Jumat 03 Dec 2021 07:58 WIB

Klarifikasi Risma Soal Paksa Anak Tunarungu Bicara

Risma menjelaskan dalam keadaan tertentu tunarungu harus bicara.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Hafil
Klarifikasi Risma Soal Paksa Anak Tunarungu Bicara. Foto: Menteri Sosial Tri Rismaharini (kedua dari kiri) dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu (1/12).
Foto: Humas Kemensos
Klarifikasi Risma Soal Paksa Anak Tunarungu Bicara. Foto: Menteri Sosial Tri Rismaharini (kedua dari kiri) dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Sosial Tri Rismaharini membantah bahwa dirinya memaksa anak disabilitas rungu untuk berbicara saat acara peringatan Hari Disabilitas Internasional. Risma mengaku hanya ingin anak itu belajar mengucapkan kata, setidaknya berujar 'tolong'. 

Risma menjelaskan, dirinya terinspirasi melakukan hal itu karena teringat pengalamannya sebagai Wali Kota Surabaya dulu. Ketika itu, ada seorang anak tunarungu diperkosa. Tapi, anak tersebut tak bisa berteriak minta tolong. 

Baca Juga

"Itu yang saya sedih dan kenapa saya mengajarkan (anak disabilitas di acara tersebut untuk berbicara). Minimal dia bisa bilang 'tolong'," kata Risma kepada wartawan di kantor Kemensos, Kamis (2/12). 

Risma pun menegaskan bahwa dirinya tak ada niatan sama sekali untuk memaksa anak laki-laki tunarungu itu berbicara. "Saya nggak maksa. Untuk apa saya maksa. Itu pilihan. Tapi saya ingin dalam kondisi tertentu, dia bisa menyelamatkan dirinya," ujarnya 

 

"Tidak ada niat apa pun dari saya. Sedih saya terus terang," imbuhnya. 

Selain itu, Risma mengaku juga terinspirasi dari keberhasilan Angkie Yudistia, seorang penyandang disabilitas tunarungu dan kini menjadi Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi). Risma melihat Angkie kini bisa berbicara lebih baik dibanding kali pertama mereka bertemu sekitar lima tahun lalu. 

"Saya pikir, Mbak Angkie kok bagus ngomongnya. Ternyata dia melatih diri terus," kata Risma. 

Sebelumnya, Rabu (1/12), Risma memaksa seorang anak penyandang disabilitas rungu berbicara di hadapan khalayak ramai saat acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di kantor Kemensos, Jakarta. Alhasil, seorang anak disabilitas tunarungu lainnya bernama Stefanus, langsung protes di hadapan Risma.  

Stefanus mengaku kaget melihat Risma memaksa anak disabilitas rungu untuk berbicara. Dia pun menjelaskan bahwa anak tuli memiliki kemampuan berbicara beragam. Dan, anak tuli tidak boleh dipaksa berbicara. 

Risma seketika memberikan penjelasan kepada Stefanus. “Kenapa ibu paksa kalian untuk bicara? Ibu paksa memang, supaya kita bisa memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita. Mulut, mata, telinga. Tapi saya berharap kita semua bisa mencoba,” ujar Risma.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement