Kamis 09 Dec 2021 13:53 WIB

Narasi tak Masuk Akal Tuduhan kepada Erick Thohir di Proyek Amonia Banggai

Dalih kerugian proyek Amonia Banggai adalah etalase pembusukan kepada Erick Thohir.

Menteri BUMN Erick Thohir  mendapatkan tuduhan yang paling sumir dan absurd soal proyek Amonia Banggai.
Foto: Istimewa
Menteri BUMN Erick Thohir mendapatkan tuduhan yang paling sumir dan absurd soal proyek Amonia Banggai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya restrukturisasi pembiayaan dan konsolidasi aset perusahaan BUMN, bukanlah jalan mudah. Rilis keuntungan BUMN sebesar Rp 61 triliun pada kuartal 2021, cukup membuat gerah pihak-pihak yang selama ini patgulipat keuntungan dari perusahan BUMN.

Farm and Chemical Industry Monitoring, Abi Rekso, berpendapat, dari catatan itu maka bisa dipahami bahwa kerap datang tuduhan kepada Menteri BUMN, Erick Thohir dengan narasi yang menghasut dan tidak masuk akal sama sekali. Nampaknya, fitnah, hasut, dan tudingan negatif sudah menjadi menu sarapan pagi Menteri Erick Thohir hari-hari ini.

 

"Kita mulai dari tuduhan yang paling sumir dan absurd soal proyek Amonia Banggai yang selalu dikait-kaitkan dengan sosok Erick Thohir," kata Abi membuka percakapan, Kamis (9/12).

Menurut Abi, dalih kerugian proyek Amonia Banggai adalah etalase pembusukan kepada Menteri Erick Thohir. Semacam ada skenario khusus yang dirancang bukan untuk menyelesaikan masalah di PT Rekayasa Industri (Rekind), semata melakukan agregasi kebencian kepada Erick Thohir.

Baca juga : PPKM Level 3 Nataru Batal, Ini Saran Ekonom

 

Abi berkata, mulanya isu ini disulut dari sebuah laporan sebuah media massa yang kemudian dijadikan adonan untuk menggiring emosi publik untuk membenci Erick. "Perlu kita pahami Proyek Amonia Banggai adalah proyek dalam rangka mengembangkan komponen produk kimia dalam negeri. Sebagai sebuah upaya memajukan industri kimia berbasis gas bumi terobosan proyek Amonia Banggai perlu kita dukung," kata Abi menjelaskan.

 

Proyek Amonia Banggai diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi pada 2 Agustus 2015, didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno saat itu. Presiden Jokowi membuka dan memberikan arahan langsung terkait proyek prioritas Amonia Banggai. Rekayasa Industri mengerjakan proyek tersebut berdasarkan kepemilikan PT Panca Amara Utama (PAU) sebagai pengguna jasa pengerjaan proyek pabrik amoniak dan efektif pengerjaan proyek dimulai sejak 22 Juni 2015.

 

Belakangan diketahui bahwa salah satu pemilik dari PAU adalah Garibaldi Thohir (Boy Thohir). Ketidaksengajaan inilah yang terus-terusan dikaitkan dengan Erick Thohir. "Padahal, proyek ini diputuskan pada 2015 jauh hari sebelum Erick Thohir menjabat Menteri BUMN," kata Abi.

Bahkan jika ditarik pada periodisasi kepresidenan, proyek ini digodok satu tahun setelah Presiden Jokowi dilantik pada 2014. "Jadi sangat mengada-ada jika keberadaan proyek tersebut dikait-kaitkan dengan Menteri BUMN sekarang (Erick Thohir)," ucap dia.

Tuduhan tidak berhenti sampai di sana. Tuduhan terhadap keluarga Erick Thohir juga terus berlangsung, fitnah beredar di media sosial dan WhatsApp Group (WAG) di mana disebut mundurnya Direktur Keuangan Pupuk Indonesia Listiarini Dewajanti atas intervensi Boy Thohir.

Baca juga : Dapat Sertifikat ISO, Ketua MUI: Kita Mampu Bersaing Secara Global

Padahal, kata Abi, yang bersangkutan ingin mengabdi kepada masyarakat melalui jalur politik. Listiarini resmi bergabung bersama partai progresif anak muda, Partai Solidaritas Indonesia.

"Hal inilah yang melatarbelakangi mundurnya Listiarini dari jabatan di Pupuk Indonesia," ucap dia.

 

Menurut Abi, memahani kerugian Rekayasa Industri dan proyek Banggai juga perlu dengan kepala dingin. Sebagaimana halnya sebuah proyek, potensi kerugian selalu ada.

Dengan keterlambatan penyelesaian proyek secara otomatis terdapat penambahan biaya berupa denda. Hal inilah yang terus-terusan di glorifikasi sebagai kerugian.

"Padahal penyebab utama kerugian Rekayasa Industri adanya empat proyek rugi lain yang menyumbang kerugian terhadap neraca keuangan Rekind serta Pupuk Indonesia," kata Abi menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement