Kamis 09 Dec 2021 15:58 WIB

Uganda, Bandara dan Jerat Utang China

Pemerintah Uganda dinilai telah ceroboh dalam mengelola utang dari China.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Uganda Yoweri Museveni
Presiden Uganda Yoweri Museveni

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Kekhawatirkan akan utang Uganda terhadap China yang cukup besar memicu spekulasi bahwa mereka akan kehilangan Bandara Internasional Entebbe jika gagal membayar pinjamannnya ke Beijing. Semua berawal saat, Uganda pada 2015 meminjam 207 juta dolar China dari China melalui Export-Import Bank of China (Exim Bank).

Dalam proses peminjaman tersebut, ada beberapa persyaratan yang diajukan. Di antaranya, pengembalian utang dalam jangka waktu 20 tahun dengan tingkat bunga 2 persen. Pemerintah Uganda  dilaporkan menggunakan Bandara Internasional Entebbe dan beberapa aset nasional lainnya sebagai jaminan dalam kesepakatan pinjaman tersebut. Dengan demikian, bandara Entebbe berisiko diambil alih oleh China.

Baca Juga

Setelah menyadari hal ini, Uganda mengirim delegasi ke Beijing pada awal tahun untuk mencoba merundingkan kembali persyaratan pinjaman tersebut. Sayangnya, China menolak untuk mengubah persyaratannya. Sehingga, jika Uganda gagal membayar pinjaman pada saat jatuh tempo, maka mereka harus kehilangan bandara Entebbe yang berharga.

Seperti dilansir Business Insider Africa  pada  Kamis (9/12), pemerintah Uganda telah melakukan tindakan ceroboh dalam mengelola utang senilai 207 juta dolar AS.  Menteri Keuangan Uganda, Matia Kasaija, harus meminta maaf kepada senat karena telah salah langkah dalam mengelola pinjaman.

Negara-negara Afrika terkenal kerap berutang dari pemberi pinjaman multilateral dan negara-negara kaya. Namun sebagian besar negara Afrika tidak pernah memanfaatkan atau mengelola pinjaman utang dengan baik.

Uganda juga masuk ke dalam daftar negara-negara miskin yang berutang dalam jumlah besar pada Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan negara kaya lainnya.

Secara teknis, Uganda belum gagal membayar utang ke Cina. Namun semua pihak khawatir tentang kemungkinan pengambilalihan Bandara Internasional Entebbe, karena Presiden Yoweri Museveni tampaknya tidak memiliki rencana untuk membayar hutang negara. Sementara, China telah membantah laporan bahwa mereka dapat mengambil alih bandara internasional Uganda, jika pemerintah di Kampala gagal membayar pinjaman.

"Tuduhan jahat ini tidak memiliki dasar faktual, dan bermaksud buruk untuk mendistorsi hubungan baik China dengan negara-negara berkembang, termasuk Uganda," kata juru bicara Kedutaan Besar Cina di Kampala, dilansir NDTV.

Pernyataan itu muncul menyusul laporan di surat kabar Daily Monitor bahwa, Uganda dapat menyerahkan Bandara Internasional Entebbe jika gagal membayar pinjaman dari Beijing.

Laporan tersebut menyebabkan kegemparan di Uganda. Di media sosial beredar foto-foto editan, jika bandara Entebbe diambil oleh China. Beberapa foto menunjukkan bendera China di atas bandara. Sementara foto yang beredar lainnya menunjukkan sebuah spanduk bertuliskan "Selamat datang di Bandara Internasional Entebbe China".

 "Tidak ada satu pun proyek di Afrika yang pernah disita oleh Cina karena gagal membayar pinjaman," kata juru bicara Kedutaan Besar China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement