Rabu 01 Dec 2021 20:47 WIB

Politeknik LP3I Dorong UMKM Naik Kelas

Diperlukan adanya kampanye dan gerakan untuk membeli produk UMKM.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Sandy Ferdiana
Dari kiri ke kanan, Ketua Inkubator Bisnis Rumah Enterpreuneurship LP3I Prima Vandayani, pengusaha Perry Tristianto dan Asisten Administrasi Setda Jawa Barat Dudi Sudrajat tampil saat Focus Group Discussion (FGD), di Grand Hotel Universal, Kota Bandung, Rabu (1/12). FGD dihadiri oleh pembina UMKM dari dinas, komunitas bisnis, perbankan dan market place. Hasil diskusi diharapkan menjadi masukan untuk kemajuan UMKM Jawa Barat.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Dari kiri ke kanan, Ketua Inkubator Bisnis Rumah Enterpreuneurship LP3I Prima Vandayani, pengusaha Perry Tristianto dan Asisten Administrasi Setda Jawa Barat Dudi Sudrajat tampil saat Focus Group Discussion (FGD), di Grand Hotel Universal, Kota Bandung, Rabu (1/12). FGD dihadiri oleh pembina UMKM dari dinas, komunitas bisnis, perbankan dan market place. Hasil diskusi diharapkan menjadi masukan untuk kemajuan UMKM Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi perhatian Politeknik Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I). Melalui berbagai cara, Politeknik LP3I berupaya mendorong UMKM agar bisa naik kelas.

photo
Direktur Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) Bandung Rony Setiawan menyampaikan sambutan saat Focus Group Discussion (FGD), di Grand Hotel Universal, Kota Bandung, Rabu (1/12). FGD dihadiri oleh pembina UMKM dari dinas, komunitas bisnis, perbankan dan market place. Hasil diskusi diharapkan menjadi masukan untuk kemajuan UMKM Jawa Barat. - (Edi Yusuf/Republika)

Dalam upaya tersebut, Politeknik LP3I menggelar focus group discussion (FGD) yang mengangkat tema “Kekuatan Kolaborasi dalam Pengembangan UMKM di Jawa Barat”. Kegiatan yang digelar di Hotel GH Universal, Kota Bandung, pada Rabu (1/12) itu dihadiri para pihak terkait.

Agenda diskusi ini salah satu kegiatan dalam Program Fasilitasi Pengembangan Lembaga Inkubator yang didukung dana hibah dari Kementerian Koperasi dan UKM. “Melalui FGD ini, kami sengaja kumpulkan pihak pembina UMKM dari dinas, inkubator bisnis di berbagai perguruan tinggi, media, komunitas bisnis, perbankan, dan marketplace, karena memiliki andil dalam pengembangan UMKM,” ujar Ketua Inkubator Bisnis Rumah Entrepreneurship Politeknik LP3I Dr Prima Vandayani.

Prima menjelaskan, lewat diskusi para pihak terkait yang fokus dalam memberikan pendampingan terhadap para pelaku UMKM ini, diharapkan ada upaya bersama dalam menyusun rencana aksi pengembangan UMKM ke depan.

Dari FGD ini, kata dia, akan dibuat road map untuk action plan yang akan dilakukan selanjutnya. ‘’Harapan kita di sini menampung setiap instansi yang memiliki program pembinaan, pendampingan dan fasilitasi terhadap UMKM, mereka melakukan apa, apa masalah yang dihadapi, dan apa bentuk kolaborasi yang dibutuhkan, serta saran ke depan,” ujar Prima.

Politeknik LP3I melalui inkubator bisnis Rumah Entrepreneur sudah menggulirkan program dalam mendorong pengembangan UMKM. Sebelum kegiatan FGD, pada Agustus hingga November 2021, pihaknya memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para pelaku UMKM.

“Kami membina 27 UMKM kuliner dan 8 UMKM konfeksi,” katanya. Dalam kegiatan tersebut, para pelaku UMKM setiap minggu diberikan pelatihan mulai dari praktek pengurusan legalitas usaha, sertifikasi, standardisasi, desain kemasan, pemanfaatan digitalisasi dan pengelolaan usaha serta diperkenalkan dengan berbagai sumber akses pembiayaan.

Selama kegiatan tersebut, para pelaku UMKM yang sempat mengalami kelesuan akibat dampak pandemi Covid-19, kini kembali bergairah untuk mengembangkan usahanya. Termasuk dalam mengurus legalitas dan sertifikasi produk. Selepas kegiatan itu, pada Desember ini rencananya digelar pameran produk UMKM dan business matching.

Direktur Politeknik LP3I Bandung Rony Setiawan mengaku, selama proses pelatihan, produk-produk UMKM itu dibeli agar omzet usahanya meningkat. Tidak hanya itu. Produk-produk UMKM binaan itu juga dijual di koperasi karyawan.

Pihaknya secara rutin melakukan pendampingan terhadap pelaku UMKM. Seperti melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan mahasiswa, dan kegiatan pengabdian dosen.

Menurut dia, masih banyak pelaku UMKM yang sedang merintis usahanya, serta membutuhkan pendampingan. “Kadang-kadang UMKM ada yang sudah berkembang, ada yang masih merintis, ada yang sudah memahami menggunakan teknologi, dan ada yang belum,” katanya.

Rony menjelaskan, UMKM yang dibina melalui program KKN itu tersebar di sejumlah kabupaten/kota wilayah Jawa Barat (Jabar). Pihaknya bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jabar.

“Kita lebih banyak mengedepankan peningkatan kompetensi pelaku usaha, meningkatkan daya saing, dan penjualan. Kita selalu dorong dan dari sisi peningkatan berorientasi digital,” ujarnya. Lewat program tersebut, diharapkan dapat mendorong pengembangan UMKM. Kata dia, masih banyak UMKM yang belum memahami cara memasarkan secara digital atau admin digital.

Setelah program pembinaan, sambung Rony, dibutuhkan pendampingan atau pemantauan lebih lanjut. “Setelah KKN beres, yang lemah itu pemantauannya. Kadang pemantauan sekali-dua kali. Ada yang semangat berjalan (usaha) atau kelemahan sumber daya ada yang berhenti,” kata dia.

Salah satu pembicara dalam FGD, yang juga pengusaha pariwisata, Perry Tristianto, mengatakan, saat ini UMKM terus berkembang, bahkan dengan modal sedikit pun masih ada yang dapat bergerak maju. Untuk mengembangkan usaha, ia mendorong pelaku UMKM dapat menciptakan pasar tersendiri untuk produk-produknya.

Selain itu, ia menilai, dibutuhkan juga dukungan untuk membeli produk-produk UMKM. Baik itu dari instansi pemerintahan ataupun swasta. “Kalau mau, semua instansi disuruh membeli produk makanan dari UMKM. Berani gak kantor-kantor setiap //meeting// pakai produk UMKM,’’ tandas Perry.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement