Kamis 02 Dec 2021 17:36 WIB

Kandidat Capres Prancis Minta Muslim Tinggalkan Ajaran Islam

Kandidat capres ini memiliki pandangan ultrakonservatif tentang identitas nasional.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Kandidat Capres Prancis Minta Muslim Tinggalkan Ajaran Islam. Seorang wanita muslim melintasi polisi Prancis yang berjaga di luar masjid kota Paris, Jumat (20/11), usai shalat Jumat.  (AP/Francois Mori)
Kandidat Capres Prancis Minta Muslim Tinggalkan Ajaran Islam. Seorang wanita muslim melintasi polisi Prancis yang berjaga di luar masjid kota Paris, Jumat (20/11), usai shalat Jumat. (AP/Francois Mori)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Seorang kandidat Presiden sayap kanan Prancis Eric Zemmour menyerukan Muslim Prancis untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat negaranya. Ia berpendapat Muslim Prancis harus melebur dan meninggalkan praktik agama yang dia katakan menerapkan kode hukum dan politik pada mereka.

Dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (1/12), meski demikian, dalam sebuah wawancara Zemmour bersumpah menjadi Presiden semua orang Prancis, termasuk Muslim. Dia juga menggarisbawahi tidak membedakan antara Islamisme dan Islam, melainkan antara Islam dan individu Muslim. 

Baca Juga

Bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang dia buat tentang wanita selama tahun-tahunnya sebagai jurnalis, dia mengklaim adalah kandidat terbaik untuk pemilih wanita. Ia menyebut wanita hari ini tidak terancam oleh patriarki kulit putih. 

Zemmour telah membuat pernyataan yang sangat memecah belah dengan pandangan ultrakonservatif tentang identitas nasional, termasuk terhadap Muslim, Islam, migran, orang kulit hitam, dan minoritas lainnya. Dia juga menghadapi tindakan hukum untuk pernyataan rasialis dan pidato kebencian agama, termasuk hukuman 2010 karena mengatakan sebagian besar pengedar narkoba adalah "Orang Kulit Hitam dan Arab."

Pada September 2019, ia didenda Rp 50 juta karena kata-kata kasar yang penuh kebencian terhadap Muslim selama penampilan televisi. Zemmour lahir di Paris pada 1958 dari keluarga Yahudi asal Aljazair yang datang ke Prancis selama Perang Kemerdekaan Aljazair.

Pria berusia 63 tahun itu memulai karier jurnalisme di Quotidien de Paris pada 1994. Dia kemudian bergabung dengan surat kabar sayap kanan Le Figaro pada 1996.

Dia dipecat dari Le Figaro pada 2009 karena komentar kontroversialnya, tetapi mulai menulis kolom mingguan untuk Majalah Le Figaro pada 2013. Zemmour telah menulis buku dan menjadi bagian dari beberapa program televisi sejak 2000-an. Program ini memberinya platform untuk menyebarkan pandangannya yang kontroversial dan untuk mendapatkan banyak pengikut di Prancis.

https://www.aa.com.tr/en/europe/french-far-right-presidential-hopeful-calls-for-muslims-assimilation/2435918

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement