Rabu 01 Dec 2021 16:37 WIB

Terpukul Pandemi, Pasar Waralaba RI Masih Dikuasai Asing

Omzet bisnis waralaba di Indonesia mencapai sekitar Rp 54,4 miliar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Waralaba, ilustrasi
Waralaba, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah membuat pelaku usaha bisnis waralaba atau franchise mengalami kerentanan hingga menutup sejumlah gerainya. Berdasarkan data dari Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali), jumlah pelaku bisnis waralaba yang terkenda dampak mencapai 90 persen.

Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia Tri Rahardjo, mengatakan, ketika terjadi pandemi Covid-19, banyak bisnis yang mengalami penurunan baik secara pertumbuhan bisnis maupun transaksi. "Berdasarkan data, memang tahun 2020 bisnis waralaba mengalami dampak yang sangat signifikan," kata Tri, Rabu (1/12).

Baca Juga

Tri mengungkapkan, setidaknya hanya 10 persen bisnis waralaba yang mampu bertahan selama pandemi. Bisnis yang mampu bertahan tersebut umumnya didominasi oleh sektor-sektor yang menjadi kebutuhan pokok seperti ritel khususnya bisnis mini market, air minum isi ulang serta apotek. 

Namun berdasarkan riset, menurut Tri, per November 2021 sebanyak 25 persen pelaku bisnis waralaba sudah mulai pulih ke kondisi sebelum pandemi. Pandemi Covid-19 telah mendorong pelaku bisnis melakukan inovasi dan adaptasi. Di bidang kuliner misalnya, mereka memanfaatkan berbagai layanan pesan antar sehingga bisa meningkatkan transaksi. 

Pelaku bisnis juga menerapkan layanan pesan bawa pulang atau drive thru. Tri melihat layanan ini menjadi model bisnis yang sangat tepat diterapkan karena konsumen tetap bisa belanja di tengah pandemi. Selain itu, tidak sedikit pula yang mulai memanfaatkan saluran pemasaran online. 

"Tren perubahan itu terjadi, dan pelaku usaha pun mulai melakukan adaptasi di dalam bisnisnya," tutur Tri. 

Dengan segala inovasi yang dilakukan, Tri optimistis industri bisnis waralaba akan mampu bertumbuh pada tahun depan. Di sisi lain, dukungan yang diberikan pemerintah juga membuat masyarakat lebih percaya diri untuk berbelanja, salah satunya melalui keberadaan platform Peduli Lindungi.

"Saya rasa ini menjadi angin segar bagi pelaku industri karena meningkatkan transaksi bahkan gerai-gerai sudah mulai mendekati normal. Meskipun akan ada PPKM kembali saya pikir pelaku usaha lebih siap," terangnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement