Selasa 28 Dec 2021 15:03 WIB

Angin Puting Beliung Menerjang Usai Cintya Tunaikan Shalat Zuhur

Tiba tiba terdengar suara berderak keras yang diikuti jatuhnya ratusan genting atap.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Warga membantu menmindahkan barang- barang serta membersihkan reruntuhan atap rumah yang porak poranda akibat hempasan angina putting beliung di lingkungan RT 01/ RW 02 Dusun Coblong, Desa Pakopen, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Selasa (28/12).
Foto: Republika/bowo pribadi
Warga membantu menmindahkan barang- barang serta membersihkan reruntuhan atap rumah yang porak poranda akibat hempasan angina putting beliung di lingkungan RT 01/ RW 02 Dusun Coblong, Desa Pakopen, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Selasa (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Keberuntungan masih berpihak kepada Cintya, Muhammad Amar, Arifatus Sa’adah, dan Muhammad Irsyad. Keempatnya adalah ibu dan tiga anak yang saat terjadi angin puting beliung di wilayah Dusun Coblong, Desa Pakopen, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, berada di dalam rumah.

Keempatnya tidak mengalami luka-luka sedikit pun meski genting pres yang berada di atap rumah mereka berjatuhan saat angin puting beliung menerjang. Saat peristiwa itu terjadi baik genting di atas ruang tamu, ruang keluaga, dan dapur berjatuhan ke lantai.

Dikisahkan Cintya, langit di atas Dusun Coblong pada Senin (27/12) siang memang kurang bersahabat. Awan hitam menggumpal terlihat cukup pekat. Ia pun meminta kepada putra-putrinya untuk masuk ke dalam rumah. Sementara sang suami, Suwardi, masih beraktivitas di ladang dekat rumah.

Angin puting beliung menerjang beberapa saat setelah ia selesai menunaikan shalat Zuhur sekitar pukul 12.45 WIB. Tiba tiba terdengar suara berderak keras yang diikuti jatuhnya ratusan genting atap rumahnya. “Saat itu situasinya seperti ‘hujan genting’ yang menimpa lantai dan perabotan rumah tangga yang ada di dalam rumah,” ungkapnya, Selasa (28/12).

Pun demikian angin yang menerobos masuk ke dalam rumah juga memporakporandakan sejumlah hiasan dinding dan tirai pintu. Sontak ia pun mencari tempat perlindungan di salah satu kamar yang gentingnya masih cukup rapat.

Begitu pula dengan ketiga anaknya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Beberapa saat setelah angin puting beliung berlalu, mereka segera keluar rumah untuk mencari tempat yang lebih aman. “Saya hanya berpikir, segera keluar rumah untuk mencari tempat yang lebih aman,” tegasnya.

Berbeda dengan Cintya dan putra-putrinya, warga RT 01/RW 02 Dusun Coblong lainnya, Wahyu Berliantini (21) dan ketiga adiknya juga tengah menonton televisi, saat angin puting beliung menerjang. Sementara ibunya, Nurhayati, saat itu masih bekerja.

Saat itu ia hanya bisa melihat atap rumahnya tiba-tiba terbuka karena hempasan angin kencang dan lembaran asbesnya terbang ke udara diiringi suara gemuruh oleh karena asbes dan gentng yang jatuh ke tanah. Beberapa lembar asbes yang sempat jatuh ke dalam rumah menimpa kaki dan punggungnya saat berupaya melindungi ketiga adiknya.

Setelah peristiwa itu, ia segera berlari ke luar rumah untuk meminta pertolongan kepada tetangga. “Untung lukanya hanya lecet-lecet dan walaupun luka yang ada di bagian punggung masih terasa hingga sekarang,” ungkapnya.

Meski begitu, Wahyu tetap bersyukur walaupun bangunan rumahnya kini tidak lagi beratap, ia  dan ketiga adiknya masih diberikan keselamatan. “Walaupun tertimpa asbes, tetapi tidak sampai mengalami luka yang serius,” tambahnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, angin puting beliung menerjang tujuh rumah warga di lingkungan Dusun Coblong, Desa Pakopen, Kecamatan Bandungan, pada Senin (27/12) siang. Tiga rumah di antaranya mengalami rusak berat dan penghuninya terpaksa harus mengungsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement