Senin 27 Dec 2021 19:42 WIB

LPEI: Masa Pandemi, Nilai Ekspor Rumput Laut Melonjak 177,99 Juta Dolar AS

Indonesia mampu menempati peringkat kedua sebagai negara eksportir rumput laut

Petani rumput laut menunjukan rumput laut hasil panennya, (ilustrasi).  Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mencatat nilai ekspor rumput laut selama periode Januari sampai Oktober 2021 sebesar 20,42 persen year-on-year (yoy) atau 177,99 juta dolar AS.
Foto: ANTARA/Jojon
Petani rumput laut menunjukan rumput laut hasil panennya, (ilustrasi). Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mencatat nilai ekspor rumput laut selama periode Januari sampai Oktober 2021 sebesar 20,42 persen year-on-year (yoy) atau 177,99 juta dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mencatat nilai ekspor rumput laut selama periode Januari sampai Oktober 2021 sebesar 20,42 persen year-on-year (yoy) atau 177,99 juta dolar AS. Adapun pertumbuhan nilai ekspor secara kumulatif diikuti oleh pertumbuhan sisi volume ekspor sebesar 11,68 persen year-on-year (yoy) menjadi 159,59 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 142,90 ribu ton.

Kepala Divisi IEB Institute LPEI Rini Satriani mengatakan kinerja ekspor pada 2020 sempat mengalami penurunan, namun Indonesia mampu menempati peringkat kedua sebagai negara eksportir rumput laut terbesar di dunia yang berdaya saing baik.

Baca Juga

“Di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia, ekspor rumput laut Indonesia mulai mencatatkan kinerja positif secara kumulatif selama periode Januari-Oktober 2021. Peningkatan ini terjadi karena naiknya permintaan dari mitra dagang utama Indonesia yaitu Tiongkok,” ujarnya, Senin (27/12).

Adapun jenis rumput laut Indonesia yang dikenal baik di pasar global yakni Eucheuma Cottonii yang memiliki porsi sebesar 71,59 persen dari total ekspor produk rumput laut Indonesia pada 2020. Jenis rumput laut ini dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karagenan.

Sedangkan jenis rumput laut Gracilaria sp. menjadi produk ekspor rumput laut terbesar kedua dengan porsi 11,89 persen yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan agar-agar. Tercatat tujuan ekspor rumput laut Indonesia pada 2020 didominasi ke negara Tiongkok dengan porsi terbesar (82,36 persen), Korea Selatan (5,25 persen), Chile (3,20 persen), Vietnam (2,09 persen), dan Perancis (1,97 persen).

“Sulawesi Selatan merupakan wilayah asal ekspor rumput laut terbesar Indonesia dengan kontribusi sekitar 47,95 persen dari total ekspor rumput laut Indonesia dan diikuti oleh Jawa Timur dengan kontribusi sekitar 26,60 persen,” ucapnya.

Rini melihat tren positif dari kinerja ekspor serta potensi yang luar biasa, Indonesia perlu  mengoptimalkan kapasitas produksi komoditas rumput laut ini. Melalui Program Jasa Konsultasi, LPEI meluncurkan program Desa Devisa berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas atau community development bagi wilayah yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor untuk mengembangkan potensi secara ekonomi, sosial dan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakatnya.

“Beberapa waktu lalu, LPEI / Indonesia Eximbank baru saja meresmikan Desa Devisa penghasil rumput laut yang berlokasi di Desa Kupang, Sidoarjo, Jawa Timur,” ucapnya.

Ke depan kenaikan ini diharapkan terus menguat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat. Rumput laut sebagai salah satu bahan baku makanan olahan dan farmasi diprediksi masih tetap memiliki permintaan yang tinggi.

Ekspor Rumput laut dalam hal ini adalah barang dengan HS code enam digit HS-121220; HS-121221; dan HS-121229. (Novita Intan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement