasifikasikan deteksi tersebut seperti OTG, ringan, sedang, sampai berat.

Guru Besar Fisika UB ini menambahkan, penelitian yang dilakukan sejak akhir 2020 tersebut telah menghasilkan tingkat akurasi mencapai lebih 90 persen. Di samping itu, Arinto juga menjelaskan mengenai penderita penyakit kanker paru-paru yang biasanya terlambat terdeteksi karena tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. "Untuk itu, alat ini sangat baik untuk screening awal," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement